SENJA, DIA, DAN DUKA

23 6 0
                                    

Malam semua.

Gimana harinya nih?

Semoga baik-baik semuanya.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote and coment! Wajib! Karena gratis.

Happy reading...

***

Brak!

Seva yang baru saja datang bergabung dengan temannya di kantin, melemparkan sebuah amplop coklat ke hadapan mereka.
"Ini apa?" tanya Dania.

Dengan perasaannya yang masih ketakutan, Seva berkata, "Buka."

Dengan rasa penasaran, Arum segera membuka amplop coklat tersebut. Begitu pun dengan Xena dan Dania. Mereka merapatkan duduknya pada Arum untuk melihat isi amplop tersebut. Dan betapa terkejutnya mereka setelah membaca tulisan pada kertas dalam amplop itu dan sebuah poto mereka berempat yang tercoret oleh tinta berwarna merah dengan tanda X pada wajah mereka.

"Lo dapet juga?" Xena bertanya dengan suaranya yang bergetar.

Seva mengerutkan dahinya. "Emang kalian dapet?"

Mereka menganggukkan kepalanya serempak.

"Apa ini sebuah teror?"

"Gue makin takut," ucap Dania dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

Seva mengamati tulisan tersebut mencoba mencari kejanggalan dalam tulisan tersebut. Namun, nihil, ia tak mendapatkan apa-apa bahkan ia juga tak mengenali tulisan tersebut.

"Ini gak mungkin orang yang cuma iseng doang, pasti ada alasannya." ucap Seva yang masih fokus memperhatikan tulisan itu.

"Tapi, siapa?"

"Mungkin kalian punya musuh dan balas dendam?"

Mendengar ucapan Xena, Seketika Seva mengalihkan pandangannya. Menatap terkejut ke arah Xena. Musuh? Balas dendam? Selama ini dirinya tak mempunyai musuh dan tak pernah melakukan apapun. Tapi nama seseorang melintas begitu saja dalam benaknya.

"Anala?"

Sontak Xena, Dania dan Arum mengalihkan pandangannya pada Seva. Anala? Gadis yang selalu mereka bully?

"Itu nggak mungkin. Mana bisa gadis cupu kaya dia ngelakuin hal seperti ini. Dia pasti takut." sanggah Arum.

"Iya. Tapi bisa jadi dia nyuruh orang ngelakuin kaya gini."

"Dasar gadis gak punya malu. Bisanya neror kita."

Seva tak mendengarkan ucapan mereka. Ia terlalu fokus dengan pikirannya. Apa orang yang menerornya adalah Anala? Atau musuhnya? Tapi seingatnya ia tak mempunyai musuh hanya Anala yang selalu ia bully.

Firasat bahwa Anala yang menerornya semakin kuat. Ya, hanya dia yang selalu berurusan dengannya.

Seriangaian licik tergambar dari wajahnya. "Ternyata dia udah berubah dan mulai mempermainkan kita."

ARSEY ZAYDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang