REST IN PEACE TOUGH GIRL

21 6 0
                                    

Malam guys.

Gimana harinya?

Semoga selalu baik.

Sebelum baca jangan lupa votenya! Wajib!

Happy reading...

***

"Ada apa?" tanya Saddam tak sabaran saat keluarga Tamara sampai di rumah sakit.

Arsey hanya diam saja tak tahu harus mengatakannya bagaimana. Ia masih tak menyangka semua ini akan terjadi pada Tamara. Dan ia juga masih kesal pada dirinya sendiri. Ia memang tak pantas di sebut seorang sahabat, bukan? Di saat Tamara sedang berjuang melawan penyakitnya, lalu dimana Arsey dulu? Dan sekarang ia hanya bisa berdoa? Hhh itu sangat konyol. Ia memang tak berguna.

"Nak, ada apa?" kini Tania yang bertanya. Rasa kekhawatiran jelas terlihat dari wajahnya. Begitupun dengan Darma, ia juga tak kalah khawatirnya dengan yang lain.

"Tamara ... melakukan operasi gagal ginjal kronis," jawabnya lesu.

Deg.

Seketika tubuh Tania melemas, untung saja dengan sigap Darma menahan tubuh istrinya. Kini hatinya begitu sakit. Ia telah gagal menjadi seorang ibu. Ia gagal menjaga anaknya. Bagaimana bisa penyakit separah itu ia tak mengetahuinya? Bukankah itu menunjukkan bahwa ia lalai menjadi seorang ibu? Begitupun dengan Darma dan Saddam, mereka tak kalah sakitnya mendengar berita buruk ini.

Zerdam yang berada disana seketika terdiam mendengar apa yang baru saja Arsey katakan. Gagal ginjal? Jadi gadis itu memiliki penyakit? Ia tak menyangka bahwa Tamara memiliki penyakit. Bahkan ia tak pernah melihat Tamara mengeluh akan hal itu.

"Nggak, nggak mungkin. Anak kita bakalan selamatkan, mas?" tanya Tania parau. Bahkan kini air matanya sudah meluruh begitu saja.

"Tenang, Tamara akan baik-baik saja," Darma mencoba meyakinkan meski jauh dari lubuk hatinya, ia terpukul mendengar anaknya memiliki penyakit dan melihat istrinya yang seperti ini.

"Kenapa kamu nggak bilang dari dulu sama kita?"

"Dia baru bilang tadi saat akan menjalani operasi,"

Tania semakin histeris dalam dekapan suaminya. Pikiran-pikiran negative kini berdatangan begitu saja.

Lain halnya dengan Zerdam, cowok itu hanya diam saja dengan wajah khawatirnya. Ia sama sekali tak ada niatan untuk pergi dari sana. Ia ingin mengetahui kondisi gadis itu.

"Tamara telat pulang. Pergi kemana dia sebelumnya?" tanya Saddam.

Pandangan Arsey berpindah pada Zerdam yang sama melihatnya.

"Dia pergi dengan---"

Bugh!

Tonjokkan keras melayang begitu saja ke rahang tegas Zerdam. Saddam lah pelakunya. Dengan tenaganga yang kuat, Saddam mencengkeram kerah seragam Zerdam yang masih penuh oleh darah.

"Kenapa kamu bawa dia?!"

Bugh!

Lagi, Saddam melayangkan tinjuan pada rahang Zerdam sehingga sudut bibir cowok itu mengeluarkan darah segar.

ARSEY ZAYDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang