I KILLED THEM

27 7 0
                                    

Selamat malam semua.

Gimana sama hari ini? Semoga selalu baik.

Sebelum lanjut baca jangan lupa tekan bintangnya dan coment di setia paragraf.

Happy reading...

***

Ibu... Ayah...

Seketika suara tawa terdengar dari mobil yang baru saja menabrak gadis itu. Darah mengalir dari pelipis dan bagian tubuhnya yang terluka. Benturan keras membuat tubuhnya melayang sedikit jauh dari tempat tadi. Napasnya kini kian menipis dengan seiring berjalannya waktu. Apakah ia benar-benar akan berakhir sekarang?

Nura yang melihat adegan itu dengan cepat menghampiri Anala. Namun sebelum itu, ia menatap tajam ke dalam kaca mobil yang baru saja menabrak Anala dan mobil itu melesat pergi dari sana. Merasa ini bukan waktu yang tepat untuk menangkap pelaku, Nura segera berlari menghampiri Anala yang sudah tak berdaya. Kini mereka telah di kerumuni oleh warga dan beberapa anak sekolah yang tak sengaja lewat.

Nura memangku kepala Anala yang penuh dengan darah lalu menepuk pelan pipi gadis itu.

"Anala? Lo bisa denger gue?" tanyanya.

Anala yang memang sudah tak tahan, mencoba membuka matanya sedikit untuk bisa melihat siapa orang yang bersamanya. Tapi penglihatannya sudah buram dan pendengarannya mulai berdengung. Ia tak bisa melihat jelas siapa pun disana.

Melihat Anala yang hanya diam saja, Nura semakin panik dan khawatir. Dengan cepat ia meminta bantuan pada warga yang ada disana. Untung saja, masih ada orang baik yang membantunya dan Anala di masukkan ke dalam mobil. Pun dengan Nura yang ikut masuk.

"kena---"

"Rumah sakit Mekar Jaya."

Tut...

Nura yang di landa kekhawatiran menepuk-nepuk pelan pipi Anala agar gadis itu bisa tetap sadar. Marah, kesal, khawatir, sedih bercampur aduk dalam dirinya di waktu yang bersamaan. Ia melirik jam di tangannya lalu menghembuskan napasnya. Untung saja ia  pulang sekarang dan tepat waktu dirinya ada disana. Jika tidak, mungkin ia akan kecolongan siapa orang yang ada di dalam mobil itu.

Nura menatap Anala yang sepertinya sudah tak sadarkan diri. Meski Anala bukan siapa-siapa dirinya bahkan hubungan sedarah pun tidak, tapi melihat Anala seperti ini dadanya terasa sesak.

Sesampainya di rumah sakit, Nura segera turun dan Anala yang sudah di larikan ke dalam ruangan rawat. Nura mondar-mandir di depan ruangan yang di tempati oleh Anala. Ia merasa khawatir dan bingung. Ia takut jika gadis itu tak terselamatkan atau kehabisan darah atau amnesia atau...

Sudahlah, ini bukan waktunya untuk bepikir yang tidak-tidak. Nura duduk di kursi yang tersedia lalu menatap pintu putih yang tertutup. Sebelum sebuah suara mampu mengalihkan pandangannya.

"Kenapa? Ada apa?"

"Adik lo,"

Zerdam menatap bingung pada Nura yang terlihat khawatir. Ada apa dengan adiknya? Kenapa Nura terlihat seperti takut?

"Kenapa dia?" tanyanya lagi.

Nura menghela napasnya sebelum berkata, "Seseorang menabraknya."

ARSEY ZAYDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang