14. You, Me And Malioboro (I)

650 92 7
                                    

























Waktu menunjukkan pukul delapan malam, kini mereka sudah sampai di pusat kota Yogyakarta dan seperti sebelumnya, sudah dalam barisan kelompok untuk pembagian kamar hotel yang baru.

Chaelisa kembali berada di urutan absen paling terakhir, Jennie melipat kedua tangannya di dada, "Sorry, saya capek dengan sikap kalian berdua. Malam ini, kalian berdua akan sekamar," tegasnya.

"Kok gitu sih? Kan tadi udah janji kita bareng lagi Jen...?" Rose nampak keberatan.

"Maaf Rosie, ini juga bagaimana cara saya ingin kalian berdua lebih solid dan akur sebagai teman sekolah. Saya bersikap begini sebagai seorang guru, bukan pacar kamu," Jennie berikan kunci kamar ke Lisa, lalu gandeng tangan Irene yang sudah menunggu nya di dekat pintu hotel, untuk masuk ke kamar mereka sendiri.

Chaelisa saling pandang masih dengan canggung dan datar, Lisa berikan kunci kamar tadi ke Rose, "Lu pake aja sendiri kamar nya, gue bakal booking lagi sendiri secara pribadi," ujarnya.

Rose melipat kedua tangannya di dada, "Emang ngapa? Hotel ini punya bonyok lu juga kah? Lu mau nyombongin diri lagi?"

Lisa lemparkan kunci kamar tadi ke Rose dengan datar, Rose bahkan terkejut, Lisa langsung berjalan masuk ke hotel begitu saja, dan nampak berhenti di resepsionis, Lisa nampak sangat dingin malam ini, dia nampak malas berdebat.

Rose jadi agak merasa canggung, dia antara marah, sedih dan sedikit sakit hati dengan bagaimana cara Lisa bersikap padanya, lebih baik berdebat seperti biasanya, dari pada Lisa bersikap dingin padanya seperti sekarang.

Rose berjalan melewati Lisa yang masih sibuk pesan kamar sendiri di resepsionis, dia terhenti di depan lift sembari menunggu pintu terbuka. Rose menunduk melihat kunci di tangan nya, ini sungguhan, dia sakit hati dengan sikap Lisa beberapa detik yang lalu, saat gadis berponi itu melemparkan kunci padanya, tanpa buka suara sama sekali.

Pintu lift terbuka, Rose langsung masuk dan menekan lantai dimana kamarnya berada. Ia masih menunduk, tak berapa lama, setetes air mengalir di wajahnya, Rose hapus air matanya dengan lengan panjang jaket nya.

Namun sayangnya, air matanya malah mengalir semakin deras. Sepertinya Lisa belum memahami tupai satu ini dengan baik, Rose memang terlihat kuat dan gentle di banyak momen, cara bicaranya juga sangat nyolot, tapi kalo soal hati, Rose adalah tipe yang sangat sensitif dan super lembut. Dia bahkan lebih suka Lisa meneriakinya langsung, di bandingkan di cueki seperti sekarang.

Hingga akhirnya pintu lift terbuka. Ada beberapa teman nya yang kebetulan berada di lantai yang sama, dan masih sibuk di sekitar lorong hotel, Yeri nampak kaget melihat nya, "Ros... Lu kenapa? Kok nangis?!" Khawatir nya sembari berjalan mendekat.

Tapi Rose hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sembari wajahnya yang masih menangis sesenggukan, dan berusaha dengan cepat membuka pintu kamarnya dengan kunci, tapi karena penglihatannya yang agak buram karena air matanya yang masih menggumpal, membuat nya jadi agak kesulitan membuka pintu, hingga kuncinya justru malah jatuh ke lantai.

Mina mendekat dan membantu mengambilkan kunci tadi, lalu juga membukakan pintu kamar untuk Rose yang masih menangis makin sesenggukan, "Thanks," singkat Rose lalu langsung dengan cepat masuk ke kamar nya.

Yang lain masih nampak heran, "Kita harus kasih tau Miss Jennie," ujar Mina.

"Ya udah yuk... Kayaknya mereka berantem nya serius deh..." Tambah Yeri.

Mereka berdua langsung masuk ke lift untuk menuju lantai kamar para guru.

.
.
.

Tok...tok...tok...

Lalisa VS Roseanne (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang