32. Ikatan Cintahh

446 76 11
                                    









































Rose perlahan membuka kedua matanya, ia lirik jam yang menunjukkan pukul delapan pagi lewat, beruntung ini adalah akhir pekan, hingga dia terlihat lebih santai.

Rose terhenti, ia lihat di balik selimut, masih utuh pakaiannya yang lengkap, tak ada bekas apapun di sekujur tubuhnya, Rose masukkan tangannya ke area privasi nya untuk mengecek, "Anj*ng basah beut semvak gue, mimpi gue gak ada yang lebih berfaedah kah yaoloh... Mimpi lagi ngntd mulu perasaan," Keluhnya.

Rose lihat sekeliling kamarnya yang kosong, ia akhirnya mulai turun dari ranjang.

Tok... tok...tok...!
Ceklek....

"Sudah bangun ternyata, ayo pergi sekarang Ros...! Keburu siang!" Heboh Wendy.

"Why?" Tanya balik Rose yang masih mengumpulkan nyawa.

"Maksud elu apanya yang kenapa? Elu kan pacarnya, harusnya yang paling utama dan pertama dong?!"

"Apaan sih Wen? Gue gak tau apa-apa!"

Wendy mengerenyitkan alisnya, "Lalice sama Lisa masuk rumah sakit dari jam empat subuh tadi, mereka kecelakaan waktu Lalice jemput Lisa di bandara,"

Rose melotot, "What?!!"

***

Rumah Sehat,

Rose, Wendy dan kedua orang tuanya nampak berlarian di lorong rumah sakit itu untuk mencari tempat dimana si kembar tengah di tangani.

"Itu dia tuan Manoban!" Daddy Son akhirnya menemukan rekan bisnisnya itu yang tengah berdiri risau di depan pintu kamar bersama istrinya.

Mereka semua berlari kecil mendekat, "Tante... Gimana keadaan mereka? Hiks..." Khawatir Rose.

Mama Manoban masih menangis sesenggukan, ia lalu membawa Rose ke pelukannya dan akhirnya keduanya menangis bersama. Mereka semua nampak sangat sedih dan takut tentu saja, tidak ada pembicaraan yang panjang dan hanya bisa berharap agar masa kritis yang tengah si kembar alami segera terlewati.

"Hiks... Lisa ataupun Lalice gak cerita apapun sama aku Tan... Kenapa Lisa tiba-tiba pulang? Hiks..." Tanya Rose di sela tangisannya.

"Hiks... Ini dadakan, besok adalah ulang tahun Tante, seperti nya mereka berdua sedang diam-diam merencanakan kejutan, makanya Lisa juga tidak menelpon papa nya untuk minta jemput jet pribadi. Hiks... Tapi kenapa malah begini? Hiks... Tante sangat khawatir sekali sekarang hiks..."

Rose makin sesenggukan, padahal tidak lama lagi mereka akan melangsungkan ujian akhir, dan sudah memiliki rencana matang bersama di masa depan, tapi yang namanya jodoh, rezeki dan maut memang tidak ada yang tau.

"Bagaimana dengan Lalice Tan? Dia sakit, pasti resikonya juga lebih gede,"

Mama menggeleng, "Kita berdoa saja ya nak.... Hiks... Tante juga gak bisa berharap banyak hiks..."

Rose makin sesenggukan, dia bahkan bingung siapa yang lebih ia khawatirkan, namun siapapun itu, dia tentu tetap berharap entah Lalice maupun Lisa, keduanya bisa selamat dan baik-baik saja.

.
.
.

Waktu menunjukkan pukul lima sore, Wendy menepuk-nepuk pipi Rose yang ketiduran di kursi tunggu itu, "Weki... Weki..."

Rose mulai membuka kedua matanya, Wendy terlihat membawa sekantong plastik, "Ayo mamam dulu, elu belum makan dari tadi pagi Cong..."

Rose menggeleng perlahan, "Gak nafsu Wen... Gue gak tenang kalo mereka berdua belum bangun,"

Lalisa VS Roseanne (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang