25. No More

480 101 7
                                    


























Rose langsung bangkit berdiri dan memeluk erat-erat Jennie yang langsung kaget, "Astaga Rosie, kaget tau..." Ujarnya namun akhirnya tersenyum tipis di akhir, Rose memeluknya sangat lama tanpa suara, Jennie yang tidak tau apa yang terjadi mulai merasa ada yang tidak beres, ia lihat Irene, Lisa dan Yeri bergantian, wajah mereka nampak tegang.

Jennie akhirnya mengelus-elus rambut panjang nan blonde Rose, tupai itu tidak menangis, namun Jennie paham dia sedang terluka. Rose sembunyikan wajahnya di ceruk leher Jennie, ia baru sadar Jennie tetaplah tempat ternyaman untuk nya membuang perih di dadanya.

.
.
.

Jennie lihat intens ke Rose yang masih menunduk, kini mereka tengah bicara di ruang kantor Irene untuk lebih privasi.

"Kamu gak sayang lagi sama Lisa, Rosie?"

Rose mengangguk perlahan, "Udah capek, sama kamu dulu, sumpah aku jauh lebih bahagia. Gak tau lagi harus gimana ke Lisa, supaya dia ngerti kalo aku beneran suka dan sesayang itu ke dia, tapi kalo dia masih ngulangin kesalahan yang sama, iya kali aku gak capek Jen? Kurang sabar apa coba aku selama ini?"

Jennie mengangguk tipis, ia teguk teh hangat di mejanya, Rose melihat ke cincin pernikahan yang melingkar di jari manis Jennie, "Kamu pasti bahagia sekarang, punya seseorang sebaik dan secantik Sonya," ujarnya.

Jennie tersenyum tipis melihat ke cincin di jari nya, "Aku kemari hanya mampir karena pekerjaan, sekalian temu kangen dengan kalian semua. Aku sekarang bantu ngurus perusahaan papa di Bandung, dan Sonya masih lanjut kuliah di ITB, ambil jurusan pertambangan, kamu tau kan ortu dia memang bekerja di pertambangan dan minyak bumi. Kami masih pengantin baru yang menikmati masa pacaran pokoknya,"

Rose ikut meminum teh nya, "Belum ada niat kasih aku ponakan?"

Jennie tertawa kecil, "Belum, sabar ya Rosie... Aku gak mau bebanin Sonya gantiin popok dan nyusuin terlalu awal, kami sepakat mikirin baby kalo Sonya udah selesai kuliah,"

"Kalian sepasang orang baik, pantes buat satu sama lain, aku ikut seneng buat keluarga kecil kalian Jen.."

Jennie tatap dalam-dalam mata Rose, "Aku harus gimana supaya kamu juga bahagia Rosie? Aku bisa lihat di mata kamu, jelas banget kamu udah capek, tapi aku disini gak bisa apa-apa buat kamu,"

Rose tersenyum iseng, "Jadi istri kedua kamu aja kali ya... Gak apa-apa sumpah Jen... Capek ngadepin Lisa,"

Keduanya nampak saling tertawa kecil, Jennie geleng-geleng kepala, "Ide bagus sih itu, sayangnya lawan kamu Sonya putri keraton, ada undang-undang kerajaan yang dimana aku gak boleh madu-in tuan putri, bakal di penjara aku nanti, hahaha..."

"Tck! Ya elah... Kenapa Sonya harus anak keraton coba, berat banget saingan ku," keluh Rose dengan sedikit bercanda, kalopun dalam hati kayaknya beneran gak masalah, dia emang lagi benar-benar lelah dengan Lisa sepertinya.

"Tapi aku bangga kamu sekarang gak nangis lagi karena Lisa, bahkan lawan balik hajar dia habis-habisan, that's my girl beby chipmunk," Jennie mengelus pucuk kepala Rose dengan senyuman lebar.

"Karena lebih kebal aja sih... Apalagi aku sadar udah gak punya kamu, harus lebih kuat dan mandiri. Thanks udah kasih tau aku gimana caranya berdiri sendiri Jen... Aku mungkin sekarang kehilangan kamu, tapi kamu banyak kasih aku pelajaran, bekal buat tumbuh lebih dewasa, dan itu berguna banget buat aku di waktu-waktu kayak gini,"

Jennie mengangguk perlahan, "Oh ya... Lalice ya namanya tadi, yang nungguin kalian di depan ruang BK sama Winter,"

Rose mengangguk, "Iya, emang kenapa?"

Lalisa VS Roseanne (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang