Rose terperanjat, ia langsung tegapkan duduknya dan melihat ke Lisa yang masih terlelap di depannya, "Mimpi ternyata, nyaman beut gue deket elu Li... Sampe mimpi elu udah bangun terus ngajak gue balikan segala," dumel nya.
Rose terhenti, ia rasakan jemari Lisa yang perlahan mulai bergerak tipis-tipis, seolah ingin membalas genggaman tangannya, "Li... Elu beneran udah mau bangun ngen? Eh... Anj*ng, sorry Li... Kebiasaan ngomong bebas depan elu njir... bentar-bentar njing... Gue panggil dokter," ia langsung berlari keluar kamar untuk mencari dokter.
.
.
.Semuanya sudah menunggu di depan pintu ruang kamar inap yang akan Lisa gunakan mulai malam ini, bahkan ada Lalice juga yang masih duduk di kursi roda yang di dorong sang Daddy Marco, yang sudah rela datang jauh-jauh dari Belanda demi menengok putri-putrinya.
Lisa ternyata masih terlelap di atas ranjang yang mulai di dorong masuk ke kamar nya, semuanya juga akhirnya ikut masuk dan menunggu keterangan dokter.
"Ini cepat sekali, kami kira koma yang di alami nona Lisa bisa beberapa hari, ternyata bahkan hanya dua puluh empat jam lewat beberapa menit saja. Itu suatu keajaiban," lega sang dokter.
"Apa dia akan segera bangun berarti dok?" Tanya mama Manoban.
"Berdoa saja ya nyonya, dia kemungkinan sudah bangun nanti dalam waktu dekat, tanpa perlu di ruangan khusus, jadi keluarga dan orang terdekat lebih bisa membesuk dengan bebas, asal tolong tetap tau waktu. Tapi ya.. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kita harus bersiap terkait resiko yang kemungkinan akan nona Lisa derita, berdoa saja semoga tidak berkepanjangan," jelas sang dokter.
"Resiko? Resiko apa mah? Mama dan papa tidak cerita apapun padaku?" Tanya Lalice.
Dokter dan suster memilih untuk keluar ruangan memberikan keluarga ini privasi.
"Apa saya juga harus keluar? Bagaimanapun ini urusan keluarga," tak enak Jennie, namun tangannya di tahan oleh Rose.
"Kami akan tetap disini, entah Lisa, Lalice, om, Tante semuanya juga bukan orang lain untuk ku, jadi biarkan aku tau juga bagaimana kondisi Lisa, Tante," tegas Rose masih sembari menahan tangan Jennie juga agar tetap di sebelahnya.
Mama, papa Manoban serta Daddy Marco saling pandang untuk mengkode, namun akhirnya mama tersenyum tipis untuk menegaskan semuanya akan baik-baik saja, "Lisa mengalami benturan yang sangat keras, luka yang Lalice alami bahkan tidak ada apa-apanya dengan Lisa, saat kemarin mereka kecelakaan. Dokter bilang, kemungkinan Lisa bangun dalam keadaan lupa ingatan, mendekati angka delapan puluh lima persen, jadi kita semua harus bersiap, bersabar dan lebih pengertian ke Lisa kalau dia sudah bangun nanti ya..." Jelas mama Manoban.
Rose sembunyikan wajahnya di ceruk leher Jennie yang langsung mengelus-elus rambut panjang nya, Lalice juga langsung memeluk pinggang sang Daddy yang berdiri di sebelahnya.
Semuanya tentu sangat bersedih hati mendengar ini, tapi mau bagaimana lagi, memang beginilah jalan takdir nya.
Jennie rasakan pundaknya yang mulai ada tetesan air mata, "Rosie... Ini memang sulit, tapi setidaknya kita tau Lisa akan bangun sebentar lagi, mengulang semuanya dari awal lagi di depannya, bukanlah hal yang buruk, yang penting kita semua tetap bisa kumpul lagi," jelas Jennie dengan bijak.
"Hiks... Bagaimana kalau dia lupa padaku, dan bahkan tidak mau dekat dengan ku lagi? Hiks... Kami berdua bahkan lebih banyak kenangan buruk dan nakal bersama di bandingkan kenangan bahagia. Hiks..." Tangis Rose semakin sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa VS Roseanne (End)
Teen FictionCHAELISA/LICHAENG!!! GXG!!! Fakegirl VS Playgirl, sama-sama pinter ambil hati cwk, dan hobi bersaing dalam urusan mengoleksi cwk. Siapakah yang menang? Atau keduanya yang justru diam-diam malah saling jatuh cinta satu sama lain?