36. Still

440 71 7
                                    
































"See... Gue kalo masalah basket, lebih jago dari elu njir...!"

Lisa menghela nafasnya, ia tarik tangan Rose dan jatuh di dekapan nya, "Kalo gitu, elu harus turuti permintaan gue,"

Rose mencoba berontak, tapi Lisa mengekang nya terlalu kuat, "Lisa! Lepasin... Nanti ada yang liat!"

"Kebetulan gak ada orang di rumah, dan gue lagi pengen elu sekarang, boleh kan?" Santai Lisa.

"Kan gue yang menang!"

"Kan gue bilang, yang kalah yang dapat hadiah,"

"Terus usaha gue mati-matian biar menang buat apaan?"

"Gue padahal yang sengaja ngalah, biar dapet hadiah dari elu,"

"Tck!" Rose nampak ngambek manjah.

Lisa makin gemas, ia dekatkan wajahnya dengan hidung mereka yang menempel, "Gue tau ini sejak awal mata kita ketemu, saat di rumah sakit, cara elu natap mata gue, dari sana gue langsung mati-matian usaha nyoba buat nginget elu. Di mimpi gue, elu gak pernah absen buat nongol, kalaupun masih gantung gak ketebak, kira-kira elu siapa buat gue. Kepikiran kalo elu pacar gue, tapi kok pacaran sama Lalice? Makin mumet pala gue akhirnya, makanya sekarang, gue milih diem dan biarin semuanya ngalir. Dan sekarang, gue mulai paham posisi kita, elu sayang sama gue, Lalice sayang sama elu, dan gue sayang sama elu dan Lalice. So..."

Lisa menurunkan pandangan nya ke bibir ranum Rose, "Gue mutusin buat ngajak elu selingkuh di belakang Lalice sekarang, dan saat-saat kayak gini, adalah waktu tepatnya, i want you so bad Roseanne,"

Lisa mulai mendaratkan sebuah ciuman di bibir Rose yang nampak tak berontak, mereka berciuman semakin mesra nan basah, saling melumat dengan dominan untuk melepaskan kangen dan perasaan masing-masing yang tertahan.

Rose perlahan mulai melepaskan ciuman itu, matanya masih terpejam, Lisa melihat nya intens, "Rose?"

Rose mulai membuka kedua matanya, "Me too,"

"For what?" Bingung Lisa.

"I want you too Lisa."
.
.
.

Makin seksi, Lisa dan Rose kini sudah berada dalam bathtub, dengan posisi Lisa memangku Rose dari belakang dan mencium pundak tupai itu berkali-kali.

Rose nampak merem melek menikmati cumbuan ini, Lisa kembali menarik dagu nya dan mencium bibir gadis itu. Ciuman terlepas, masih dengan jarak wajah yang sangat dekat, keduanya melemparkan senyuman tipis, "I love you," bisik Rose.

Lisa nampak kaget namun akhirnya tersenyum, "Gue akan balas ungkapan itu setelah ingatan gue lebih pulih, jadi bisa lebih paham apa yang kira-kira gue rasain sejujurnya buat elu, beneran pake hati, gak cuma asal ngomong doang,"

Rose mengangguk paham, ia kembali melihat lurus ke depan, dimana jendela kamar mandi mewah keluarga Manoban ini, yang langsung mengarah ke pemandangan pegunungan, Rose mainkan busa di tangannya dalam bathtub itu, "Sorry ya... Kita berdua dari dulu emang gak jelas banget, sekarang elu amnesia, pasti makin mumet kalo gue ajak ngobrol masalah yang lalu-lalu,"

"Elu bilang kita emang fwb-an kan? Nakal banget ya kita dulu berarti?"

"Banget, sampai sekarang juga masih kan? Elu lupa ingatan aja kayak begini ke gue, apalagi dulu coba?"

Lisa tertawa kecil, "Bagus deh.... Ngeliat elu masih bisa bertahan, bersabar dan ngaku terang-terangan masih sayang ke gue, itu bukti, tuhan udah kasih gue petunjuk lebih awal, kalo elu jodoh gue."

Lalisa VS Roseanne (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang