40. Buaya Ketemu Pawangnya

1K 89 17
                                    
















































Rose membungkam mulutnya, "Ini beneran?" Tanya nya sembari mulai berjalan ke arah rumah itu begitu turun dari mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rose membungkam mulutnya, "Ini beneran?" Tanya nya sembari mulai berjalan ke arah rumah itu begitu turun dari mobilnya.

Lisa tersenyum lebar sembari mengikuti Rose di belakangnya, "Ini masih nyicil yank... Aku gak akan pura-pura kaya di depan kamu, gajiku gak segede itu," jujur nya.

Rose melihat ke Lisa dan mengulurkan tangannya, mereka saling menggenggam dengan erat, Rose tersenyum, "Bangga banget sama kamu Lalisa, thanks udah berani jalan sejauh ini dengan kerja keras kamu sendiri,"

"Maaf ya yank..."

"Buat?"

"Kamu jadi dokter, aku cuma jadi guru olahraga di sekolah, gaji ku gak ada apa-apanya sama gaji kamu yang puluhan, bahkan ratusan juta perbulan," insecure Lisa.

"Apa sih ay... Penting banget bahas soal gaji antara kita. Segede-gede nya gajiku, uang jajan dari kamu tetap yang bakalan terus aku utamain. Uangku cuma buat keperluan dadakan aja, sisanya, sepenuhnya itu tugas kamu sebagai kepala keluarga, aku sepenuhnya bakalan selalu nurut dan bergantung ke kamu, gak pake perbandingan segala, soal siapa yang gajinya lebih gede," jelas Rose sembari menangkup wajah Lisa dengan hangat.

Lisa tersenyum mendengarnya, "Aku juga menyimpan abu Lalice di rumah kita,"

Rose terhenti, "Kenapa?"

"Kok kenapa? Kamu keberatan?"

"Gak gitu maksud ku, itu sangat penting, bukannya harusnya di tempat yang lebih aman?"

"Lalice bilang ingin dekat dengan mu terus, rumah mama emang gak jauh, tapi dia lebih pengen tinggal bareng kita yank... Gak apa-apa kan?"

"Ya gak apa-apa banget lah..."

"Abu nya aku taruh di kamar nya sendiri,"

"Iya, malah gampang nanti kalo mau nengokin dia, tinggal jalan ke kamar sebelah," santai Rose lalu mulai gandeng tangan Lisa untuk masuk, karena sudah tidak sabar ingin melihat seisi rumah baru nya itu.

Rose tersenyum lebar nan sumringah, rumah ini tidak bisa di bilang lebih mewah dari rumah orang tuanya, apalagi orang tua Lisa, hal ini membuat Rose jadi penasaran akan suatu hal, "Padahal rumah mama papa gede beut loh... Kamu juga kan sekarang pewaris satu-satunya, itu rumah jadi siapa yang nempatin nanti?"

"Rumah kita juga, tapi posisinya kan beda, rumah mama papa di tengah-tengah kota beut, sedangkan rumah kita yang ini, lebih adem dan di pinggir. Enak dan cocok kalau buat pasangan muda kayak kita bereproduksi setiap waktu, lebih anget dan menenangkan," ceplos Lisa.

Rose memasang wajah malasnya, ayank nya itu emang gak pernah jauh dari hal-hal berbau nananinu, "Ente kadang-kadang ente, moga awet dan tahan lama deh... Lobang gue sekalipun bakal sering elu sodok," frontal nya dan kembali melihat-lihat seisi rumah.

Lalisa VS Roseanne (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang