34. Eyes Can't Lie

432 73 9
                                    



















Jennie berikan satu cup kopi ke Rose, "Sesuai dugaan kan? Dimana-mana cinta pertama memang memiliki kesan tersendiri,"

Rose membuang nafasnya panjang nan sakit hati, "Tapi harusnya cinta sejati tetap pemenangnya, kalau yang Lisa ingat tetap Sonya, berarti aku bukan cinta sejati untuk nya,"

"Gak gitu Rosie, Sonya cuma punya kesan lebih, bukan berarti perasaan Lisa ks Sonya akan awet. Begitu Lisa sadar seberapa penting nya arti kamu untuk nya, dia akan sangat mencintai kamu seperti sebelumnya, lebih dalam dan luas dari siapapun malahan,"

Rose melihat ke Jennie yang tersenyum padanya, "Kamu gak cemburu Sonya di tempeli Lisa?"

Jennie mengangguk, "Cemburu, tapi aku gak takut, Sonya bukan cuma sekedar berstatus istri ku sekarang, tapi saking besarnya rasa sayang ku sama dia, aku juga lebih percaya dia gak akan gampang berubah dan berpaling. Mereka bilang itu adalah level tertinggi mencintai Rosie, yakni percaya dan Ikhlas, apalagi aku dan Sonya juga udah sepakat buat bantuin kalian, terutama soal Lisa,"

Rose meneguk kopi nya, ia merenung bimbang, Jennie mengangkat dagu tupai itu dengan lembut, "Tapi kamu juga jangan nyerah, tetap harus ngegas buat ngajak Lisa pdkt lagi, buat dia jatuh cinta lagi sama kamu Rosie,"

***

Keesokan Harinya....

Lisa masih merenung melihat keluar jendela, ada Lalice di taman sana yang tengah mengobrol dengan seorang nenek, yang juga sama-sama duduk di kursi roda, di temani suster masing-masing.

Lisa melihat bayangan tipis pantulan wajahnya, yang sama persis seperti Lalice, fakta itu membuat Lisa semakin sedih. Dia sudah pulang, tepat di tengah-tengah keluarga nya, bahkan Daddy Marco juga rela datang jauh-jauh hanya untuk menemaninya, sampai setidaknya lebih sehat. Namun sayang, Lisa tetap tidak merasa utuh, ada yang janggal dan kosong di benak nya.

Tapi apakah itu?

Lisa pegang dadanya, "Sebenarnya apa yang elu cari Lalisa? Supaya dada elu ini gak merasa kosong kayak gini, sumpah ganjel banget, gak enak banget." Keluh nya.

Terlihat di taman sana, Rose yang baru datang, dia membawa paper bag, dan juga mengobrol dengan Lalice, sembari menikmati es krim masing-masing, wajah Lalice juga nampak sangat sumringah di depan gadis blonde itu.

Lisa hanya menatap lurus nan datar, dia masih tak mengerti, entahlah... Dia tidak suka melihat interaksi antara sang kembaran, dengan tupai blonde berdarah Aussie itu.

"Mungkin karena gue lupa sama mereka semua kali ya? Jadi pengen nyapa dan ngajak ngobrol banyak hal, tapi gak tau mau bahas apa, karena gue lupa total sama apa-apa aja yang pernah terjadi dulu, pasti seru kalo gue masih bisa inget, gak bakal canggung." Dumel Lisa.

Lisa menghela nafasnya, ia memutuskan kembali tiduran di atas ranjang.

Tok...tok...tok...
Ceklek....

Ceklek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lalisa VS Roseanne (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang