31. High School In Jekardah

624 81 19
                                    















































Rose lihat ke Lalice yang tengah mengambil gambar dengan kamera nya, mengarah ke pemandangan danau dan pegunungan nan cantik di depan sana. Mereka memang tengah berpiknik setelah kemarin sempat LDR liburan menemui orang tua masing-masing.

"Lisa bilang akan lanjut kuliah ke Belanda dan tinggal sama Daddy disana, dia udah cerita belum ke kamu?" Tanya Lalice sembari berjalan mendekat ke Rose yang duduk di atas karpet itu.

"Belum," bohong Rose.

Lalice mengambil sebuah berry dan menggigit nya, "Really? Don't lie, aku tau kalian masih sering bertukar kabar, kalopun mungkin gak kamu tanggapi dengan serius, tapi aku yakin Lisa tetap cerita ke kamu soal rencana nya,"

Rose ikut mengambil berry dan mengunyahnya dengan santai, "Ini adalah kencan kita, gak usah bahas soal dia, aku cuma mau fokus ke kamu," singkatnya dengan pasti.

Lalice mengangguk perlahan dan kembali ke kamera nya, "Sorry, aku gak maksud ngerusak mood kamu loh sayang,"

"Iya gak apa-apa, ya udah... Sekarang mau kemana lagi? Keburu sore," Rose lihat jam tangan nya yang masih menunjukkan pukul dua siang.

"Huft... Cepat banget waktu lewat, perasaan baru sebentar kita duduk dan ngobrol," keluh Lalice melihat ke arah langit.

Rose meliriknya, wajah Lalice memang nampak sehat, tak menunjukkan tanda-tanda orang sakit, apalagi siapa yang mengira gadis berponi di sebelahnya ini kemungkinan berumur pendek, ini terlihat menyakitkan bagi Rose yang masih berharap ada obat untuk Lalice, agar ia bisa terus melihat si anak baik itu sepanjang hidupnya, seorang inspirasi dan motivasi bagi bagi Roseanne.

"Btw kamu gak pernah cerita mau lanjut ke universitas mana? Ikut aku ke Harvard kan? Kamu bahkan lebih pintar dari aku loh sayang... Gak mungkin gak lanjut kuliah dong?" tanya Rose.

Lalice masih melihat lurus ke depan, tidak lama sebuah senyuman terukir di bibirnya, "Iya, aku juga mau ke Harvard," ia lalu lihat ke Rose, "Bareng kamu," lanjutnya.

Rose ikut tersenyum, "Janji loh ya?" Ia dekatkan jari kelingking nya.

Lalice menautkan jari mereka sebagai tanda janji, "Iya sayang, aku janji."

"Boleh aku tau apa cita-cita kamu?" Lanjut Rose sembari sibuk meneguk segelas jus.

Lalice nampak berpikir lama dan panjang, "Em... Shhh... Bingung juga, kalau kamu emang udah ada cita-cita pasti, pengen jadi apa?"

"Dulu sih... Pengen jadi pengacara, karena ya... Kamu tau kan aku dari keluarga hukum. Tapi sekarang..." Rose lihat ke Lalice, "Aku nemu cita-cita yang jauh membuat ku merasa lebih tertantang untuk bisa mendapatkan gelar nya, yakni dokter spesialis untuk penyakit dalam, supaya bisa menyelamatkan orang banyak di luar sana, terutama bagi mereka yang tidak mau kehilangan orang terkasih nya terlalu awal. Perasaan takut itu, cukup biar berhenti aja ke aku, jangan sampai ada orang lain lagi yang merasakan nya." jelas nya dengan bijak.

"Maksud kamu?" Tanya Lalice.

Rose tersenyum lebar, "Kamu juga udah harus mikir loh... pengen jadi apa? Kurang dari setengah tahun lagi kita udah harus siap-siap mikirin kira-kira mau kuliah ambil jurusan apa?"

Lalice kembali melihat lurus ke arah depan, "Aku juga mau jadi dokter kalau begitu," yakinnya.

"Hah? Kok tiba-tiba banget? Kenapa pengen jadi dokter?" Heran Rose.

"Karena kamu pengen jadi dokter."

Rose melihat ke side profile Lalice yang masih fokus melihat ke arah pegunungan itu.

Lalisa VS Roseanne (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang