Bab 3. Warung Bu Hayu

35 15 10
                                    

Kedekatan dengan Tuhanmu-lah yang membuatmu tenang. Sehingga masalah apapun yang kamu hadapi, tidak akan membuatmu putus asa.

Sedative (Obat Penenang)

.
.

Kelas Hijaz usai 30 menit lalu. Cowok itu lantas berjalan ke parkiran dengan santai. Berpakaian dengan brand terkenal, ditambah ransel hitam tersampir di bahu kirinya, membuat siapa saja tahu kalangan seperti apa Hijaz yang satu ini.

Bergaya? Sepertinya Hijaz tidak memerlukan itu. Karena apapun yang melekat padanya akan terkesan mahal.

Sesampainya di parkiran, ia menepi sebentar karena motornya diapit oleh motor lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di parkiran, ia menepi sebentar karena motornya diapit oleh motor lainnya. Hijaz memilih duduk di dekat pohon.

Suasana hatinya mendadak risau tak karuan, kepalanya ikut berdenyut membuat Hijaz tertunduk merintih. Efek obatnya sudah habis.

Reaksi tersebut sering dirasakan Hijaz jika lupa memakan obat secara berkala atau sekaligus dalam jumlah banyak. Kecemasan yang terjadi menjadi rutinitas hariannya karena sudah ketergantungan.

Segera Hijaz mengeluarkan botol obat dan mengambilnya tiga butir. Untuk kali ini ia meneguknya tanpa menggunakan air.

Namun, saat satu butir masuk, ia baru teringat kalau obat ini pernah disentuh oleh lantai dan Shoba. Ia mengurungkan niat dan kembali memasukkan sisanya pada botol.

Hijaz meraih ponsel lalu mengetikkan sesuatu di sana untuk membeli barang yang sama. "Semoga cepat sampai," doanya di hati.

Rasa gelisah itu pun perlahan memudar, meski sesaknya masih membubung tinggi di jiwanya. Mungkin akan bertahan sampai satu jam, ia harus ke rumah sesegera mungkin.

"Mang, bisa keluarin motor saya?" tanya Hijaz pada orang yang berjalan tak jauh darinya. Oh tentu saja Hijaz tidak menyuruh orang sembarangan, di leher Mamang itu ada peluit, pasti tukang parkir, kan?

Tak butuh waktu lama, Hijaz keluar dari area kampus, ia mengendarai motor berderet dengan pengendara lain di jalan raya.

Karena moodnya masih buruk, ia melajukan motor dengan cepat. Katanya jalanan dan kecepatan dapat melegakan jiwa yang sedang dilanda depresi.

Hijaz memasuki perumahan Sky City, permukiman sepi penduduk karena penghuninya sibuk bekerja di berbagai kantor yang ada di Kalimantan Selatan. Terdapat 400 rumah bergaya istana megah, namun baru separuhnya berpenghuni.

Tidak ada kata miskin di permukiman Hijaz karena penghuni mereka setara bahkan ada yang lebih tinggi.

Orang tua Hijaz ada di Jakarta mengelola induk bisnis industri hiburan dan makanan yang ada di Banjarbaru, kadang pulang satu bulan sekali. Hijaz anak tunggal dan suka suasana sepi dan tenang. Buktinya, ia mengonsumsi sedative (obat penenang).

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang