Bab 5. Obat

30 13 6
                                    

Narkoba tidak membuatmu menjadi lebih tenang, tapi akan membuat pikiranmu semakin runyam.

Sedative (Obat Penenang)
.
.
.

Malam Minggu selalu dijadikan malam spesial untuk saling berkumpul menikmati waktu luang. Apalagi para anak muda, mereka akan menuai janji berkumpul di suatu tempat nongkrong.

Warung JJ (Janji Jiwa), selalu menjadi pilihan Hijaz berkumpul dengan teman-teman anggotanya untuk menikmati kopi di sore maupun malam hari. Selain membahas kerjasama antarkepengurusan anggota bakti sosial, mereka juga menghabiskan waktu untuk bercanda dan main game di sini.

Oh jangan risau, pemilik tongkrongan ini almarhum bapak Derga yang sekarang dikelola virtual oleh Tante Rost, ibu Derga.

Tak jarang mereka mengadakan lomba bermain game dengan hadiah disekitar warung. Bahkan Derga pernah memasang pot bunga mawar yang dicomotnya dari meja kasir untuk memeriahkan pemenang.

Tapi kebanyakan mereka menginginkan makan gratis plus bisa dibawa pulang. Ya hitung-hitung amal jariah Derga, kata mereka.

Circle Hijaz bukan hanya dari kalangan sepertinya (triliarder), contohnya ada Dimo yang kuliah menggunakan jasa beasiswa, Kamal yang kadang nunggak uang semesteran karena harus berbagi uang saku dengan adik perempuannya. Juga ada beberapa anak organisasi lainnya yang kue-kue(kuliah gawe-kuliah gawe), kuda-kuda(kuliah dagang-kuliah dagang).

Hijaz, Derga dan Nahawan sudah pasti sangat menonjol antara mereka semua, baik segi akademis maupun ekonomi dan visual. Mereka bertiga menang banyak.

Sesempurna apapun, pasti ada cacatnya juga, iya 'kan?

Hidup Hijaz terbilang sempurna sebelum ketergantungan pada obat penenang. Mungkin sudah setahun ia memakai dan dosisnya semakin tinggi setiap tahunnya tanpa ia sadari.

Orang tuanya tidak ada yang mengetahui. Ayahnya juga tidak terlalu memperhatikan keluar-masuk transferan sejumlah uang saku Hijaz selama ini. Ibunya pun cuma tahu Hijaz sehat, pergaulan organisasi baik, sudah.

Tidak ada yang memperhatikannya untuk bergaul dengan siapa saja. Sebab itulah Hijaz leluasa menggunakan apapun untuk apapun yang disenanginya. Contohnya dia pecandu....

"Paket!" teriak kurir dari depan warung.

Anak-anak yang asik bernyanyi bersama lantas berhenti. Mereka serempak menoleh ke arah kurir yang berdiri dengan jas normal tanpa ada tanda pengenal perusahaan.

Apalagi ini diluar waktu kerja, mereka terheran-heran sepenting apa barang pesanan tersebut.

"Atas nama Hijaz!"

Yang disebut langsung berdiri, senyum samar terbit sepanjang langkah kaki menghampiri pesanannya. Pelanginya sudah sampai, pelanginya akan mewarnai waktu panjangnya sebentar lagi.

Teman-teman yang lain ber-oh ria saat tahu siapa pemilik barang tersebut. Mereka terkekeh saling mengingatkan Kekuatan uang bisa mengubah waktu seorang tukang antar pesanan.

"Makasih."

"Iya, sama-sama."

Kurir tersebut pamit, Hijaz kembali ke tempat duduknya yang berada di pojok bersama si ngegas Derga dan si kalem Dimo yang sama-sama sengit menekan layar ponsel.

"Bangsat! Mati gue!" cela Derga sembari mengangkat hpnya tinggi untuk dijatuhkan. Beruntung ia ingat untuk menyayangi benda pipih itu, kalau dilanjutkan marah pasti remuk hpnya. Maklum emosi kalah tanding game.

"Perasaan baru kemarin siang deh lu mesan. Masa mesan lagi?" tebak Nahawan pada bungkusan kecil yang dipegang oleh Hijaz. Nama pengirim juga lipatan kardusnya sangat khas membedakan paket-paket kelas teri dari paket Hijaz berkelas arwana.

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang