Bab 17. Sofa Single

24 7 1
                                    

Hubungan istimewa tidak perlu diumbar untuk mendapat tanggapan sekitar, bukan? Jika bukan demikian ..., hubungan istimewa apa yang selalu dipublikasikan? Tidak cukupkah untuk merasakannya berdua saja? Atau ..., sebenarnya ego diri yang membuat ingin diakui?

Hijazul Ahmad Bakry

Sedative (Obat Penenang)

.
.
.

Menginjakkan kaki di neraka.

Deskripsi itu mungkin sangat pas untuk Shoba sekarang. Kini kakinya kembali menapaki rumah bertingkat tiga milik mantan keluarga angkatnya.

Laser permusuhan ditampilkan Bapak Anwar yang berdiri di ujung tangga, sore ini ternyata beliau tidak mempunyai jadwal terbang. Di atas sana juga mempunyai hawa sama, ada Prakely dan teman-temannya yang setia mengintimidasi setiap langkah kecil Shoba.

Terakhir ada Ibu Erin yang duduk anggun di sofa sembari menyeruput rempah kecantikan.

Cih! Syika yang ikut mendampingi rasanya ingin mengatakan citra keluarga ini sangatlah buruk terhadap Shoba. Perlakuan macam apa yang Shoba terima setiap hari di sini? Rasanya Syika tidak percaya kalau Shoba hanya diomeli setiap salah. Tatapan hina seperti apa yang mereka berikan kepada Shoba setiap harinya?

Shoba membuka pintu kamar, betapa terkejutnya saat isinya berserakan di mana-mana. Bahkan beberapa pakaiannya terpotong amburadul. Kumpulan buku-buku panduan terkoyak berhamburan. Belum lagi alat kecantikannya yang tergelak dengan isi meluber ke mana-mana.

Shoba mengusap wajah frustrasi, mengapa ada orang yang tega menghancurkan seluruh barangnya? Seharusnya malam itu Shoba langsung mengemas agar tidak seperti ini.

Ia tidak berpikir tindakan Prakely sampai di sini.

"Yang mana akan di bawa?" imbuh Syika sembari mengangkat ransel besar yang terpotong kedua talinya.

"Nggak ada yang layak lagi," sebut Shoba sedih.

"Bersihkan semua jangan meninggalkan kotoran apapun!"

Kedua gadis itu menoleh ke pintu terbuka saat intonasi rendah Bapak Anwar di sana. Rahang pilot tersebut sangat angkuh naik tanpa mau matanya melihat sedang apa kedua gadis itu di dalam sana.

Dada Shoba langsung menyempit dengan hinaan tersebut, pasokan udara rasanya menipis di sekitarnya. Kotoran? Dengan kata lain, apa yang ada bersama Shoba hanya sebuah keburukan? Baiklah, ia tidak akan sungkan lagi dengan Bapak Anwar. Hatinya sangat sakit mendengar perkataan itu.

Bapak Anwar berlalu, Shoba langsung ambruk dengan pandangan mengabur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak Anwar berlalu, Shoba langsung ambruk dengan pandangan mengabur. Syika yang paham langsung menutup pintu supaya tidak ada yang melihat keadaan kacau Shoba. Sebaris kata dari Bapak Anwar ikut menggetarkan hati Syika. Apalagi menghantam Shoba secara langsung, temannya tidak sekuat itu untuk menerima sikap direndahkan.

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang