Untukmu yang membuat hatiku bergetar rapuh, aku terenyuh mendengar isakmu malam ini. Izinkanlah aku hai semesta untuk menemaninya membagi luka.
Hijazul Ahmad Bakry
Sedative (Obat Penenang)
.
.
.Majelis Kopi, satu tongkrongan di Jalan Panglima Batur.
Hijaz menemui Nahawan di sana karena cowok itu mendesak menambal pendanaan baksos yang tidak cukup hari kemarin. Kata calon dokter itu mendapatkan nomor rekening pemilik panti, maka ia akan mengurus hingga selesai malam ini juga. Jadilah meminta Hijaz bertemu.
Hijaz juga tidak keberatan, toh makan malamnya selesai. Ia pun mau mencari udara segar yang jauh dari keluarganya. Membantu Nahawan, timing paling sempurna menghindari pertanyaan ibunya tentang hubungannya dengan perempuan-perempuan.
"Amer, Bang," pesan Hijaz.
Telinga Nahawan tiba-tiba menjadi panas karena mendengar kata haram keluar dari mulut Hijaz. "Bangsat!" pekik Nahawan seraya memukul tengkuk pelaku.
"Ck! Bangsatan juga lo!" sergah Hijaz tidak terima kata-kata jelek tersebut tersemat untuknya.
"Lu pesan apa tadi?" koreksi Nahawan mencoba membuktikan gerakan memukulnya berada di jalan yang benar.
"Amer! Rikano! Gitu aja emosi!" jawab Hijaz dengan muka masam.
"Yhe lagian lo ngomong setengah-setengah!" cela Nahawan membela tindakannya agar tidak disalahkan.
Refleks merasa tidak bersalah memang harus dikemukakan, bukan? Begitulah pembelaan manusia terhadap argumennya. Jika salah, tetap tidak ingin disalahkan meski benar-benar salah.
Meralat pendapat, meringankan beban hati, katanya.
"Espresso," jawab Nahawan saat barista menunjuk ke arahnya.
"Sekitar 5 juta, sekarang lo bawa?" celetuk Nahawan pada maksud pertemuan mereka malam ini.
"Banyak. Gue 'kan bawa terus tuh kartu. Kadang sehari nambah 3 juta tanpa konfirmasi pendonasi." Hijaz memperlihatkan tangkapan layar yang berisi pemasukan dana baksos mereka.
"Berjalan lancar. Gue mau Minggu depan kita gaji anak-anak. Apalagi Dimo, gue liat dia belum nabung buat bayar semester depan." Nahawan menyerahkan catatan total pengeluaran komunitas mereka jika rencana ini disetujui oleh semua pihak nantinya.
"Paling 15 'kan yang benar-benar masuk kantong?" tebak Hijaz.
"Hmm, taulah ... yang lain udah dari berkecukupan." Nahawan jadi ingat beberapa bulan lalu mereka mengadakan gajian akhir tahun tapi yang menerima hanya 15 orang dan sisanya mengembalikan gaji tersebut sebagai uang donasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedative (Selesai)
Teen FictionSedative . . . {Obat penenang untukmu yang menginginkan kesenangan} . . . Hidup nomaden di kota asing membuat Shoba merasakan suasana rumah singgah yang bervariasi. Sebelum memutuskan mengontrak sendiri, ia ditampung oleh seorang pilot maskapai ter...