Bab 7. Latto-Latto

42 11 8
                                    


Bisakah untuk tidak menganggap perkataanku sebagai candaan? Sewaktu-waktu, saat aku bercanda terselip pula keinginan pasti. Seperti inginku memilikimu.

Shoba Dafina Mahya

Sedative (Obat Penenang)

.
.
.

Shoba kira mereka akan lega setelah keluar dari pintu mall. Tapi ternyata anggota baksos tersebut juga ikut keluar satu-persatu, hingga membentuk kerumunan kecil di samping Syika.

"Pulang sama siapa?" tanya Nahawan.

"Paling naik angkot," jawab Syika.

"Mau dianterin?" ajak Dimo basa-basi.

"Pinjemin motor aja gimana? Niatnya mau ke toko ibu sebelum nganterin Shoba," tawar Syika.

"Ih, yang itu besok aja deh Syika. Masa kamu bolak-balik mau nganterin aku?" cegah Shoba tidak enak hati.

"Lha kan pinjem motor juga. Tinggal sat-set-set 'kan berarti?" terang Derga ikut menimbrung di percakapan serius orang di depannya.

Di samping Derga ada Hijaz yang diam tidak tertarik menyimak tetapi pendengarannya mendengar percakapan semuanya baik yang di depan maupun anggota PSTI yang berada di sudut.

Hijaz sesekali memperhatikan sekitar hingga pusatnya berakhir pada Shoba. Jika diperhatikan lebih teliti, gadis itu tampak tidak nyaman dengan interaksi yang terjadi di sini.

"Iya Shob. Bisa sat-set. Gimana, mau?" tanya Syika ingin mendapat persetujuan Shoba.

"Aku ngikut aja kalau gitu," putus Shoba.

"Oke. Kak Awan, pinjem motor!" ucap Syika semangat, bahkan kedua tangannya langsung menengadah terbuka agar Nahawan menyerahkan kunci motor kepadanya.

"Tinggi loh Syik, apa bisa?" papar Nahawan mengingatkan body motornya agak tinggi karena tergolong Trail.

"Gampang!"

"Kalo gitu, ayok!" seru yang lain.

Semuanya pergi menuju tempat parkir yang berada di lantai dua mall, begitu juga Syika dan Shoba yang membuntuti para lelaki itu ke mana pun mereka berpijak. Hingga Syika tiba di samping motor Nahawan berwarna orange black, sangat tinggi dan modis untuk ukuran cowok keren ala calon dokter satu ini.

Tapi masalahnya Shoba tidak pernah menaiki motor tinggi tersebut. Melihatnya saja ia merasa bingung bagaimana penumpang akan muat pada jok kecil itu?

"Serius Syika? Apa nggak ada yang lebih rendah dari ini?" tanya Shoba.

"Gampang mah!" remeh Syika. Gadis itu mengangkat roknya yang menyembunyikan celana panjang terbalut kaus kaki. Ia langsung menaiki kuda besi Nahawan lalu meminta kunci motor pada empunya.

Nahawan melempar ke tangan Syika, gadis itu bertepuk girang lalu menyalakannya dengan gas tinggi. Bermaksud menggeber motor keren tersebut. "Sayang sekali nggak kegeber hati gua karna ekspektasi liat Echan gebber-gebber di panggung tapi ternyata pajangan doang katanya! Tapi ya robbun, tolong sembuhin Echan! Banyak yang sayang dia!" oceh Syika.

Brum! Brum! Brum!

"Ck! Jangan berisik, Syik. Ingat ini mall. Bukan hutan!" tegur Nahawan segera merebut kendali agar Syika tidak mengganggu petugas pintu dan pengunjung yang masih berada di parkiran.

Syika menggeber motor Nahawan sekali lagi dengan tawa mengudara. "Hahaha, nggak jadi deh." Syika lantas turun akibat laser merah dari mata Nahawan sangat menganggu.

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang