Bab 30. Hujan

24 9 10
                                    

Aku sulit untuk menjelaskannya ketika air mukamu sangat kecewa kepadaku. Sebegitu brengseknya aku menjadikan hati rapuhmu tempat pulangku.

Hijazul Ahmad Bakry

Sedative (Obat Penenang)

.
.
.

Pagi kembali menyapa bumi dengan rinai lebat sejak pukul lima tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi kembali menyapa bumi dengan rinai lebat sejak pukul lima tadi. Meski diterjang badai, hari ini Shoba harus mencapai kampusnya sebelum jam tujuh, ada kegiatan kemah bersama di alam terbuka.

Shoba telah siap dengan tas besar berisi pakaian untuk tiga hari perkemahan musim hujan. Huh! Coba bayangkan saat berkeliling nanti tiba-tiba basah kuyup, bermain di bawah pohon berangin yang akan menggugurkan bekas air dan akan berakhir basah kuyup lagi, belum lagi suasana malam yang hujan akan sangat sejuk, ia memerlukan pakaian agak tebal, minimal berlapis karena tidak mempunyai banyak jaket. Hitung saja berapa potong pakaian yang dibawa? Bukannya lebih enak bermain di alam saat kemarau tiba, ya? Panitia mereka terlalu aneh mengajak hangout saat badai begini.

Panitia said : Salahin Authornya yang bikin kuliah ada kemahnya! Emang anak sekolahan?!

Shoba menoleh pada kasur kosong di sampingnya, ia teringat Hijaz, apa cowok itu kembali normal seperti pagi lusa? Apakah Hijaz akan menyadari kalau tadi malam telah tertidur di kamar Shoba dan pagi ini terbangun di kamar inapnya, Karang Intan? Atau Hijaz akan biasa saja karena yang dilewatinya kemarin tidak terekam pada memori ingatannya? Huh! Memikirkan kelangsungan hidup Hijaz yang itu-ini, Shoba jadi prihatin.

Tadi malam, tepatnya setelah Hijaz tertidur, ia langsung menghubungi Syika dan meminta bantuan kepada gadis itu untuk menghubungi Nahawan bersambung ke keluarga Hijaz agar menjemput anak mereka yang tertidur, lagi, di kost, seperti malam sebelumnya.

Mereka semua belum mengetahui alasan kabur Hijaz yang entah memakai transportasi apa hingga sampai di kost yang terletak di Panglima Batur, butuh waktu 2 jam jika berjalan kaki dari Lapas Kelas IIA.

Ambulance tanpa sirine langsung berhampir di samping papan nama Kost Praja, kebetulan ayahnya Hijaz lagi di luar pulau, jadi ayahnya yang menghubungi pihak Lapas untuk menjemput anaknya.

Ketika evakuasi, denting pukulan satpam saat jam 02 malam sempat mengusik kesadaran Hijaz, terpaksa salah satu tim menyuntikkan obat bius agar tidak mempengaruhi alam sadar Hijaz yang terlelap damai.

Shoba dan beberapa orang yang terbangun karena penasaran, berdiri dari kejauhan menyaksikan tubuh Hijaz direbahkan ke brangkar lalu dimasukkan ke ambulance, pihak bertugas itu melakukan sepelan mungkin agar tidak menimbulkan keributan sekecil apapun. Semua yang ada di sana pun ikut bungkam seolah akan kiamat jika Hijaz terbangun dan menyadari semuanya.

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang