Bab 18. Selimut

27 6 1
                                    

Tidak tahu asas hubungan ini terjalin dari mana. Tapi kenapa kamu pergi kepadaku di saat kamu kehilangan arah? Apakah aku titik akhir bagimu? Setelah kamu terbangun, kamu akan memulai lagi dan melupakanku?

Shoba Dafina Mahya

Sedative (Obat Penenang)
.
.
.

Shoba mengantar Syika ke depan setelah mereka salat dan makan bersama-sama ibu kost juga Fitri. Sebagai syukuran kecil-kecilan yang didanai oleh Nahawan.

Syika tentu pulang bersama Nahawan. Shoba lega melepasnya kepada laki-laki terbaik yang pernah ia temui. Syika sangat cocok menjalin hubungan serius bersama Nahawan, Shoba mendukung penuh.

"Daaah! Sampai di rumah kabarin!" ingat Shoba.

Syika di kursi penumpang mengangkat jempol. "Istirahat Sayaaaang," pesan Syika lalu terbahak di tempat karena mengganti panggilan Shoba.

"Kamu juga, hati-hati," tutup Shoba sembari menyuguhi senyum terbaik agar perpisahan mereka berakhir kesenangan.

Syika mengucap salam, ia juga menaikkan kaca mobil dan Nahawan menekan tombol klakson ketika benar-benar ingin meninggalkan tempat.

Shoba berbalik, di ambang pintu ada ibu kost yang ikut menyaksikan kepergian mereka. Tadi, Nahawan ingin membayar iuran kost Shoba untuk tiga bulan ke depan. Tapi di luar dugaan, ternyata keduluan Hijaz yang langsung membayar setengah tahun sewa.

Nahawan dan Syika lantas terkejut karena mengetahui fakta baru. Mereka langsung menyerbu Shoba dengan berbagai pertanyaan. Shoba menjawab, Hijazlah pada malam itu yang membantunya. Semoga kedua orang itu tidak ember. Bisa habis nanti Shoba! Bagaimana jika karena terbongkar, massa akan menagih hutangnya atas nama Hijaz? Huhuhuh Shoba belum punya uang.

Mengingat itu, Shoba jadi menghitung semua hutangnya yang ada pada Hijaz. Aaaarggh cowok itu! Mengapa banyak sekali membebani Shoba?

Bahkan sekarang di genggamannya tidak ada uang sama sekali. Uang dua ratus ribunya telah menjadi sobekan kecil saat ia membuka buku tips kuliah. Patut hanya buku itu yang tidak terkoyak, tapi isinyalah yang dikoyak. Ternyata Prakely membuka seluruh buku-bukunya pada malam itu.

Shoba juga tahu alasan kamarnya berantakan, itu ulah Prakely yang berpesta ria atas keluarnya Shoba dari sana.

Ah! Stop di sana! Shoba tidak akan memutar cerita yang sama lagi. Lebih baik dirinya menata wacana ke depan akan bagaimana, pengeluarannya harus kecil dari pemasukan.

"Masuk Shob."

"Iya, Buuuu." Shoba segera pergi ke samping untuk mencapai kamarnya.

Kini Shoba merapikan beberapa barang ke tempatnya. Ia menulis beberapa barang yang harus ia beli jika mendapatkan gaji hari Sabtu mendatang.

Ia memandang beberapa kata di sana, ada bedak, shampo, deodorant, setidaknya itu yang paling Shoba butuhkan sekarang. Ia harus menghemat.

Lupakan untuk menjadi perempuan pada umumnya, budgetnya sedang krisir moneter.

"Shob."

Shoba terkesiap menatap pintu tertutup. Mengapa ada yang memanggilnya malam-malam begini? Terlebih lagi suara itu bukan suara ibu kost ataupun Fitri.

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang