Bab 27. Malam

17 8 7
                                    

Caramu bersikap membuatku bingung menyimpulkan mana dirimu dan mana yang asli dirimu. Apakah kamu sadar jika perlakuanmu membuatku menaruh hati, sedangkan kamu sudah singgah pada dermagamu sendiri?

Shoba Dafina Mahya

Sedative (Obat Penenang)

.
.
.

21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21.54

Kamar Shoba masih terang menyala menemani gadis itu mengerjakan makalah yang belum selesai ia rangkum siang tadi di kampus. Saat penjelasan di kertas fotokopian dirasa kurang memadai, ia menambahkan beberapa kata pada buku catatannya untuk nanti diingat saat presentasi.

Yah, begitulah dunia perkuliahan yang sangat berbeda dari bangku sekolahan. Di sini mereka harus pintar meringkas tulisan, namun juga harus pandai dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan agar gagasan langsung mereka mampu menciptakan kesan terbaik saat presentasi, katanya.

Belum lagi mereka berkategori maha,  yang berarti wajar untuk menguasai hal sekecil apapun dari penjabaran kata tertulis.

Lama bergumul dengan tugas, Shoba merenggangkan ototnya lalu menjatuhkan diri di sisi laptop menyala———ia pinjam dari Syika———penyokong pencarian materi pada sosial media.

Saat mengingat Syika, ingatannya langsung terselubung pada Nahawan dan berakhir pada nama Hijaz yang membuatnya semakin tenggelam pada lamunan.

Hari ini bertepatan satu minggu Shoba tidak melihat batang-hidung Hijaz lagi. Riuh gosip yang membicarakannya perlahan reda, seolah mereka letih dan beralih pada topik yang sedang hangat. Seperti itulah netizen, jika tidak dihiraukan ataupun dihiraukan hasilnya akan sama saja, melakukan opini sepihak yang akan ia tinggalkan di sudut sosial media saat kabar itu sudah tidak terkenal lagi.

Shoba hanya tahu Hijaz telah melakukan rehabilitasi, sesuai janji cowok itu di malam saat dia datang ke kamarnya dengan keadaan berantakan.

Shoba menutup mata hingga di dalam sana muncul sosok Hijaz. Ia sangat ingin berbicara banyak hal kepada cowok itu, perlahan apa yang dirasanya ia sampaikan pada bayang semu halunya.

"Apa semua bakal baik-baik aja? Apa setelah kamu keluar, kita masih bisa bertegur sapa? Apa kamu bakal sehat dan nggak nangis lagi saat kamu kesulitan nerima efek samping? Sayang sekali, kamu nggak pernah denger keluh-kesah aku yang khawatirin kamu di sana. Semoga kamu baik, sehat, pulih kembali. Kamu tau? Haluku kayaknya makin besar buat liat kamu senyum karna aku. Mungkin terlihat bodoh, tapi, benar, aku ingin kamu bahagia sebab aku. Salah banget kalau aku ngomong gitu tapi ya gimana? Nggak ada yang tahu rasa jatuh ke mana."

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang