Bab 22. Fotokopi

20 7 0
                                    

Setelah semesta membalik halaman, aku tidak pernah tahu kita akan kembali bertemu atau kita hanya sebatas teman dalam halaman yang sama. Aku kira, aku tokoh utamamu sebagaimana kamu menjadi protagonis di hidupku. Aku lupa memastikan hatimu, dan itu salahku.

Shoba Dafina Mahya

Sedative (Obat Penenang)

.
.
.

"Pak, apakah saya bisa bertemu sebentar dengan Hijaz?" tanya Nahawan kepada polisi yang berjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak, apakah saya bisa bertemu sebentar dengan Hijaz?" tanya Nahawan kepada polisi yang berjaga.

"Ananda sedang dalam pemeriksaan, tolong tunggu tiga puluh menit lagi," sahut bapak polisi.

"Oh, baik Pak, terima kasih."

Nahawan keluar dari ruang ber-ac menuju parkiran, tempat anggotanya menunggu. Ia duduk di motornya lalu mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang.

Mereka yang ada di sana mendengarkan percakapan singkat Nahawan tanpa mengganggu. Nampaknya ada pendonasi yang menagih janji agar secepatnya diluncurkan uangnya kepada komunitas mereka.

Nahawan memberikan pilihan untuk menahan sampai bulan depan atau menunggu besok hari saja. Ia tipe orang yang tidak ingin merepotkan waktu orang lain dengan menunggu urusannya selesai.

"Baik, Bu. Atas bantuannya kami mengucapkan terima kasih. Nanti kami kirim nomor rekeningnya, paling lambat besok." Nahawan memberikan final pembicaraan karena ibu di seberang sana menolak tawaran pengunduran waktu.

Nahawan menggenggam ponsel yang sudah senyap, matanya menatap pada bangunan kokoh yang mengurung Hijaz di dalam sana. Ia sebagai temannya, tidak pernah menyangka tebakannya selama ini benar-benar fakta.

Nahawan sering melihat cahaya mata Hijaz yang berair, sayu nan merah. Ia juga sering menanyakan kenapa penglihatan Hijaz seperti itu, namun cowok pemakai itu tampak acuh.

Nahawan juga pernah mendapati Hijaz saat sakit kepala. Melihatnya saja ia ngeri, karena hampir saja Hijaz menghantamkan kepalanya ke dinding karena saking sakitnya.

Lalu, ia pernah beberapa kali menginap di kamar Hijaz. Cowok itu kadang tidak keluar kamar mandi selama berjam-jam.

Ternyata masa-masa itu, Hijaz sudah mengonsumsi narkotika.

"Sudah Bang?" tebak Dimo.

"Kagak. Nunggu dia diintro," balas Nahawan langsung paham pada pertanyaan Dimo mengarah ke tujuan mereka mengapa datang ke tempat ini.

"Untuk sementara kas baksos dipegang Derga. Kalau apa-apa konfirmasi ke gue biar gue yang ngasih info di grup," ucap Nahawan memberi instruksi nasib komunitas ke depannya.

"Ngokey!" setuju mereka serempak.

Tiga puluh menit yang dijanjikan akhirnya tiba, kini Nahawan berseberangan dengan Hijaz di meja biru.

Sedative (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang