Pecahan 4 ~ ʀᴇᴍᴀᴊᴀ ᴛᴀɴɢɢᴜɴɢ.

177 26 5
                                    

Malam saat aku menjejakkan kaki di Imoogi Bakery sebagai anak lemah yang hanya mencari tempat bernaung.

Sangat buruk.
Entah bisa lebih terpuruk lagi kah aku.

Aku membuka pintu dengan keras. Mengambil seluruh oksigen yang aku butuhkan.

Remaja tanggung dengan surai putih menatap datar ke arahku.

"T-tol-tolong...s-sembu-sembunyikan...a-aku.." Kataku. Remaja itu kemudian menaruh nampan adonan jadi yang dipegangnya,lalu menarik lenganku.

Dia tidak mengucapkan sepatah kata apapun,hanya menarikku ke bawah konter dan menyuruhku diam.

Aku duduk di sana sambil menatap kakinya yang tak berhenti bergerak. Sebentar sebentar berjalan. Mungkin dia sibuk.

Aku mendapat sedikit waktu istirahat dan tenang. Setidaknya sampai suara Polisi terdengar.

"Permisi,saya dari Kepolisian. Saya ingin menanyakan beberapa perihal,Dik. Apa bisa minta waktunya?"

Aku menggetarkan gigiku,bahkan Pengasuh Kim benar benar menghubungi kepolisian.
Tidak.

Tidak,pasti bukan. Polisi tidak mungkin datang secepat ini. Pasti sudah ada yang menghubunginya beberapa menit sebelum aku lari.

Tepat ketika aku memutuskan menyerahkan diri,lantai yang aku duduki seakan terbuka dan membuatku jatuh ke dalam lubang di tanah.

Aku kira aku akan masuk ke dalam ruang bawah tanah rahasia,tapi ini terlalu luas. Ini pasti bukan ruang bawah tanah.

Aku beranjak bangun setelah memperhatikan sekitar beberapa lama. Berjalan 5 menit,aku melihat sebuah pintu kayu jati berdiri kokoh tanpa ada bangunan yang ditutupnya.

Entahlah pintu itu untuk apa.

Tapi aku seakan diminta masuk ke dalam sana. Rasanya seperti ada yang memanggilku untuk 'masuk' ke dalam sana. Meski aku tau itu hanya pintu tanpa bangunan.

Entahlah,aku sepertinya salah.

Begitu aku membuka pintu itu,kamar besar dengan pemanas ruangan dan tempat api unggun langsung menyambutku.

Sangat hangat. Tidak. Panas.

Agak panas di dalamnya. Mungkin karna pemanas yang menyala ditambah api unggun yang juga menyala bertemu.

Terlepas dari itu,semua interiornya terlihat mewah. Ada dua buah ranjang. Yang di pojok kanan ukurannya besar,dan yang di pojok kiri ukuran menengah.

Ranjang besar diselimuti seprei soft green selembut sutra. Kasurnya empuk,dan bantalnya seperti untaian kapas.

Ranjang menengah punya tekstur seperti awan,bantalnya sangat fleksibel dengan seprei putih biru.

Ada 2 laci kayu,dan 3 laci plastik. Di sebelah kelima laci itu ada meja besar panjang dengan tabung ramuan dan cairan di dalamnya yang mengisi setengah tabung.

Sepertinya mereka mendidih.

Ada penumbuk tradisional di ujung meja. Tapi juga bau menyengat dari dalam tumbukan itu. Entahlah,aku tak mau melihatnya.

Lantainya terbuat dari kayu yang sedikit lapuk. Hanya sedikit. Tapi tidak ada decitan yang berisik. Dan kalau kalian sadar,ada garis garis seperti simbol simbol dan huruf Ibrani Latin.

Kalian tau,seperti simbol pemanggil Iblis? Ya,begitulah.

Ada jendela dengan tirai di paling ujung kamar. Tapi tirainya tidak bisa aku buka. Aku rasa tidak boleh aku buka.

Perhatianku kembali ke laci kedua ketika tiba tiba suara burung terdengar. Aku mendekati laci itu.

Aku rasa akan ada kejutan jika aku membukanya. Seperti laci ajaib Doraemon? atau mungkin ada monster yang menungguku membukanya?

Mana ku tau.

Tepat ketika aku sudah membuka 1 inci dari laci itu,aku langsung berjingkat karna kakiku digigit sesuatu.

Hamster putih.

Mulutku tak mengeluarkan suara kesakitan yang berarti. Hanya suatu kata datar yang keluar.

"A"

Bukan ah,hanya a. Itu sulit dibayangkan,ya? Itu bukan masalahku. Aku segera mengambil hamster putih itu. Ada yang aneh. Ukurannya besar,seperti anak kucing yang baru lahir. Ada warna Mocca di bagian perut bawahnya,tidak full putih.

"A-apa...a-ak-aku...t-tidak...-b-boleh membu...kanya?" Kataku pada Hamster itu. Dia hanya berputar di telapak tanganku. Lalu aku mengangguk.

Aku melompat kecil ketika pintu terbuka dan menampakkan remaja tanggung tadi.

"Oh,itu dia. Aku kira kamu tersesat. Bagus kamu menemukan pintu itu." Katanya sambil melepas ikatan celemek.

"Hei,sekarang giliranmu berjaga. Sana,pergilah" sesaat setelah remaja tadi mengatakan itu,hamster di tangan ku melompat turun dan segera menjadi manusia.

Aku kaget,tapi hanya membulatkan mata. Tidak ada reaksi khusus.

"Jangan kasar padanya,Rev. Obati dia."

Hamster itu ternyata adalah orang dengan rambut Mocca yang biasa aku lihat di meja kasir.

Aku menelan ludahku secara halus. Sekaligus menelan fakta bahwa aku sedang tidak bermimpi apalagi berhalusinasi.

"Aku tau. Jangan cerewet." Balas remaja surai putih itu.

"Hey,kau. Duduklah di kasur di sana. Aku buatkan obat dulu." Sambungnya.

Aku mengerjap sebelum benar benar mengikuti perintahnya seperti anak anjing terlatih.

"Namaku Reverse. Pemilik toko roti ini. Karna kamu pelanggan tetap,aku biarkan kamu menginap di sini. Lagipula si tua itu menyukai mu." remaja dengan nama Reverse itu mulai mendekati tabung tabung yang mendidih tadi.

"A-aku...m-minta..m-maaf. I-Ibu...k-ku.." Aku belum sempat menyelesaikan kalimatku sebelum Reverse menyela.

"Tidak usah diberitahu..." Reverse menggantung kalimatnya.

"Semuanya jelas sekali ketika seorang anak SMP tiba tiba merangsek ke dalam toko yang aku bahkan tak tau kenapa kami mau buka 24 jam dengan napas terengah ,tali sepatu tak terikat sebelah,dan kerah kemeja yang robek.

Belum lagi wajah jelek mu ini yang hancur di sana sini,pasti mengalami sesuatu yang tak mengenakkan. Karna wajahmu yang setengah hancur ini,kamu pasti di hajar seseorang.

Jika kamu diserang teman sebaya,kamu pasti lari ke rumah. Tapi fakta kalau kamu malah ke tempat ini,berarti yang menyerangmu ada di rumah,atau paling paling,rumah bukan tempat aman untukmu saat ini.

Tidak ada kulit mati di bawah kuku,atau bahkan sehelai rambut jatuh,itu artinya kamu tidak melawan dan hanya bisa menerima serangan. Bisa jadi kamu dipukul orang yang lebih tua jadi kamu tidak berani atau setidaknya masih menghormatinya,jadi tidak menghajar balik.

Beda lagi kalau memang kamu tak bisa bertarung.

Tapi fakta lain yang mana kamu selalu memberi roti di sini pagi,siang,sore,artinya di rumah tak ada yang bisa menyediakan makanan.

Simpelnya,kamu kabur dari rumah karna dipukuli kerabat yang lebih tua. Itu cukup untukku. Aku malas mengurusi orang lain."

Fakta bahwa dia mampu menyimpulkan kondisiku hanya dalam sekali mengamati sangatlah di luar dugaan.

Aku kira dia lebih baik menjadi petugas forensik dari pada ada di toko ini.

Tanpa aku sadari,selama di menyampaikan kesimpulannya,tangannya cekatan memasukkan cairan cairan di tabung dan membuat sebuah cairan baru.

Dia lalu menempelkan pelan pelan cairan itu di setiap bagian lukaku dengan kapas. Kemudian lukaku hilang semua.

Sejak itu,aku berikrar tidak akan kaget lagi dengan apapun yang terjadi di sini.

"Buka mulut,aaaaaaah." Reverse memasukkan dua tetes cairan berwarna oranye ke dalam mulutku dengan sendok teh.

Lalu keajaiban kembali terjadi dengan mudahnya.

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang