𝐏𝐫𝐨𝐥𝐨𝐮𝐠𝐞

383 32 3
                                    

Aroma gula yang pekat membuat harum dapur yang diisi oleh adonan roti roti. Tak juga,aroma itu sebenarnya sampai ke luar,entah bisa sejauh mana. Tapi aku yakin aromanya sampai ke halte bus yang sekitar 100 meter dari toko roti ini.

Imoogi Bakery.

Toko roti ini buka 24 jam,nonstop melayani pelanggan manapun yang berniat membeli sebuah roti. Tapi aku tak yakin akan ada orang yang mau berjalan hanya untuk datang membeli roti sekitaran jam 2 atau jam 3 pagi.

Korea memang negara sibuk,tapi tak semua dari penduduknya rela membuka mata dari tidurnya hanya untuk memenuhi keinginan memakan roti.

Terutama ketika roti coklat yang isinya banyak betul hingga meleleh leleh mereka makan sebelum sarapan,maka perut mereka akan memberontak dan mual. Aku yakin itu.

Roti polos yang ada di depanku saat ini seperti memanggilku dengan suara mendayu dayu agar aku makan lalu ku cerna.

Warna kremnya segar,wanginya tak perlu diragukan. Sangat menggugah,belum lagi dengan bentuknya yang sederhana namun lucu.

Tapi mereka tetap tak dapat membuatku membuka mulut lalu memakan mereka.

Campuran terigu,ragi,dan bahan lain lain yang pada umunya dapat menggugah selera manusia manapun,tak dapat menggugah seleraku.

Karna aku tu komposisi sebenar dari roti polosan ini.

Maksudku,orang waras mana yang mau memakan campuran ketombe manusia yang dimasukkan kedalam berbagai bahan lalu tuing,jadilah roti polos yang tampak normal dan menggugah selera.

Baiklah,aku berlebihan.
Mari kita ganti objeknya.

Sebuah bungkusan wafer berisi 5 potong dalam satu bungkusnya tampak dapat meleleh leleh isinya ketika dimakan. Tapi aku berharap tak ada yang mau memakan wafer itu.

Maksudku,siapa yang mau memakan wafer yang dioleskan kotoran burung diantara dua potong wafernya. Selai isinya terbuat dari air liur anjing chihuahua yang dipanaskan dengan sirup hingga kental lalu ditambahkan vanilli. Kotoran merpati dioleskan duluan,lalu oleskan selainya. Tutup dengan wafer lainmya. Lalu,datanglah pembeli. Permisi,aku mau beli ini.

Kalian mau?

Tak apa,mungkin kalian gila.

Sejujurnya,aku menyukai tempat ini. Sangat malah. Tapi aku sendiri tidak tau apa aku menyukai makanan yang ada di sini,atau setidaknya;

Apakah aku menyukai mereka yang membeli makanan di sini?

Nanti nanti kalian tau.

Kalian akan melihat seorang pemuda yang cukup tinggi berdiri di balik kasir dari balik kaca toko. Wajahnya menawan,senyum dan lantunan ramah tak lepas darinya.

Ketika kalian bersinggung mata,mungkin kalian akan mendapat lambaian darinya.

Yu Wanwei-jun.

Pria blasteran China―Korea itu akan melayani kalian hingga benar benar puas,dan aku dapat menjamin hal itu.

Adalah cerita lama,ketika aku baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat yang lusuh ini. Dan sebenarnya,hal itu cukup layak dikenang,mengingat toko ini adalah penyelamatku.

Aku masih berupa anak berumur 8 tahun yang entah bagaimana bisa aku tersasar di kelas 5 sekolah dasar.

"Hai,nak. Kamu mau beli roti?" Weijun menghampiriku,berjongkok untuk menyamai tinggi,meski dia tetap lebih tinggi.

Aku mengangguk,saat itu aku seperti bisu. Aku menghemat suara,kata,napas,dan energi ku sendiri. Karna nanti energi itu akan berguna.

"Kamu lihat penjepit itu?" Aku mengangguk lagi. "Gunakan penjepit,dan jangan mengambil dengan tanganmu sendiri. Nanti makanannya kotor. Kamu mengerti?" Aku mengangguk ketiga kalinya. Hal kecil seperti itu pasti mengerti.

Weijun meninggalkan aku,langsung melayani pembeli lain di kasir.

Tanganku menggapai plastik bungkusan yang agak lebih tinggi,lalu mengambil mengambil penjepit.

Sesaat,aku sudah dapat memutuskan mau beli apa. Tapi,ketika aku merasa kue kering dengan taburan coklat yang aku inginkan itu cukup enak,datanglah si Tukang Roti.

"Kue itu adalah lumpur pinggir sungai beserta kerikilnya. Rasio terigunya 3:7,ada campuran coklat kokoa asli di sana,dan taburan coklatnya adalah kerikil itu sendiri."

Penjepit jatuh dari tanganku,dan aku tau seharusnya aku tak menjatuhkan benda itu. Weijun mendekati kami,sementara aku menatap si Tukang Roti.

Asumsi ku saat itu :

Tukang Roti itu tinggi,lebih tinggi dari Weijun. Rambutnya putih,karna kelainan genetik. Warna matanya merah,sama,karna kelainan juga. Tatapannya sinis,tapi tajam. Dan rasanya,dia bisa memakan mu hidup hidup kapan saja jika dia mau.

Asumsi ku saat ini yang mana adalah kenyataanya :

Tukang Roti itu bukan manusia.

❃❃❃

"Aku pulang..."

Aku kecil yang masih berumur 8 tahun terbiasa sendiri di rumah,namun aku sudah terbiasa mengucapkan dua kata itu.

Oh,tidak. Ada orang lain di rumah. Pengasuh Kim.

"Halo" Kataku sambil menunduk dalam dalam,menunggu sandal pengasuh Kim hilang dari pandangan.

Siapa itu Pengasuh Kim? Ibuku. Ya,setidaknya aku sempat berpikir begitu. Sebenarnya aku tak pernah mau menganggapnya sebagai Ibu,karna dia sendiri tak pernah menganggap ku sebagai anaknya.

Tak apa,lagi pula dia hanya Ibu tiri.

Ayah ku menikah lagi setelah Ibu kandungku mati. "Ayah ingin mencarikan mu Ibu baru. Ini adalah Pengasuh Kim. Bagaimana menurut mu? Kamu menyukainya,Nak?" Setidaknya kala itu Ayah masih menanyai pendapatku.

Aku ingin menggeleng,karna aku tak suka tampang dari wanita yang punya nama Kim Min-ji itu. Tapi Ayah menaruh harapan besar padaku,dan itu terlihat jelas di matanya yang berbinar.

Aku mengangguk.

Dan kini aku tau itu adalah suatu kesalahan besar. Saat itu Pengasuh Kim masih baik sekali padaku. Dia sering membawakan ku makanan atau mainan yang umumnya anak seusiaku mainkan,karna Ayah tak pernah memberikan aku mainan.

Tapi lama kelamaan,Pengasuh Kim semakin menunjukkan kekuasaannya padaku. Terutama ketika Ayah dan Pengasuh Kim sudah menikah.

Wanita itu punya anak perempuan yang sedikit lebih muda dari ku. Kim Sara. Gadis kecil itu cantik.

Rambutnya hitam panjang selutut,matanya berwarna Hazel dengan kilatan halus,hidungnya mancung dan senyum membuat bibirnya tampak berisi.

Dia baik,tak seperti Ibunya. Tapi konflik masa depan membuat aku mulai mempertanyakan kebaikannya.

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang