Itu mimpi yang aneh. Siapa itu White? Aku belum pernah melihatnya. Kenapa dia masuk ke dalam alam bawah sadarku?
"Boboiboy, tolong balik tanda tutup toko!" Yu-wan berteriak dari dapur. Aku mengiyakan, balas berteriak.
Reverse dan Yu-wan memutuskan menutup situs toko selama beberapa saat dan menjual roti yang 'normal' di Indonesia. Itu pilihan terbaik kami, kalau kalau Polisi Korea melacak kami bagaimana, kan?
Kami perlu menaikkan kembali ekonomi toko.
Ini hari pertama toko dibuka, kami sudah memastikan semua aman, cuma Reverse saja yang menghilang entah ke mana. Dia pamit pergi berjalan jalan jam setengah 6 pagi tadi, namun sampai sekarang belum kembali, padahal sudah jam 9.
Aku sudah mencoba menghubunginya, namun tidak dijawab oleh Reverse. Setidaknya nomornya tidak mati.
Ini hari sabtu, tidak ada sekolah hari ini. Jadi aku bisa fokus dengan toko. Yu-wan bilang, tidak perlu membuat acara pembukaan. Cukup berikan beberapa potong roti khusus kepada 10 tetangga di kanan, 6 tetangga di kiri, 3 di belakang, dan 8 di depan.
Sebenarnya itu jumlah yang janggal, namun yasudah, aku ikut saja.
Yu-wan mengajakku pergi membagikan roti. Setengah jam, kami sudah hampir selesai. Sejauh ini, tetangga memberikan respon positif, menyambut kami dengan baik. Beberapa hanya merespon sekenanya karna sedang sibuk.
Tak apa, kami maklum.
Sekitar jam 10, kami benar benar selesai membagikan roti. Yang menghabiskan waktu itu saat tetangga mengajak berbincang dan tak berhenti bertanya. Itu juga tidak masalah sebenarnya. Mereka hanya ingin mengenal kami.
Nah, ada yang tengah aku pikirkan.
Selama ini, aku pikir Dia yang menghantuiku selama aku di toko di Seoul telah hilang. Memang dia tidak pernah ku rasakan akhir akhir ini. Tapi aku tau, dia pasti masih ada di sekitarku. Tetap memperhatikan dengan takzim.
Namun bukan ini yang mau aku bahas. Aku mau membahas soal si White itu. Maksudku, kenapa dia masuk ke mimpiku? Siapa dia, aku juga tidak tau. Tapi tadi dia menyebutkan pemuda dengan ciri fisik seperti Reverse.
Aku hanya berpikir, apa kira kira dia dan Reverse punya hubungan? Ini rumit. Sejauh ini, yang ada di toko ini hanyalah unsur mistis, jika ada kejadian dari masa lalu, seharusnya bisa menjelaskan kenapa toko ini punya aura aneh... Tapi mari kita berhenti membahas hal mistis dulu.
Jadi saat itu adalah malam hari. Fang meneleponku dan memintaku pergi menemaninya balapan. Aku sudah mengatakan padanya bahwa itu tidak baik, tapi bukan Fang jika mudah dibilangi. Akhirnya aku meminta izin Yu-wan dan Reverse untuk pergi bersama teman.
Mereka membolehkan, katanya, biar aku ada interaksi sosial.
Menemani Fang balapan akan lebih baik dari pada melihatnya ugal ugalan di jalan. Jadi aku akan mengawasinya malam ini.
Sekitar jam 8, dia menjemputku. Entahlah, aku merasa menjadi wanita.
"Yo, Boy. Jangan ngomel, yah." Katanya sambil melemparkan helm. Aku mendengus, tidak menghiraukan.
"Lo harus gaul dikit cuy, jangan kaku lah, minimal." Celotehnya kemudian disusul tawa.
Dia bercerita banyak hal selama di jalan, maka 15 menit terasa begitu cepat.Area balapan itu luas, banyak gadis dengan pakaian cukup terbuka, dan aku tidak begitu tertarik memperhatikannya. Aku turun lebih dulu, melepaskan helm. Langsung mengibaskan rambut agar tatanannya tidak hancur.
"Widih, bawa temen. Cewek aja belom pernah lo bonceng, lo malah bonceng cowo. Sus amat." Salah satu temannya berceletuk.
"Muka muka kiyowo lagi. Gilaaaa." Yang lain menimpali.Aku tersenyum senatural mungkin. Berusaha tidak kesal. Tapi sepertinya Fang tidak tertipu dengan senyum itu, dia tertawa melihatnya. Seakan tau aku kesal.
Dia mengacak rambutku, mentang mentang aku lebih pendek. Tapi ingat, ini bukan kisah cinta.
"WOOOOOOOOO, EPIK SUSSY BAKA, KAWAAAN!!" Temannya kembali berceloteh, bersekongkol mengejek Fang.
"Terserah lo." Fang merespon sekenanya "Gue dapet tiga ronde, lawannya beda. Kalo selesai, gue langsung anter lo balik." Katanya padaku.
Aku hanya mengangguk, duduk di kursi terdekat.Aku mengenali semua motor yang ada di sini, pernah membacanya di suatu buku. Fang melemparkan jaketnya padaku sebelum menaiki motornya lagi. Berjaga jaga jika aku merasa dingin.
Sungguh, aku benar benar merasa menjadi wanita. Ini tidak bagus.
Lawan pertamanya, seingatku namanya Alan. Tinggi semampai, rambutnya hitam, wajahnya seperti kebanyakan gadis impikan. Aku perhatikan, dia senang menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan.
Ronde satu mulai, itu persaingan ketat. Fang menang dengan jarak tipis dari Alan. Hadiah pertama, tiga juta rupiah.
Ronde kedua, lawannya bernama Zaman. Sebelas dua belas dengan Alan, namun dia lebih santai. Sempat bercanda dulu dengan Fang. Fang menang lagi dengan jarak lebih tipis dari saat berlawanan dengan Alan.
Lalu, ronde terakhir. Lawannya yang paling resek (Menurutku). Namanya Mizan. Wajahnya tampan, aku tak menyangkal itu. Sempat bercanda dengan Fang, tapi bukan candaan yang menyenangkan.
"Ayy, Fang the loser. Gue liat lo bawa temen? Tumbenan? Biasanya paling anti motor lo dinaikin orang lain." Itu fakta yang baru aku tau.
"Berisik banget lu, cuy. Udah malem nih, ntar gua disabet sama dia. Basa basi mulu, takut lo?" Fang balas 'bercanda' membawa bawa aku. Terserah.
Percaya atau tidak, emosiku benar benar keluar di sini.
Ronde ketiga dimulai, desing motor kembali mengisi ruang telinga. Kali ini aku tak melihat dari kursi, melainkan benar benar berdiri di pinggir lintasan. Aku kesal dengan orang bernama Mizan itu.
Dia meludah dulu sebelum menyalakan mesinnya. Bukankah itu jelas jelas sebuah penghinaan?
Seluruh penonton saling berteriak menyebut nama Fang dan Mizan.
Lalu aku? Ya tentu aku ikut berteriak."Harus menang Fang!" Itu pelopor terbaik untuknya. Tentu dia semangat. Selama ini aku tidak pernah menyetujui aksinya, jika aku sudah mendukung, Fang tidak perlu menahan diri.
Asap knalpot sudah terkumpul banyak, satu, dua, tiga.
Fang dan Mizan langsung melesat dengan kecepatan tinggi. Mereka sangat tidak menyukai satu sama lain, ini adalah persaingan terketat malam ini.
Fang memimpin, lalu Mizan menyusul di depannya. Mereka saling memimpin setiap beberapa puluh detik. Sorak sorakan terdengar keras.
Aku menatap takzim keduanya tanpa suara.
WOOOOOOO, Sorakan kemenangan untuk Fang lagi. Dia menang lagi dengan mengesankan. Itu hebat, bahkan dia sempat selebrasi. Aku menyeringai kecil, ikut senang.
Tapi, hey, Mizan meminta pertandingan ulang. Tak puas dengan hasilnya. Aku menggeram kecil.
Fang menghampiriku dulu. "Restumu, Bang." Celetuknya. Aku mendengus, tidak tertarik dengan candaannya.
Fang tertawa, lalu segera kembali ke arena. Hasil ronde 3(2) sama, Fang menang dengan selebrasi. Tapi Mizan tak meminta pertandingan lagi, dia kalah dengan adil, itu cukup.
Fang mengajakku pulang setelah menerima hadiah juara. Sempat tertekan dengan beberapa celetukkan temannya, aku menutup kaca helm, mengatur napas berulang kali.
Tapi itu seru, aku jadi sering menemani Fang balapan kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁ
FanfictionTerpaksa menerima pernikahan kedua sang Ayah, seorang remaja tanggung hidup bagai di gerbang neraka bersama Ibu tirinya yang selalu menunjukkan kekuasaan dan Adik perempuannya yang tak tahu cara membela diri. Tertuduh membuat adiknya trauma berat, B...