Pecahan 17~𝚃𝚑𝚎 𝚂𝚒𝚕𝚎𝚗𝚌𝚎

116 27 4
                                    

Jakarta, 23.56, Sabtu, 19 ???

Malam itu, saat Yu-wan merangsek masuk ke kamar, Polisi sudah mengepung toko. Ada yang melaporkan produk produk toko.

Reverse yakin itu ulah pembeli yang mungkin mendapatkan hasil yang tak diinginkan. Maka dengan kecepatan cahaya, kami langsung membelah akal manusia saat kami melewati ruang dan waktu.

Berpindah tempat, atau bahasa kerennya, teleportasi.

Sebenarnya bukan hanya kami yang berpindah. Melainkan seisi kamar bawah berpindah.

Jakarta, Indonesia. Reverse memutuskan menetap di sini beberapa lama. Dia memanipulasi waktu, memanipulasi ingatan orang orang. Dalam satu malam, sebuah lapangan kosong sudah menjadi toko yang baru.

Namun tak ada spesifikasi perubahan berarti. Semuanya sama. Plang, cat kusam, denah, atau bahkan noda yang menempel di wallpaper dalam toko. Sama saja.

Reverse meminta maaf padaku karna harus terseret dengan semua ini. Sebagai tanda permintaan maafnya, dia menyambung sekolahku. Aku tidak terlalu memikirkannya, namun dia bersikeras, maka sampailah aku di sini.

Seharusnya aku masuk ke kelas dua atau ketiga sekolah menengah pertama, tapi entah mengapa aku bisa tersasar di SMA.

Ketika mengikuti tes salah satu SMP, salah satu penanggung jawabnya mengatakan aku harusnya lulus masuk SMA. Lalu dia mulai mengoceh tentang IQ, dan yang lainnya pada Yu-wan sebagai waliku.

Seragam yang digunakan begitu berbeda dengan di Korea. Warnanya bervariasi, lebih nyaman, dan seragamnya diganti setiap hari. Rata rata sekolah Korea memakai seragam yang sama sampai kenaikan kelas atau setidaknya sampai rusak.

Gedung sekolah tak begitu besar dan megah, namun bersih dan rapi. Tak ada lapangan PE, namun ada lapangan untuk upacara mingguan yang digabung dengan lapangan PE.

Kantinnya berbeda dengan kantin di Korea. Di sini tak ada satu meja panjang prasmanan, yang tersedia hanya stand perorangan dan jajanan ringan dengan gerobak atau tempat gendong.

Sekarang, hari ketigaku di sini, dan aku belum berniat mencari teman. Namun aku sudah mendapatkan beberapa karna mereka berinisiatif ingin mengenalku. Mereka ramah, aku menyukai mereka

Bahasa Indonesia mudah dipelajari, aku dapat menguasainya dengan belajar selama tiga jam. Meski nonstop, tapi aku rasa itu cukup adil.

Aku mempelajari beberapa bahasa akrab Indonesia. Aku menuntut diriku untuk menjadi sosok yang berbeda.

Sesosok Boboiboy yang baru. Yang riang, yang terbuka (dalam batasan tentu saja), yang bahagia, yang dapat diandalkan sebagai pendengar yang baik.

Kami membuat identitas baru. Aku menghilangkan marga Park dan menggantinya dengan Eun.

Begitu juga dengan Reverse dan Yu-wan. Awalnya atas usul Yu-wan, hanya aku yang mengganti margaku, namun kami membuat alibi yang lebih terkelola. Karna (entah kenapa aku baru sadar) wajahku dan Reverse sangat mirip, Yu-wan membuat skenario baru. Reverse adalah kakakku, dan Yu-wan adalah wali kami.

Reverse mengajakku duduk di atas gedung kosong samping toko. Rembulan sedang terang terangnya bersinar di atas kami. Jika melihat ke bawah, ada sebuah kafe dengan penerangan lentera yang diisi banyak pasangan. Mereka menikmati cahaya bulan sambil menggandeng tangan pasangan mereka.

Itu manis, sangat manis. Sayangnya itu hanya kepalsuan hidup yang menyesatkan. Momen itu hanya beberapa waktu sebelum air mata menggenang di kelopak mata lalu mulut mengeluarkan cacian untuk satu sama lain. Momen saat mereka tak lagi bersama. Putus.

Reverse selalu tertawa ketika melihat pasangan pasangan itu putus di Korea, maka tetap sama tawanya saat kami di Jakarta, Indonesia.

Tinggal dua 2 menit sebelum jam benar benar menunjukkan waktu tengah malam. Reverse tetap tidak mau turun setelah sekian kali aku mengajaknya. Namun dia memperbolehkan aku turun. Tentu saja aku tidak turun.

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang