Chapter 35~ᴡʜᴏsᴇ ᴛʜᴇ ᴛʀᴀɪᴛᴏʀ?

106 21 5
                                    

Kadang kadang jalan yang kita tapaki bukanlah jalan yang benar. Bisa saja di tengah tengah jalan itu ada sebuah rintangan yang terlalu berat untuk kita. Atau bisa saja jalan itu buntu. 

Dan yang lebih buruk, tak ada yang tau jalan yang kita ambil adalah jalan yang benar atau jalan yang salah. Karna manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Namun jangan merasa aneh, karna itu juga bukan sepenuhnya salah kamu.

Kamu mencari jalan dengan sudut pandangmu, itu hak kamu, maka tidak ada yang punya hak untuk mengatur kamu. Hak mereka hanya sampai pada tahap menasehati kamu untuk memberikan kamu yang terbaik. Sisanya, itu resiko dari pilihanmu sendiri.

Membuat pilihan mungkin terlihat, terdengar, dan terasa sepele. Namun itu adalah hal yang berat. Di setiap pilihan, kamu akan mendapatkan tanggung jawab, kewajiban, dan hak dengan tingkat yang berbeda beda.

Terkadang hak yang kamu dapat lebih tinggi, terkadang tanggung jawab yang lebih tinggi, dan terkadang juga kewajiban yang lebih tinggi. Untuk membuat pilihan yang benar, kamu harus tau ada di level mana, dan seberapa cocok pilihanmu dengan kamu.

Jangan memaksakan diri, karna kamu tidak akan mendapat apapun. Jangan juga kamu memilih yang tidak kamu butuhkan, kamu akan menyesalinya nanti.

Membuat pilihan bukanlah hal mudah. Membuat pilihan adalah tentang seberapa sadar kamu soal diri kamu sendiri.

"Hei."
"Iya?"

Solar meraba bahuku.

"Tidak usah memaksakan diri. Kamu sudah melamun cukup lama, loh. Kalau kamu menunggu di sini, kamu tidak akan kenapa napa."

"Aku ikut."

"Tidak usah kamu di sini saja!"

"Aku ikut, Nona. Itu keputusan final ku. Aku mengerti Nona tau apa bahaya yang menunggu aku yang seorang manusia. Tapi Nona bukannya berhak memilih untukku. Tolong cukup bantu aku saja di dimensi kalian."

Mereka menatap ku dengan tatapan yang berbeda. Solar dengan tatapan kaget tanpa maksud, Halilintar dengan tatapan yang aku tak mengerti apa maksudnya.

Meskipun jalanan tak pernah luput dari kendaraan yang melintas, namun atmosfer di sekitar kami sangat dingin dan sepi.

Mereka akhirnya mengizinkan aku ikut ke dalam. Bukannya aku mau menjadi berani atau bagaimana, aku mengingat bahwa Yu-wan dan Reverse sudah membantuku dengan berbagai masalah yang aku alami, mereka bahkan mengerti mengapa atau bagaimana masalahku terjadi.

Kesenjangan di antara kami bertiga sangat jauh. Mereka tidak berada di tebing yang sama denganku saat ini. Jurang yang ada di antara kami sangat lebar. Aku perlu pijakan yang aku buat sendiri agar aku bisa menyusul mereka.

Bahkan jika aku jatuh di tengah jalan, maka setidaknya aku tidak mati sebagai seseorang yang hanya dapat menunggu.

Karena seseorang yang hanya dapat menunggu, adalah seseorang yang biasanya terluka hatinya dan terlalu takut untuk kembali berjalan di atas tanah kehidupan.

Solar kembali menghadap pintu kaca toko dan menyentuh kaca itu dengan seluruh telapak tangannya. Dia menengok ke arahku dan aku hanya menatapnya lurus karna aku tau dia masih mencoba meyakinkanku untuk tidak ikut.

Begitu Solar memecahkan mantra di pintu, Solar memimpin jalan masuk ke dalam pelan pelan. Mereka memastikan aku ada di tengah tengah mereka.

Halilintar mengucap mantra untukku agar auraku tidak begitu kentara. Aura orang yang hidup dan orang yang mati sangat berbeda dan sangat terlihat. Jika Halilintar tidak meredupkan auraku, entahlah jadinya bagaimana.

Namun ada yang aneh. Saat itu Solar memimpin jalan masuk ke toko. Dalam toko benar benar tak lagi bisa ku kenali. Hawanya lebih kelam, propertinya lebih lusuh. Malah terlihat tidak terawat. Plafon kayu berlubang satu dua, bahkan ada kayunya yang sampai turun ke lantai. Roti dan produk produknya sudah melebihi batas kadaluarsa,

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang