Chapter 27~ɢᴜᴇss ᴡʜᴏ.

87 27 1
                                    

Ini minggu yang sepi. Minggu paling sepi selama aku pernah hidup.

Yu-wan dan Reverse pergi pagi pagi sekali karna ada urusan. Toko juga tutup karna Reverse bilang pasti nanti aku repot jika bekerja sendiri. Jadi aku diam di kamar bawah, menyalakan lilin yang temaram agar lebih membuat suasana, dan membuka buku dengan judul bahasa Inggris itu.

Aku membukanya secara perlahan, namun kalimat terror yang ada saat pertama kalinya aku membaca hilang. Aku meneguk air ludahku, aura dari buku ini sangat pekat.

Ah...

Mengapa sekarang bukunya menjadi semacam diari? Diari ini dimiliki oleh...
White.

White...?

Maksudnya White yang sering ada di mimpiku itu? Atau White yang lain? Mungkin White yang lain...ya, mungkin White yang lain.

Aku membaca halaman pertama di mana sebelumnya ada kalimat terror. Di sana tertulis;

Please don't read this pathetic note of mine.

Aku terdiam sebelum membalik halamannya. Ada kalimat lagi yang tertulis;

Why so curious?

Lalu di halaman halaman berikutnya hanya ada kalimat pendek yang tertulis dengan bahasa Inggris, seperti;

You sure?
You really want to read this?
Why?
Who are you?
Are you have any relate with me?

...

Apa aku punya hubungan dengannya? Entahlah... Aku tidak tau. Di halaman ke delapan, barulah halamannya terisi penuh. Lengkap dengan tanggal, hari, dan nama. Namun tidak ada informasi tahun.

14 May, Thurs.

Karakteristiknya memiliki rambut putih, namun dia adalah seseorang yang begitu abu abu. Tsk tsk tsk. Pasti kesabaranku sudah masuk ke tingkat tertinggi. Apa usaha bodohku ini worth it atau tidak, entahlah. Masa bodoh. Dia mengenalku saja sudah bersyukur. Hari ini Yu membuat steak untuk sarapan, aku berpikir apa dia menyukai steak. Hm, mungkin aku bisa membawa beberapa porsi untuk dia dan Adiknya.

Eh, mungkin sebaiknya tidak. Jangan jangan nanti dia akan menganggapku mengasihaninya. Bukannya malah akan menghancurkan citraku? Aduh, duh, aku memang cerdas.

Selain itu, kenapa ya, sudah hampir sebulan kami "berteman", aku dan Adik Adiknya sudah akrab. Mengapa rasanya dia masih begitu dingin padaku? Merinding hanya dengan mengingat tatapannya padaku dari belakang. Seperti dia bisa memakanku kapan saja. Aaiiih, aku tidak tau manusia serumit ini.

White.

...

Ini sungguh catatannya. Mengapa buku ini bisa berganti ganti begini, sih? Jangan jangan ketika aku menutupnya, isinya akan berubah. Apa aku harus mencobanya?

Aku tidak yakin apa catatan si White ini dapat membantuku. Jadi aku coba saja.

Aku menutup bukunya, meletakkannya kembali ke rak, menatapnya kosong selama 3-4 menit, lalu mengambilnya lagi.

Ah!..

Aku menjatuhkan bukunya...
Mengapa buku itu tiba tiba panas sekali...? Seperti habis dibakar. Apa aku harus menyiramnya dengan air? Tapi pasti nanti jadi basah...mungkin aku harus mengangin anginkannya saja. Ya, mungkin begitu.


Baiklah, mungkin itu bukan ide yang efektif. Setelah 15 menit aku meletakkan buku di depan kipas kecil, buku itu masih belum dingin juga. Bagaimana sekarang? Aku perlu meneruskan membaca buku itu.

Atau...
Pasti tidak apa apa jika aku memegangnya. Baik, kalau begitu aku terobos saja.

Eh.

Bukunya...bukunya menjadi biasa lagi.
Apa seharusnya sedari tadi aku terobos saja...?

Masa bodoh, aku langsung membuka lembar pertama di mana kalimat teror dan kalimat Inggris tadi. Dan aku benar. Bukunya berganti lagi isinya. Kali ini dengan bahasa Korea.

Nekat sekali, kamu teguh atau bodoh? Pilih satu.

Aku meneguk ludahku. Bagaimanapun, buku ini sedang mengejekku. Tsk. Ini bukan pertama kalinya aku membuka sebuah rahasia di tempat ini, jadi, yah, tidak mengejutkan lagi ketika sebuah pisau tiba tiba melewati pipiku dengan jarak 3 cm. Menancap di dinding.

Tentu aku hanya bergidik saja. Mana mau melihat ke belakang. Di dalam game game, biasanya ketika kita melihat ke belakang, akan ada jumpscare yang mengagetkan, jadi pilihanku adalah tidak melihat ke belakang dan hanya berkata ringan.

"Enyahlah, aku tidak berminat bermain."

Pisau di dinding tadi terjatuh di meja, lalu hilang. Aku menghela napas, bukunya memang berubah, namun isinya malah mengecewakan.

Selain di halaman pertama itu, isinya kosong, hanya kertas tanpa isi. Sudah nekat nekat aku menggenggam buku panas tadi, malah kosong.

...

"Kamu manusia, ya?" Suara gadis kecil terdengar, lalu disusul suara pintu tertutup. Ketika aku menengok, seorang gadis kecil dengan wajah...

Wajah Sara.

Persis, bahkan postur, dan seluruh detil tubuhnya. Ini benar benar Sara.

"Ooh? Gadis kecil ini adalah ketakutan terbesarmu? Bahkan sampai menjadi mimpi buruk, ya? Lucu juga. Kamu manusia dari mana? Mengapa bisa di sini? Mana si putih?"

Tiruan Sara kemudian meloncat dan duduk di meja. Benar benar di sampingku. Menatap mataku dalam dalam.

Ketika aku menatap matanya, rasanya seperti terperosok dalam pikiranku sendiri. Namun, pikiran yang aku maksud ini bukan milikku. Maksudku, milikku, tapi apa aku pikirkan hanyalah buatan semata.

Aku terjebak dalam lorong waktu. Lorong waktu ini telah dimanipulasi. Di sekitarku hitam, dan aku bisa melihat Ibu tergantung di kandelir sementara Sara di samping Ibu. Menatapku kosong.

Aku selalu berpikir sebelum melakukan sesuatu, dan biasanya tubuhku menunggu otakku memastikan apa yang aku akan lakukan, namun sepertinya, mereka tidak bisa menunggu otakku kali ini.

Ketika aku berpikir di mana aku, apa yang terjadi, kakiku lebih dulu berlari dengan cepat menuju jasad Ibu. Tapi apalah ini. Mereka terus menjauh. Semakin jauh, dan jauh.

Apa? Apa yang terjadi? Mengapa di sekitarku gelap? Kenapa mereka menjauhiku...?

Srak.

Hujan mengguyur sekitarku. Hujan pisau. Namun dengan bodohnya aku berdiri di tempatku. Melihat ke atas. Aku masih sadar, namun tubuhku tak mau mengikuti arahanku.

Pisau pisau itu entah dihujankan dari mana, namun mereka tidak pernah mengenaiku. Mereka hanya menghujan di sekitarku.

Aku menutup mata, merasakan apa yang aku ingin rasakan. Sensasi itu. Sensasi mendengar deru hujan. Mendengar percikan air menyentuh tanah, untuk kemudian mencium wangi khas tanah yang bercampur hujan...

Ibu, aku merindukanmu sekarang.

Zt..
Tak.

Aku menampar gadis tiruan Sara begitu aku tersadar. Dia menyeringai seram sambil menunduk dan merasakan panas di pipinya dengan tangan.

Aku bergegas menyambar buku dan beranjak dari kursi, lalu menjauh dari gadis tiruan itu. Dia tidak beres. Sangat.

Ketika aku menyadari bahwa dia seharusnya tidak ada di sini, dan ketika aku menyadari siapa yang tengah aku hadapi ini, sepertinya aku sudah terlalu terlambat untuk membuka pintu, lari, dan keluar dari toko.

"Kamu berbeda, manusia. Aku menyukai aroma jiwamu, berikan padaku."

Dia kemudian menyilang kakinya bak Putri, bertopang dagu dengan lutut.

Dengan segala cara, dia harus pergi dari sini. Succubus ini harus pergi. Saat ini juga.

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang