Chapter 11~𝚂𝚘𝚖𝚎𝚝𝚒𝚖𝚎𝚜.

130 27 2
                                    

Terkadang,

Kita perlu belajar untuk mengerti bahwa tidak semuanya harus diketahui. Terkadang, kita perlu belajar untuk menerima bahwa tidak semuanya dapat diterima akal. Terkadang, kita perlu tau, dan mengerti, bahwa manusia bukan satu satunya makhluk yang ada di Bumi.

Bukan soal hewan, tumbuhan, ataupun mikroorganisme, tapi tentang semua yang manusia tak bisa percayai.

Ketika sendiri. Dalam kegelapan yang sama sekali tak abadi.

Sebenarnya tidak ada yang kita takuti. Namun pikiran, terus menerus mengolah, memunculkan segala jenis imajinasi.

Terdapat apa di kegelapan sana?
Apa yang tengah menunggu aku maju?
Kapan kegelapan ini hilang?
Mana matahari?

Ada apa di belakangku?
Mana ponsel ku? Ada senter di ponselku.
Apa yang mengejutkanku jika aku berbalik?

Apa?

Ada apa di kegelapan?

Tidak ada apa apa di sana. Itu hanya sekadar pemikiran belaka. Imajinasi brengsek oleh pikiran yang tak juga hilang.

Teoriku ini adalah teori sebagian orang di luar sana. Namun kelamaan menjadi sebuah Paradox seiring dengan dikenalnya makhluk mitologi dan sejenisnya yang berbau astral.

Makhluk mitologi sebenarnya bukan makhluk jahil yang suka mengganggu manusia. Berbeda lagi jika manusia lebih dulu mengusiknya.

Namun.

Aku menemukan bagian lain dari kata Makhluk Mitologi. Mereka ada. Bukan untuk mengganggu manusia, ataupun hanya menjadi hiasan dunia lain semata.

Mereka adalah peneliti.

Mereka meneliti bagaimana manusia di Bumi ini. Mereka ada di setiap penjuru. Bisa saja ada di rumah mu. Kamar mu. Atau bahkan dia sedang ada di belakangmu.

Jangan menengok ke belakang.
Dia memperhatikanmu.
Dia ingin mengenal kamu.

Meski dengan cara yang salah.

Semua orang punya suatu hal, yang selalu ada di mana kita berada. Dia tidak jahat, juga tidak baik. Dia hanya diam. Memperhatikan mu. Dari dekat, maupun jauh. Dari samping, maupun depan atau belakang. Dia hanya memperhatikan mu dengan takzim. Tidak bisa disebut 'seseorang'. Tak juga bisa disebut sesosok.

      "Yang dilakukannya hanya mengamati. Namun sesekali mengikuti. Cara bernapas. Cara berjalan. Cara melihat. Cara berpikir. Cara berpakaian.

Kamu, aku, kita. Memiliki dia.

    Kamu bisa merinding karna dia. Tapi kamu juga bisa merasa nyaman karna dia. Kamu bisa merasa diperhatikan olehnya, tapi kamu tak akan bisa tau di mana dia.

     Dia bukan iblis, malaikat, hantu, jin, dan apapun. Dia, hanya dia."

    Aku, kamu, kita, tak pernah mengenalnya. Dia juga tak mengenal mu, dia hanya dia. Mengikuti. Memperhatikan. Tak pernah ada maksud apapun. Tak. Pernah."

Reverse benar. Dia, memang selalu ada. Karna apa yang dia ceracau saat merenung di kaca toko, hanyalah tentang dirinya, Yu-wan, dan bangsanya.

Yu-wan, ah, maksudku, seekor Qiulong² di depanku ini sepertinya setengah hati sekali menunjukan wujudnya di depanku.

(Author's Note² : Qiulong atau qiu adalah naga Cina yang secara kontradiktif didefinisikan sebagai "naga bertanduk" dan "naga tak bertanduk.)

Atap toko hancur karna Yu-wan yang tiba tiba bertransformasi. Aku sudah berikrar untuk tidak kaget dengan apapun yang terjadi di sini, namun ikrar itu sudah dua kali aku ingkari. Aku tidak yakin apa aku bisa mempertahankan ikrar itu.

Yu-wan menunduk dari atas sana. Aku perlu mendongak dan menahan rasa pegal untuk melihat kepalanya yang ada di atas sana. Aku sempat bertanya tanya apakah dia mampu menembus awan?

Yah, aku menyesal memikirkannya. Yu-wan menunduk ke arahku sebentar, lalu bergegas terbang membelah awan. Tepat sekali setelahnya, guntur menyambar sekitar 2 meter dari tempatku berdiri. Aku tidak punya ide untuk melakukan apapun. Dan aku mengira ngira jika Yu-wan akan memintaku bersembunyi dalam situasi ini jika dia ada bersamaku sekarang.

Jadi aku bergegas masuk ke konter dan berlari ke kamar.

Kamar dalam konter masih sama. Hangat, berbau rumah sakit meski hanya sedikit, dan berbau kayu bercampur lavender. Namun ada yang berubah. Tapi aku tak sadar di mana perubahannya.

Apakah itu di tirai jendela? Tidak, tirainya tertutup.

Apakah ada susunan tabung ramuan yang berubah? Tidak masih sama.

...

"LINGKARAN." Aku terloncat kecil ketika menyadari bahwa lingkaran yang menyerupai portal pemanggil iblis di lantai berubah susunan.

Tadinya warna putih susu dan jelas. Bentuknya lingkaran besar lalu di dalamnya di gambarkan beberapa bintang sedang, lalu lingkaran lebih kecil, dan bintang besar di tengah di tambah tulisan tulisan berbahasa Ibrani dan latin.

Namun sekarang, warnanya marun seperti darah yang mengering dengan pola beraturan.

Bentuknya lingkaran besar, lalu bintang besar di dalam lingkarannya. Hanya itu. Tapi kayunya terlihat lapuk dan sedikit basah. Seperti terguyur hujan.

Angin dingin tiba tiba menghembus tak tau dari mana. Rasanya seperti angin itu menghembus menembus tubuhmu bahkan tulang mu. Kamu akan bergidik ngeri jika kamu ada di posisiku.

Tirai di jendela itu diam saja, namun angin makin terasa.

Belum hilang angin itu, rasanya seperti aku diawasi ribuan pasang mata yang melihatku seperti tontonan khalayak ramai di panggung. Aku benci jika ada banyak orang melihat ke arahku.

Namun aku tak mencoba menengok ke belakang atau semacamnya. Itu hanya akan membuat dia tau bahwa aku menyadari kehadirannya.

Apa?
Apa kamu juga merasa diperhatikan sekarang?

Jangan terkecoh, tidak ada yang sedang melihatmu. Itu hanya pikiran belaka. Jika kamu sedang merebahkan diri sekarang, dan kaki mu terasa seperti dilewati angin atau sekadar terasa seperti ditiup, jangan mengubah posisi mu. Sama sekali.

Jangan merubah posisimu menjadi duduk, jangan juga menggerakkan kakimu.
Jangan biarkan siapapun atau a̶p̶a̶p̶u̶n̶ tau bahwa kamu merasakan angin itu.

Kamu mungkin akan merasa sedikit gelisah dan tengkuk mu menjadi sedikit menegang. Tidak apa, itu wajar. Dia ingin mengenal kamu.

Brak.

Sebuah buku tebal dengan judul berbahasa Latin jatuh dari raknya. Aku memperhatikan buku itu sejenak sebelum menghampiri dan mengambil buku itu.

Buku tua. Banyak debunya.

Hardcover. Warnanya hitam, dengan tulisan berbahasa Inggris sebagai judulnya.

Your Fantasy Is Never Yours.

Sedikit suaraku terdengar keluar ketika aku membacakan judulnya. Apa maksudnya...?
Fantasimu Tidak Pernah Menjadi Milikmu.

Terlalu banyak yang terjadi akhir akhir ini. Bagaimana aku punya kesempatan untuk berfantasi jika aku bahkan tidak bisa menentukan kapan aku kaget.

Aku dapat memastikan banyak kejutan lain di sini yang entah sengaja atau tidak, aku akan mengetahuinya. Masa bodoh ini sudah garis takdir atau apalah.

Aku hanya merasa semuanya terlalu cepat terkuak.

...

Apa.

Apa yang sedang angin dingin ini lakukan di kamar ini. Kenapa anginnya tak kunjung hilang. Perapian menyala, pemanas diatur sedemikian hangat. Mengapa angin dingin ini tak hilang...

Jangan.

Jangan sampai kamu bergidik.
Jangan samai kamu meneguk ludah ngeri.
Jangan sampai kamu terlalu fokus.

Dia mau mengenalmu.

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang