Chapter 34~ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ᴡᴏʀʟᴅ.

102 23 8
                                    

Terkadang kamu akan menemukan seseorang dengan bahu yang tegap di kerumunan. Dia tidak akan terlihat istimewa dari tempatmu melihatnya. Dia akan terlihat berbeda, jauh lebih melampaui istimewa, jika kamu bisa melihatnya tepat di tempatnya.

Bukan sebagai orang lain, melainkan sebagai seseorang yang berbeda. Yang dekat denganmu tanpa kalian perlu saling mengenal. Tanpa kamu melihatnya, atau dia melihatmu, jika kalian dalam jarak cukup dekat, akan ada getaran di pikiranmu.

Kamu akan merasa segala beban hilang untuk sesaat. Kamu akan bersyukur untuk itu. Tapi kamu harus tau. Bahu tegap itu bisa turun kapan saja.

Bahu yang tegap bukan berarti tak ada beban yang dipikul. Kasus yang sering aku temui, semakin tegap bahunya, semakin besar tanggung jawab dan beban yang dibawanya.

Bahu itu bukan sebagai penyangga postur, melainkan sebagai bukti bahwa beban itu ada. Namun terkadang, kamu akan menemukan kubu manusia yang lain.

Mereka, yang bukan meletakkan beban di bahunya, melainkan di balik tubuhnya. Di celah dirinya, di mana orang lain tak akan melihatnya. Punggungnya adalah tameng sekaligus pintu untuk menutup sebuah kotak dari dirinya. 

Kotak, yang isinya adalah masalah, beban, tanggung jawab, ejekan, bullyan, saran, bahkan kalimat yang tak akan pernah dihapus dari ingatannya.

Kubu manusia ini lebih langka dari kubu berbahu tegap. Kubu ini, adalah kubu yang merajai setiap kelompok manusia. Mereka ada di sampingmu. Membuatmu merasa bahwa kamu tidak sendiri. Bersedia membuka kotak miliknya, lalu membuka kotak milikmu. Mereka kemudian mengambil dari kotak itu, apa yang membuat kamu bersedih. Apa yang membuat kamu merasa janggal. Mereka mengambilnya, meletakkannya di dalam kotak mereka sendiri, lalu menutupnya lagi.

Untuk kemudian mereka ikut memikirkan masalahmu. Ketika kamu bertemu manusia dari kubu ini, betapa beruntungnya kamu. Kamu harus tau.

Lalu, aku bicara seperti ini, mengatakannya, menjelaskannya panjang lebar, sudahkah aku bertemu dengannya? Sudahkah aku bertemu dia yang berjalan di sampingku?

Ya.

Aku sudah bertemu dengannya. Tau yang lebih hebat lagi? Aku bertemu dua dari mereka.

❡❡❡

"Kamu tiba tiba datang, langsung meminta sesuatu. Manusia jangan seenaknya." Pengasuh anak anak itu adalah seseorang yang sepantaran denganku. Dia mengenakan jas hitam dan dasi merah. Dia juga mengenakan topi yang warnanya hitam dan merah.

Mungkin dia menyukai warna itu, entahlah.

"Ini permintaan dari Yu-wan. Aku pikir kamu pasti mengenalnya. Dia yang menyuruh aku ke sini."

Ketika aku menatap matanya yang sayup tajam dan dingin, ada suatu perasaan sesak di dadaku. Rasanya seperti dari belakang ada ular yang melilit ku hingga ke leher.

Napasku hampir habis hanya dengan menatap matanya saat keheningan ada di antara kami. Dia tidak berkedip sama sekali saat menatapku dengan matanya yang berwarna merah pekat. Warnanya lebih mencolok dari pada Reverse.

Kami masih saling tatap menatap selama beberapa saat hingga dia memalingkan wajahnya. Dan baru saat itulah napas ku bisa kembali normal. Rasa sesak yang sedari tadi menyeruak hilang begitu saja.

Aku meremas ujung bajuku agar aku kembali tenang. Dia berdiri dari duduknya dengan tangan ada di saku celana lalu mendekat ke arahku.

"Berani juga kamu." Katanya dengan nada rendah lalu melihat ke arah anak anak yang dari tadi ada di belakangku.

"Kalian yang bawa manusia ini ke sini saat aku sedang libur." Katanya.

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang