Keping 2~𝙷𝚎'𝚜 N̶o̶t̶ 𝙾𝚗𝚎 𝙾𝚏 𝚃𝚑𝚎𝚖.

91 19 0
                                    

White yakin pemuda dengan karakteristik aneh itu adalah manusia yang dicarinya. Tapi ada suatu perasaan mengganjal di hatinya begitu sampai di depan bangunan lusuh dengan cat hijau kusam itu. Sekitarnya sepi, hanya ada rumah terbengkalai. Kalaupun ada rumah berpenduduk, pasti penduduknya lebih banyak diam di rumah.

Komplek yang aneh.

Di atas bangunan hijau itu di tulis besar besar dengan plang. JANGAN BERTAMU, TIDAK ADA YANG MENERIMAMU DI SINI. Dahi White mengkerut. Tapi tertawa kecil kemudian.

Di pintu kamarnya juga ditulis kalimat seperti itu. Persis malah. Bedanya hanya ukurannya. Punya bangunan ini menggunakan plang besar, dan tulisannya bercat merah darah dengan font model drip. Pastilah seram. Sementara di pintu kamar White, hanya dari tangan sampai siku, itupun denga

n tinta hitam pekat, bukan merah.

White tanpa ragu mengetuk pintu rumah. 3 kali ketukan, White menunggu. Suara tikus terdengar di mana mana, ada satu dua kecoa di mana mana. Meski tidak bau dan kumuh, tapi hawanya seram.

Pintu terbuka hanya 5-10 centi. Yang membuka anak kecil dengan tinggi sedada White. Mengintip takut takut.

White tersenyum. Stak, pintu dengan cepat tertutup. White terkejut, tapi tetap berdiri di depan pintu itu. Beberapa saat, setelahnya pintu kembali terbuka, lebarnya lebih kecil dari lebar pintu tadi.

White mengangkat tangannya, melambai.
"Halo." Katanya ramah. Anak itu mengerjap, perlahan membuka pintunya sedikit lebih lebar. 1 inci lebih lebar.

"Eh, aku tidak jahat, kok." White menggaruk kepala belakangnya. Sedikit salah tingkah. Dia tidak terbiasa berinteraksi dengan anak anak.

Anak itu menyeritkan dahinya. "Kakak bilang orang yang mengaku baik malah sangat jahat." Katanya ketus. Hening kemudian. Tapi White bukanlah orang yang cepat kehabisan akal.

"Aku tidak bilang aku baik, kan? Aku hanya bilang aku tidak jahat. Tidak jahat itu bisa baik bisa juga netral. Tergantung keadaan, kan?" White menjawab asal.

"Berarti kau itu kakak kakak supermarket yang kemarin memberi selebaran."
"Eh?"

White semakin salah tingkah. Tidak mengerti apapun.

"Sebenarnya aku mencari orang, aku mau tanya apa kamu mengenalnya." Anak itu memicingkan mata. Tatapannya awas terhadap situasi.

"Siapa yang dicari?"
"Seorang pemuda 18-19 tahun. Tinggi. Rambutnya putih, matanya merah darah menyala, wajahnya...mhmm...bagaimana, ya? Agak...kaku――"

White bergegas menghindar dengan gesit saat anak itu mendadak menyerangnya. Tapi ini pengalaman baru untuk White, karna siapa sangka, White kalah cepat dari anak itu.

Anak itu loncat ke tubuh White, menibannya. White tercekik, ternyata remaja ini tidak main main.

"Untuk apa mencarinya!?" Anak itu semakin mencekik White. White menggeleng patah patah, jangankan bicara, bernapas saja susah.

Remaja itu melepaskan cekikannya, namun menahan tangan White sebagai ganti lehernya.

White terbatuk beberapa kali sebelum dengan rakus menghirup udara segar. Menimang situasi, White tau jika anak ini mengenal pemuda itu. Mungkin saja anak ini mau melindunginya. Tapi itu tidak penting saat ini.

Wajah anak itu dipenuhi cairan hitam di setengah bagian wajahnya. Bukan cairan...sesuatu yang menempel di kulit. Atau bisa jadi, benda hitam itu malah kulitnya.

"Wajahmu..."
"JAWAB! KENAPA MENCARINYA!?" Anak itu berseru galak, menepis tangan White yang hendak menyentuh bagian hitam.

"Eh...aku..."
"Ada ribut apa, Luise?"

𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang