Kepalaku rasanya seperti diputar putar. Semuanya berbayang sebelum penglihatanku pulih. Ada sesuatu yang mengganjal di kepala belakangku. Entahlah itu apa.
Rambutku rasanya lebih tipis, tapi seperti tertahan sesuatu. Aku beranjak duduk, mengerahkan semua tenagaku.
"Kamu sudah lebih baik?" Itu suara lembut yang amat ku kenali. Suara laki laki terlembut. Intonasi dan nada yang digunakannya tak pernah meninggi, malah terkadang kedengarannya merendah.
Aku mengerjap saat pandanganku tak lagi kabur. Menghela napas kemudian.
"Kenapa aku ada di sini?" Tanyaku tanpa mengambil segelas air yang Yu-wan sodorkan. Senyumnya masih terlukis jelas di wajahnya. Senyum sabar.
"Kamu pingsan di trotoar sebrang jalan. Kepalamu berdarah banyak, merembes ke bajumu juga. Semua orang hanya melihat dan mengerumuni tanpa ada tindakan. Reverse membawamu kesini, bergegas."
Aku menunduk. Lagi lagi. Tadi aku memang berlari tanpa arah, tak sengaja ke persimpangan di dekat sini dan tembus ke arah Toko. Maksudku aku tak mau terlihat Reverse atau Yu-wan, jadi aku mempercepat lariku. Tapi aku malah merasa pusing dan pandanganku kabur dengan cepat.
Saat lari menghindari gerimis tadi memang ada beberapa orang yang berteriak atau hanya menegur tentang darah di kepala belakangku. Aku hanya mengangguk, tak terlalu mengkhawatirkannya. Namun malah membuatku kembali ke sini.
Helaan napas halus terdengar dariku. Yu-wan duduk di kursi kecil, memposisikannya di samping ranjang, tepat di sampingku. Kali ini aku terpaksa mengambil segelas air yang diberikannya, namun tidak aku minum.
"Apa kamu takut merepotkan kami? Atau ada hal lain? Wajahmu terlihat resah."
Aku meliriknya sesaat. Sejak kapan ekspresiku mudah dibaca?
"Kamu mau cerita sesuatu?" aku menggeleng.
"Kamu sedih, Boboiboy? Kenapa?" Aku menggeleng lagi.Dia menghela napas, akhirnya menyerah.
Yu-wan beranjak berdiri, menghampiri rak buku yang kemarin ku baca. Dia menyusur rak baris ke 3 dari kanan ke kiri. Berhenti di buku terakhir sesaat kemudian, mengambilnya.
Aku meneguk ludahku, apa dia tau aku membacanya?
"Mari kita lihat. Kamu membaca halaman kedua saat lorongnya muncul di depan pintu?" Tanya Yu-wan.
Aku tak berani menatapnya. Bahkan untuk meliriknya saja aku takut.
"Ini buku yang langka, Boboiboy. Aku cukup terkejut saat Reverse bilang kamu membaca buku ini. Ada sidik jarimu di permukaan bukunya. Aku akan memberitahumu sesuatu."
Yu-wan kembali duduk di kursi samping ranjang. Tersenyum takzim menatapku. Mengambil ancang ancang.
"Dulu. Duluuuu sekali. Mungkin saat kamu berumur 8 atau 7 tahun. Aku pernah bertemu anak perempuan. Mirip denganmu nasibnya. Bedanya, dia masih memiliki keluarga kandung yang utuh. Namun kasih sayangnya tidak. Jangankan disayang, masih dibiarkan menghirup udara di tempat yang sama dengan keluarganya pun dia sangat bersyukur."
"Dia bekerja menjadi penjual koran saat umurnya 9 tahun. Ibunya pergi saat itu. Barulah sebulan kemudian dia menjadi penjual koran saat Ayahnya menghabiskan uang tabungan untuk mabuk."
"Aku bertemu dengannya saat aku di pasar. Membeli beberapa daging untuk membuat hotpot. Dia menghampiriku, bertanya apa aku mau membeli koran. Aku membeli satu meski akhirnya hanya jadi barang buangan."
"Saat aku pulang, aku bertemu dengannya lagi. Kali itu dia menghampiri Reverse yang sedang menyapu halaman toko. Tentu Reverse membelinya. Dia tidak akan kasar pada anak anak. Aku melihat anak kecil itu berlari pergi setelah berterimakasih pada Reverse."
"Setelah tak terlihat lagi anak itu, Reverse langsung membuka korannya. Aku mendekatinya dengan heran. Tak biasanya Reverse membaca koran. Lalu dia berkata padaku saat kami duduk santai di dalam."
"Buku ini bukan buku biasa. Kalau anak tadi memilikinya, mungkin kehidupannya bisa menjadi lebih baik. Reverse menunjuk buku ini. Buku sakral. Kalau kamu lihat, tidak ada tulisan apapun dari halaman pertamanya. Tapi, jika kamu bisa melihat dan membaca tulisannya, maka itu artinya, kamu bukanlah manusia yang kodratnya biasa saja. Pasti ada sesuatu yang salah. Atau bisa dibilang kamu itu spesial."
"Kami terus membeli koran anak itu. Sesekali kami menambah upahnya. Selama itu pula kami mencari buku itu dengan segala cara. Buku yang entah bagaimana informasinya bisa ada di koran. Lalu saat buku itu kami dapatkan, siap kami berikan ke anak itu..."
"Sudah sangat siap...kami melihat sendiri anak itu tewas di persimpangan jalan. Tertabrak bus. Anak itu mau menyelamatkan seekor kucing. Koran yang biasa digenggam tangannya berceceran. Tak jelas mana cover mana isi. Merah semua kemudian. Lalu buku ini terjatuh saat aku menghampiri jasad anak itu."
"Kami benar benar melihatnya langsung. Di depan mata. Melihat bagaimana dia terguling berkali kali karna hantaman keras. Namun yang paling kami sayangkan, tak ada selain kami yang melayat anak itu. Ngilu hati ku, entahlah dengan Reverse. Dia berdatar wajah."
"Saat kami kembali ke toko, Reverse menyerahkan buku ini lagi padaku. Katanya; Aku pikir buku ini perlu diinvestigasi. Aku rasa dia menyerap darah. Kau lihat, tadi tak ada tulisan sama sekali, tapi saat kamu menjatuhkannya dan bukunya terkena darah anak tadi, tulisannya mulai terlihat. Sudah dua halaman. Aku mulai menyusun semua perkara."
"Tapi aku tak bisa melihat tulisan di buku itu. Sama sekali. Bagiku ini buku kosong. Tapi jika kamu bisa membacanya, maka kamu memang harus membacanya."
Lengang kemudian. Aku mencerna setiap kalimat, kata, huruf, semuanya yang baru saja dikatakan Yu-wan.
"Kalau...kalau tulisan buku itu hanya dapat dibaca orang tertentu, bagaimana kalian yakin anak perempuan itu bisa membaca buku ini..." Tanyaku dengan suara serak.
Yu-wan tersenyum, senyum yang ganjil.
"Karna dia sepertimu. Aku sudah mengatakannya di awal."
"Apa maksudmu, aku tidak mengerti..."
"Kamu seharusnya sadar..."
"Sadar...soal apa...?"
"Bagaimana darah dalam dirimu bekerja."
Aku menatap dalam mata Yu-wan kali ini. Apa maksudnya, aku tak tau. Kenapa dia menceritakan semua itu, apa hubungannya denganku, entahlah. Aku tak tau.
Yang bisa ku mengerti sekarang hanyalah aku sedang dalam labirin saat ini. Aku tak tau jelas di mana aku, kemana tujuanku, atau apa aku akan keluar pada akhirnya. Aku tak bisa hanya menunggu takdirku, karna sejatinya, takdir akan berjalan saat kita membuat pilihan, bukan hanya diam.
Buku dalam genggaman Yu-wan menarik perhatianku dengan begitu kuat. Seakan ada magis yang mencoba menenggelamkanku. Tapi kemudian aku mengingat ingat lagi apa yang sudah kulakukan..
Hari saat pertama kali aku ada di sini.
Bagaimana aku memecahkan semua barang kaca di ruang tamu. Aku baru kembali terpikir, bagaimana bisa...?
Tapi pikiranku kembali buyar. Aku dan Yu-wan menengok ke arah pintu saat seseorang dengan pakaian basah membawa payung yang juga basah ke dalam kamar.
Reverse membawa sebuah kantong plastik supermarket. Pastilah dia habis belanja.
"Oh, Boboiboy. Kamu sudah bangun? Aku turut berduka soal rumahmu. AKu melihatnya tadi. Sayangnya, rumahmu terlalu matang, baunya gosong."
Celetuknya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐦𝐨𝐨𝐠𝐢 𝔹𝕒𝕜𝕖𝕣𝕪 // 𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 -𝚁𝚎𝚟𝚎𝚛𝚜𝚎 // ᴹᵞᵀᴴᴼᴸᴼᴳᵞ ᴬᵁ
FanfictionTerpaksa menerima pernikahan kedua sang Ayah, seorang remaja tanggung hidup bagai di gerbang neraka bersama Ibu tirinya yang selalu menunjukkan kekuasaan dan Adik perempuannya yang tak tahu cara membela diri. Tertuduh membuat adiknya trauma berat, B...