Chapter 42

4K 248 5
                                    

Seluruh air laut tidak bisa memadamkan api neraka, tetapi sedikit air mata yang menetes karena takut kepada Allah dapat melindungi kita dari api neraka.

Bismillah...
❥ jangan jadi silent readers!! vote diawal bab biar nggak lupa!
❥ Don't forget to reading Qur'an today
.
.
.
Happy reading 🖤

42| Mimpi buruk

Setelah berhari-hari berada di rumah sakit untuk pemulihannya. Hari ini Kiara sudah di perbolehkan untuk pulang.

Gus ahnan tentu saja senang, namun baru saja sampai di rumah gus ahnan sudah dipusingkan dengan permintaan aneh Kiara. Bagaimana tidak, Kiara meminta ingin makan bubur ayam, tapi nggak pake bubur, gimana tuh?

"Mana ada yang kayak gitu sayang, yang lain aja yah?" Bujuknya. Semoga saja istrinya itu bisa mengganti permintaannya dengan yang lain.

"Nggak mau Abang, Kia maunya itu!" Dengan kesal ia memukul lengan gus ahnan lalu membalikkan badannya, menaikkan selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Laki-laki itu menghela nafasnya pelan kemudian menarik selimut yang menutupi wajah istrinya
"Hey! Jangan nangis dong, iya Abang beliin, tapi jangan nangis lagi"

Kiara langsung merubah posisinya menjadi duduk menatap gus ahnan dengan berbinar "Beneran?"

"Iyaa" Gus ahnan mengacak rambut Kiara gemas 'Mau cari dimana yang kayak gitu ya Allah' batinnya gelisah. Namun ia tetap menyunggingkan senyum tak ingin membuat istrinya itu menangis lagi "Bentar ya, abang siap-siap dulu, bidadari tunggu dirumah aja oke?"

Kiara mengangguk dengan semangat "Oke Abang, kia tunggu ya" Setelah mendengar balasan Kiara gus ahnan langsung beranjak mengambil kunci motornya.

Laki-laki itu kembali menghampiri Kiara sembari mengulurkan tangannya yang di sambut Kiara, ia pun menunduk mengelus pelan perut istrinya "Bentar ya sayang babah beliin dulu, jangan nakal diperut ummah ya?"

"Oke babah, hati-hati"

Gus Ahnan mengecup kening Kiara singkat lalu berjalan kearah pintu.

15 menit berlalu gus ahnan belum juga kembali membuat Kiara merasa bosan menunggunya, dimanakah suaminya itu membeli bubur. Mengapa sangat lama?

"Bosen.... Apa kerumah ndalem aja kali ya nunggu Abang" Kiara mengangguk mengiyakan ucapannya sendiri, ia mengambil ponsel baru miliknya yang baru saja dibelikan gus ahnan didalam laci nakas.

Me
Assalamualaikum
Abang. Kia tunggu di ndelem ya?
Jangan lama Babah, dedek udah laper soalnya hehe😘

Kiara kembali meletakkan ponselnya di laci nakas. Mungkin, dulu yang paling sering ia lakukan adalah membuka ponsel namun sekarang semuanya berubah, ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama orang terdekatnya dibanding dengan setan gepengnya itu

Kiara meraih jilbab instannya yang tergantung di belakang pintu kamarnya lalu berjalan kelantai bawah.

Saat sampai di luar, sesekali ia membalas sapaan santriwati yang menegurnya. Perempuan itu memutuskan membeli cemilan terlebih dahulu sebelum ke ndalem.

"Mbak, ciki-nya 5" Ucapnya saat sudah sampai di koperasi

"Na'am Ning, ini" Kiara mengambil kantong plastik yang berisi cemilan lalu mengulurkan uang.

Setelah selesai ia langsung berjalan menuju ndalem, netranya tak sengaja melirik kearah pagar pesantren. Ia melihat gus ahnan yang akan menyeberangkan motornya, Kiara melambai-lambaikan tangannya menyapa sambil tersenyum. Ah, Kiara sungguh tidak sabar memakan bubur pesanannya itu.

Lauhul Mahfudz Kiara (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang