10

2.1K 237 6
                                    

Bella pov

"Thanks makan siangnya" ucapku berterima kasih padanya. Sekarang aku dan dia berada di teras rumahku.

"Yap, no problem" okay, sekarang suasana ini begitu awkward biasanya tidak pernah seperti ini, mungkin karena kita sudah lama tak bertemu dan ada beberapa hal yang berbeda dari kita sekarang.

"Umm.. well..." aku langsung mendongakan kepalaku dan melihatnya karena sedari tadi aku hanya menunduk.

"Bagaimana kalau hari sabtu nanti kita ke Vivid Sydney Festival?" Sial, dia mengajakku ke sana? Tentu saja aku mau! Bagaimana aku menolaknya? Dia mengajakku ke festival yang sangat kusukai, tidak hanya Vivid Sydney Festival saja yang aku sukai, semuanya aku suka.

"Aku mau!" Ucapku antusias dan dia tertawa melihatku antusias seperti ini.

"Well, i'll pick you up at 6 pm" ujarnya aku pun mengangguk bersemangat.

"Kalau begitu aku pul--"

"Kau tidak ingin masuk ke dalam?" Aku memotong ucapannya dan menawarkannya masuk ke dalam rumahku dan dia menggeleng, "tidak, ibu tadi memintaku menemaninya dirumah, mungkin lain kali" aku mengangguk mengerti.

"Oh okay, bye lukey. Sampaikan salamku pada bibi Liz" aku melambaikan tanganku ketika Luke berjalan menuju mobilnya dan dia pun melakukan hal yang sama. Ketika mobil itu tidak terlihat lagi oleh mataku aku langsung masuk ke dalam dan mendapatkan ibu yang sedang duduk disofa dengan santainya dan ketika melihatku datang dia langsung tersenyum.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Wait, what? Memang sedari tadi aku senyam-senyum tidak jelas,ya?

Aku terkekeh, "i don't know,bu" aku langsung berjalan mendekati ibu dan duduk disebelahnya.

"Aku mendengarnya by the way" aku langsung memutar mataku, ternyata ibu menguping. sial, aku malu.

Aku langsung menutup wajahku dengan telapak tanganku dan berkata, "Ibuuuu... how dare you? Aku kan malu"

"Cie, Luke mengajakmu ke Vivid Sydney Festival, ya?" Aku mengangguk malu-malu sambil tersenyum.

Ibu memang seperti itu, umurnya sudah hampir 40 tapi kelakuannya seperti anak muda sekali bukan hanya kelakuannya wajah ibu saja masih seperti umur 28 tahun dan ayah pernah bercerita padaku kalau dia sangat bangga mendapatkan ibu.

Selesai mengobrol dengan ibu aku langsung masuk ke dalam kamarku dan merebahkan badanku dikasur, aku lumayan lelah sekarang dan butuh istirahat.

Luke pov

Aku masuk ke dalam rumahku dan melihat siapa yang duduk disofa, aku lihat dari rambutnya itu bukan ashton aku pun mendekatinya.

"HOLY SHIT LUKE KAU APA KABAR?!" Sialan ternyata ini temanku dari high school, Cameron. Dia salah satu teman terbaikku. Akupun memeluknya.

"Aku baik! Kau? Bagaimana kau dengan Tania? Baik sajakan?" Tanyaku dan ya, tania adalah pacarnya ketika di high school.

"Baik dan kita masih tetap berjalan" aku tertawa dan mempersilahkannya duduk lagi.

"Kau sudah lama disini?"

"Tidak juga, by the way kau habis dari mana?"
"Well, habis menjemput Bella dari kampusnya"

"Ternyata kau dan Bella masih akur ya? Kalian pacaran?" Tanyanya lagi dan mungkin ini akan kujawab karena dia teman baikku dan dia tau tentang aku dan Bella.

"Belum, aku sedang berusaha" jawabku

"Jangan lama-lama Luke nanti dia diambil orang" aku dan dia pun tertawa.

"Tapi hei! Aku serius, dia cocok untukmu, kau kan pedophil suka yang muda-muda" sialan ini tidak lucu. Fuck no, aku dan Bella hanya berbeda 4 tahun.

"Kau kira aku kake-kake tua yang mengincar anak kecil? Hell apa yang ada dipikiran mu?" Diapun kembali tertawa, "ohh mate c'mon aku hanya bercanda"

"Kapan kau menembaknya?" Lanjutnya lagi.

"Ketika di vivid festival nanti mungkin" ya, aku berencana ingin menembaknya disana.

"Well, itu bagus. C'mon mate aku tahu kau takut di tolak dan aku berpikir laki-laki sebaikmu itu pasti bakalan diterima dengannya, menurutku kau itu cowo yang sudah perfect dan diinginkan oleh banyak perempuan, kau lupa ketika di high school kau selalu dikejar-kejar dengan adik kelas?" Aku tertawa mengingat masa-masaku dulu ketika di high school dan cameron benar kalau dulu aku banyak disukai sama perempuan disekolah.

"Thanks kau membuatku merasa lebih baik" kataku.

"Sama-sama mate, hei mau ke rumah Michael?"

"Ngapain?"

"Ya, biasa berkumpul, main xbox, dan katanya dia akan memesan makanan"

aku hanya ber-oh dan menggeleng, "umm, sepertinya lain kali saja, tapi kalau aku ada waktu aku akan mengundang kalian ke sini juga." Cameron pun mengangguk mengerti. Aku menolak tawarannya karena hari ini jadwalku lagi untuk cuci darah.

"Oh, okay. By the way aku pergi ya? Semoga sukses acara nembaknya" aku mengantarnya sampai pintu depan dan ketika dia dan beserta mobilnya tidak tampak lagi oleh mataku, aku langsung berjalan masuk kembali dan huft, syukurlah dia tidak tanya macam-macam kenapa aku menolak ajakannya.

*************************

Woahhh, kayaknya fanfict gue yg ini ga laku wkwk, kebanyakan yang baca line messenger , tapi makasih lahhh wkwk gue bakalan terus lanjutin ini

Don't Worry, I'm Here  》l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang