(Part 7) Hanya Dia Pendamping Hidupku - Shanji

274 22 0
                                    

Satu tahun kemudian......

"Saya Terima nikah dan kawinnya Maulana Fajri Saputra bin Saputra Wijaya dengan mas kawin dan uang sebesar Rp 1M serta satu rumah yang senilai Rp 1M dibayar tunai"

"Bagaimana para saksi sah"

"Sah" ucap Semuanya.

"Alhamdulillah"

"Yuhuuuu jangan lupa nanti malem kerumah Shandy buat nonton live!" ucap Zweitson.

"Apasih, Son. Berisik anjir" sewot Shandy.

"Jangan lupa ntar malam live, gua jadi pengen cepet cepet punya ponakan deh iya kan, Fik"

"Gua setuju sama Zweitson, jadi ntar malem kita berdua nginep dirumah lu pada"

"Nggak ada, rumah gua masih ditutup untuk umum, jadi kalau lu berdua mau liat live  mending minta sama pacar lu pada, Ricky, Fenly ayang lu pada minta begituan nih" ucap Shandy.

"Bangs*t lu bang, Pik nggak seru sumpah kalau begini endingnya"

"Tau, Son pergi aja yok daripada ntar malem kita di apa apain sama pacar kita" bisik Fiki.

"Kemana?" jawab Zweitson tak kalah lirih.

"Udah ikut aja yok"

"Ayok, eh bang, Ji kita pergi dulu yh ada urusan"

"Buru buru amat, Son? Tunggu bentar lha" ucap Fajri.

"Nggak bisa Ji, yaudah gua sama Fiki pergi dulu yh happy wedding my bestfriend!!!" ucap Zweitson lalu menarik lengan Fiki.

"Bang/Ji"

"Duluan bang"

"Kamu dulu aja sayang"

"Enggak enggak bang Shan aja dulu"

"Enggak aji dulu aja"

"Enggak bang"

"Aji dulu"

Udah udah daripada liat mereka debat mending pergi ke Sonfik aja dulu buat Shanji kita skip.......

Zweitson dan Fiki sedang berada di suatu tempat yang tak lain adalah rumah lama milik Fiki, yang selama ini jarang untuk Fiki tempati, tidak ada seorang pun jika Fiki memiliki rumah ini.

Fiki pun mulai membuka pintu dan terlihat bahwa rumah ini masih bersih dan sangat indah, karena seminggu sekali pembantu Fiki akan membersihkan rumah ini.

"Fik, serius rumah lu?"

"Iyah, lu kaget ya gua punya rumah ini?"

"Njir gua kok nggak tau lu punya rumah segede ini"

"Hehe gua jarang cerita ke lu, Son. Sebenarnya ini bukan rumah gua, tetapi milik almarhum eyang gua, karena gua adalah satu satunya cucu yang deket banget sama eyang gua, jadi rumah ini milik gua, lu nggak papa kok kalau misal lagi bosen trs ajak gua kesini, gua seneng, Son. Karena rumah ini jadi sering kita tempati"

"Owh gitu, pantes gua nggak pernah liat nih rumah, btw kita bakal nginep semalem disini Fik?"

"Iyh, gua masih takut di apa apain sama Fenly"

"Enggak lu doang tapi gua juga, lu tau sendiri kalau Ricky udah nafsu dia bakal begimana"

"Iya sih, lebih ngeri Ricky daripada Fenly yh, yaudah ayok masuk lu pasti kecapean tidur gih, kamar lu ada disebelah kamar milik gua ayok gua anter"

"Makasih Fik"

"Makasih segala kayak sama siapa aja Son, inget lu udah gua anggep seperti kakak gua sendiri jadi kalau ada apa apa gua selalu ada buat lu"

"Iyh"

Shanji.....

"Sstttt udah jangan nangis yh, aku ada disini, Ji. Inget aku itu sekarang pendamping hidup kamu"

"M-makasih bang, karena selama ini kamu udah mau percaya sama aku.... Hiks.... Ya walaupun aku orangnya nggak sempurna seperti orang lain"

"Hey ngomong apa sih, Ji. Kamu tuh udah sempurna bagi aku jadi kamu jangan merasa nggak sempurna kayak gitu okey,  because you are my only companion , Ji" ucap Shandy lalu memeluk Fajri untuk menenangkan sang kekasih.

"Udah yah jangan nangis, malu tau diliatin sama orang orang"

"I-iyh bang"

Rickfen.....

"Aduh.... Fen, nih Zweitson kemana lagi" ucap Ricky sedikit panik, karena ia daritadi tidak melihat Zweitson.

"Jangan panik gitu dong Rick, lu kira cuma lu doang yang kehilangan pacarnya, gua juga kalik"

"Lha Fiki juga ilang"

"He'um. Coba deh lu telfon si Zweitson siapa tau Fiki sama dia, soalnya si Fiki daritadi gua telfon nggak aktif, gua jadi khawatir sama mereka"

"Iyh iyh bentar gua telfon Zweitson dulu" ucap Ricky lalu menelfon Zweitson.

"Gimana Rick?" tanya Fenly.

"Terhubung sih, tapi belum dijawab"

"Yaudah tunggu dulu"

"Iyh"

Sonfik...

Zweitson pun mengambil handphone nya lalu melihat orang yang menelfon nya. Ia sedikit kaget karena Ricky menelfon nya.

"Fik! Gimana ini Ricky telfon gua!"

"Angkat aja Son, tapi lu jangan bilang kalau kita lagi dirumah gua"

"Iyh gua angkat, h-halo bang kenapa?"

"Dimana hm?"

"L-lagi sama Fiki, k-kenapa?"

"Jawabnya kok gugup gitu? Kenapa? Keluar sama Fiki boleh tapi jangan aneh aneh, sekarang dimana? Fenly dari tadi khawatir sama Fiki, soalnya dicariin enggak ketemu ketemu"

"L-lagi, gimana fik?" tanya Zweitson dengan suara yang cukup lirih sampai sampai tidak bisa didengar.

"Bawa sini handphone nya"

"Nih" ucap Zweitson.

"Kenapa bang? Bilang sama Fenly gua lagi dirumah eyang karena gua disuruh nemenin seharian, owh iya gua izin bawa Zweitson yh tenang aja nggak bakal gua apa apain kok"

"Yaudah deh, gua titip Zweitson yah jangan diapa apain lho awas lu kalau main yang aneh aneh gua bunuh"

"Ck! Iyh iyh udah dulu gua dipanggil eyang"

"Iye"

Fiki pun mematikan telefonnya sepihak. "Nih, baru kali ini gua bohong sama orang"

"Heleh, nggak percaya gua, udah yok kita tidur gua ngantuk njir"

"Masih siang udah ngantuk aja lu"

"Bomat, gua ngantuk berat semalem gua begadang buat ngerjain tugas"

"Tugas mana?"

"Dih lupa, tugas dari dosen tergalak di kampus, gimana inget?"

"Astaghfirullah!!!! Gua belum ngerjain"

"Mampus"

"Son, nyontek dong"

"Hmmm bsk deh gua contekin, tapi jangan lupa sebagai imbalannya lu traktir gua okey"

"Iya deh iya"

"Yaudah bye"

"Ye"

Bersambung.....

You Are All Mine || UN1TY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang