Zweitson rasanya ingin muntah, bisa bisanya sang sahabat berkata seperti itu.
Tetapi yang di ucapkan oleh Fajri benar adanya, Zweitson sedang jatuh cinta pada pandangan pertamanya.
Tak lain tak bukan adalah seseorang yang berada dengannya saat ini, entahlah rasa itu kapan datangnya Zweitson tidak tau.
Tetapi di saat mereka jalan berdua hati Zweitson berdegup dengan kencang, jika jauh ia akan sangat rindu kepada Fajri.
Namun karena ego dia yang tinggi, ia malu untuk mengungkapkan rasa ini.
"Najis banget ya allah, ah udah ayo pulang!" ucap Zweitson lalu berdiri dari duduknya lalu berjalan kearah parkiran.
"Nih ice cream nya belum habis?"
"Udah males!"
Fajri terkekeh pelan lalu menyusul Zweitson kearah parkiran.
"Lucu amat nih anak, pengen gw makan tapi belum cukup umur, pengen ngelanggar nanti mama marah" batin Fajrin kecewa.
"Pasti bilangnya nikahin dulu baru bisa 18+" gumam Fajri menirukan ucapan sang mama.
Fajri keluar dari toko ice cream lalu menghampiri Zweitson yang sudah duduk manis di motor milik Fajri.
"Lama!" satu kata keluar dari mulut Zweitson.
"Sabar atuh, lagi jalan juga, mana tadi hampir nabrak orang"
"Gk peduli"
"Gw nginep rumah lo" lanjut Zweitson.
Fajri menatap heran, tumben banget nih anak biasanya juga nggak mau nginep.
"Mak pak adik gw pergi, gw nggak mau di rumah sendiri takut, banyak setan nya, najis bat dah ya gw ketemu mereka iyuhhh"
"Yaudah iya, baju lo gimana?"
"Lo orkay banyak baju, gw ambil lima pun lo kagak bangkrut" (devinisi porotin sahabatnya)
Fajri tertawa "hooh dah"
____________________
Mereka telah sampai beberapa menit lalu, Fajri sedang berganti pakaian dengan pakaian tidurnya sedangkan Zweitson sedang bermain dengan adik kecil Fajri di kasur.
"Eung.... Ya!"
Zweitson terkekeh mainan yang di pegang oleh Fay terbang kearah atas dan turun tepat di bawah Fajri.
Fajri yang sudah selesai berganti pakaian pun mengambil mainan itu dan membawanya ke kasur.
"Mainannya jangan di buang dong dek, rusak nanti" ucap Fajri, ia duduk di sebelah Zweitson mengambil Fay dan mendudukan nya di pangkuannya.
Fay menggeliat, ia mengambil mainan dari tangan Fajri lalu memainkannya.
"Aaa!" Fay melemparkan mainan itu ke arah bantal.
"Ih bandel ya, ada kak Zweitson jadi bandel" Fajri mengangkat tubuh Fay lalu membaiknya jadi berhadapan dengan dirinya.
Fajri mengusak kepalanya di perut Fay, sang adik pun tertawa sambil memukul dengan sesekali menarik rambut Fajri.
"Aduh sakit, kebiasaan banget"
Zweitson terkekeh, sangat menggemaskan kakak adik satu ini.
Zweitson membantu Fajri melepaskan rambut dari tangan Fay.
"Sini sama kak Zwei" ucap Zweitson lalu mengambil Fay dari Fajri.
Fajri mendekati Zweitson dan menyenderkan kepalanya di bahu Zweitson.
"Fay, kalau kak Zwei jadi pacar kak Fajri boleh nggak??" tanya Fajri kepada Fay.
Fay yang menatap kearah Fajri pun terdiam sejenak lalu mengangguk pelan.
"Tuh dah di restuin sama adik gw, jadi lo nggak bisa nolak lagi"
Zweitson mencubit lengan Fajri "lo ngapa sih ngebet banget ke gw buat jadi pacar lo?"
"Ya bodoamat, orang gw sayang sama lo, gw juga cinta sama lo kok"
"Tap- "
Zweitson seketika terdiam, ia kembali mencerna ucapan Fajri.
"S-sejak kapan?" tanya Zweitson.
"Sejak beberapa tahun yang lalu"
"Elah becanda lo nggak lucu, udah punya cewe juga"
Fajri menggeleng. Ia mengangkat wajahnya lalu menatap manik mata Zweitson.
"Itu bukan cewe gw, lo kira gw pacaran sama dia? Lo salah Son, gw cuma mau liat lo cemburu atau enggak saat gw deket sama cewe dan ternyata dugaan gw bener"
"A-apa?"
"Dugaan gw bener kalau lo cemburu, nggak sia sia gw kerja sama dengan pacarnya Deva buat bikin lo cemburu. Gw jadi tau kalau lo nggak bisa liat gw sama orang lain selain diri lo"
"Paan sih orang gw b aja""Nggak usah bohongin gw lagi Son, gw udah tau semuanya lo sering nangis kan ke Fiki? Lo cerita ke dia gimana sakitnya lo liat gw deket sama orang lain"
Zweitson menggeleng, untuk mengalihkan pandangannya ia memilih kembali bermain dengan Fay.
"Son, jujur sama gw. Kenapa nggak dari dulu lo bilang kalau lo cinta sama gw?"
"Gw males, lagi pula kalau gw ngomong gitu lo nggak percaya najis gw"
"Setidaknya lo jujur, kalau lo pikir gw bakalan nolak jawaban lo salah"
"Ya salah, salah gw mencintai orang gila kayak lo, bisa bisanya Fay secantik ini memiliki kakak yang gila kayak dia, udah di dinding di tempel foto gw, wallpaper foto gw, buku diary isinya gw semua. Udah gila lo Ji, gw cinta sama lo aja nggak sampai gitu"
"Itu yang gw mau, lo tau gw segila itu mencintai lo dan lo mau nggak terima gw jadi pacar lo?"
Zweitson terdiam sejenak lalu menggeleng "gw mau lo serius, nggak usah pake abal abal pacaran segala, pacaran habis nikah aja biar lo nggak gila"
"S-serius? Yaudah bsk ge kerumah lo dan ngelamar lo"
Zweitson memukul bahu Fajri, sang empu meringis pelan.
"Mampus lo!"
"Jahat banget, ini udah main pukul gimana kalau berumah tangga kdrt tiap hari udah"
"Ya bodoamat masih mending ya dari pada burung lo gw potong"
"Nggak boleh ntar nggak bisa nyoblos lo"
Fay diam menatap keduanya.
"Ihhh udah ngapa bahas itunya, nih adik lo kasih ke mak lo gw mau turu"
Fajri pun menggendong Fay dan membawanya ke luar kamar.
"Yayah"
"Iya kita ayah, Fay sampai ke kakamar langsung bobok ya nggak boleh main lagi"
Fajri pun masuk kedalam kamar, ia melihat sang mama sedang menonton TV dan sang ayah yang sedang fokus pada laptop.
"Ma nih Fay, udah ngantuk"
Nia mengangguk lalu menepuk kasur disebelahnya.
"Main sama kakak udah?"
Fay mengangguk lalu turun dari gendongan Fajri dan menghampiri Nia.
"Mama bobok"
"Iya Fay bobok ya"
"Yah, bsk ke rumah Zweitson ya" ucap Fajri kepada Fajar.
"Jadi buat ngelamar"
Fajri mengangguk "katanya suruh langsung serius, nggak usah abal abal pacaran, otw gass dong"
"Kamu ini, yaudah bsk kerumah dia kalau ayah pulang cepet, ya kalau lembur nggak papa kan?"
"Yoi, yaudah aji kekamar yak"
Tbc.....
Ada typo maapin!
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are All Mine || UN1TY
Fanfictionnggk usah pake desk langsung aja baca Peringkat Cerita: 🎖: 26- UN1TY 🎖: 3- Jison 🎖: 3- Shanfik