Siapa yang udah baca Special Part di Karyakarsa? 🌚
Ayo, mau request apa lagi? Awokwok.
🤼🤼
Hening kamar terus berlanjut seolah memberi jeda untuk dua manusia yang ingin meresapi detak jantung satu sama lain. Sudah berlalu kurang lebih satu jam Albert merengkuh tubuh Salsa untuk didekap di dada. Tangannya melingkar di perut bagian atas Salsa, tepatnya ulu hati.
Kedua mata Albert yang masih terjaga melirik ke jam dinding. Hampir pukul 12 malam. Ia bergerak, sedikit tersentak saat menyadari sesuatu. Ia tahu Salsa juga pasti sadar apa yang berada di antara perutnya dan punggung Salsa saat ini, karena perempuan itu menerima pelukan sembari memunggungi.
Lembut sekali, Albert menanamkan kecupan-kecupan ringan di sepanjang bahu Salsa yang polos. Terbuka. Bebas. Telanjang. Dan Albert mengerang pelan. Salsa terlampau memukau untuk ia lewatkan di malam ini. Sayangnya ia cukupkan satu kali walau dalam dirinya tak pernah ada kata cukup jika menyangkut Salsa. Meski sebenarnya perempuan itu lebih dari cukup untuknya. Bagaimana Albert bisa menjelaskannya?
Albert beranjak setengah duduk. Ini harus dihentikan. Sudah larut dan parahnya bukan di apartemen. Lagi pun, pengaman yang ia punya hanya satu. Terlalu gegabah jika ia mencoba-coba lepas pengaman untuk penyatuan yang kedua malam ini.
Selimut sudah Albert singkap. Kakinya turun terlebih dulu ke lantai di sisi kiri tempat tidur. Berputar ke sisi kanan di mana Salsa sedari tadi menghadap, Albert mendapati perempuan itu memejam begitu melihatnya.
Tanpa sungkan Albert meraih celana dalam milik Salsa di lantai, sebelum duduk di tepi tempat tidur. "Aku bantu pakein, Sal."
Salsa membuka mata. Senyum kecil tersungging di bibirnya yang terlihat lebih penuh, efek cumbuan yang banyak sekali mereka pagutkan sejak lebih satu jam lalu. Begitu intens rasanya. Sampai-sampai Salsa merasa denyutan di bibir belum mereda.
"Kamu duluan aja. Nanti aku pake sendiri." Lagi, Salsa mengulas satu senyum tipis. Matanya menatap ketelanjangan Albert malam ini. Saat menyadari efek itu juga masih tertinggal di Albert—terlihat dari bukti hasrat yang kembali terpampang di hadapannya—Salsa memutuskan memejam lagi.
Albert tidak mau memaksa. Ia kembali berdiri di hadapan Salsa yang seperti menolak menatapnya. Tapi ia sadari wajah itu kembali memerah. Gigitan di bibir bawah Salsa bisa jadi menandakan sedang gugup luar biasa.
Setelah hening lama, kini yang terdengar adalah gerakan Albert dari mulai memakai celana dalam, kaus, serta suara resleting jeans. Diakhiri helaan lembut dari tarikan napas lelaki itu.
"Sayang ...." Suara Albert terdengar jauh saking lirihnya, padahal jelas digumamkan tepat di telinga kiri Salsa. Tangan Albert membelai lembut kepala Salsa seolah takut menyakiti.
Salsa hanya menggerakkan bahu sedikit. Menyebabkan selimut kembali luruh makin turun. Albert mengecup bahu Salsa lagi sebelum mengangkat selimut sampai leher perempuan itu.
"Ayo, ke apartemen aja," bujuk Albert untuk kesekian kali. Tidak, bukan apa-apa. Ia hanya ingin .... "Aku juga pengin peluk kamu sampai pagi, kita cerita apa pun, aku denger apa keluh kesah kamu, aku—"
"Al." Salsa membuka mata. Menyadari wajah Albert tepat di hadapannya. Lelaki itu mungkin berdiri dengan dua lutut hingga mereka kini sejajar.
"Aku nggak mau ninggalin kamu setelah ini semua." Tatapan Albert memelas. Sungguh, ia ingin mengabulkan apa yang sempat terlewat dulu. Albert ingin menenangkan jika dirasa, Salsa telah menyesal membagi hal seintim ini padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Ex Zone
RomanceBertemu kembali dengan mantan setelah 9 tahun berpisah tidak pernah ada di bayangan Salsa, seorang pemilik Bee Florist. Mencoba move on dan menjalin hubungan dengan 3 lelaki berturut-turut nyatanya tidak berhasil membuatnya menata hati dengan benar...