Hayoooo, kepergok👀
Ini 2 part lagi dijadiin satu🫠
🤼♂️🤼♂️
Punggungnya masih tersandar di pintu, tepat setelah ia menutupnya dan masuk rumah. Kedua kaki Salsa terasa lemas. Apa yang baru saja ia lakukan? Bukankah niat awal ingin mengenyahkan kedua lengan Albert yang merengkuh pinggangnya dengan erat tadi? Kenapa justru ia ikut mengulurkan tangan dan berakhir dengan sebuah pelukan?
Salsa masih tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Ia terlalu terperdaya pada dekap yang terasa berbeda. Seolah hangat yang melingkupinya adalah rindu yang berumur 9 tahun lamanya.
Tidak mau menolak pada perasaan, Salsa mengakui memang begitu kenyataannya. Beberapa detik saat otaknya berpikir cepat akan menolak pelukan Albert, ada sisi dirinya yang menganggap bahwa semua terasa tepat. Meski sebenarnya, pemilik kedua lengan itu justru sumber kehancurannya.
Berkali-kali Salsa menenangkan diri. Ia memejamkan mata dengan debar yang tidak juga berkurang pasca pelukan mereka. Makin menjadi rasanya saat ciuman itu mendarat. Di kening dan pipi. Salsa mengerang frustrasi. Kenapa jadi seperti ini?
"Sal ...."
Panggilan itu mau tidak mau membuat Salsa menegakkan tubuh lagi. Ia tidak kaget mendengar panggilan mamanya, karena samar tadi sempat terdengar langkah kaki yang mendekat. "Iya, Ma?"
"Mobil kamu kenapa?"
Sekali lagi Salsa menenangkan diri. Ia mengangkat satu telapak tangan ke dada, menetralkan napasnya yang masih terasa sesak.
"Nabrak apa? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?"
Salsa berjalan pelan, mendekat ke arah Widya yang baru keluar dari pintu garasi. "Tadi itu ...."
Widya mengernyit, melihat anaknya yang kebingungan menjawab. Tapi raut wajah dan keadaan Salsa lebih membuatnya khawatir. "Kamu sakit? Kok pucat?"
Salsa menggigit bibir bawahnya. Lidahnya masih kelu.
"Tangan kamu juga dingin banget." Widya mulai khawatir setelah menyentuh lengan anaknya. Lalu saat di dahi, ia tambah bingung. "Tapi nggak panas."
"Aku sehat, Ma." Salsa menjawab dengan gugup. Ia menurunkan tangan mamanya dari pengecekan di dahi. Mendadak ia ingat hangat bibir Albert yang sempat mengecup di sana.
Astaga, masih sangat membekas meski kecupan sudah berakhir beberapa menit.
"Terus itu mobil kamu kenapa?"
"Aku sempat nabrak mobil orang." Salsa melanjutkan saat melihat kekhawatiran mamanya. "Aku nggak apa-apa, Ma. Yang aku tabrak juga nggak apa-apa."
"Tapi kok peoknya parah begitu?"
"Yang aku tabrak itu mobil MVP mewah. Mobilku yang kecil jelas kalah." Salsa mengusap bahu mamanya. "Udah selesai kok masalahnya. Aku juga nggak apa-apa. Besok mobilku aku bawa ke bengkel."
Widya seperti masih ragu dengan penuturan Salsa. "Sudah kamu ganti rugi?"
"Beliau nggak mau."
"Harus tetap diganti rugi, Salsa." Widya jadi makin khawatir. "Kamu yang nabrak soalnya."
"Aku udah bilang gitu tapi ditolak terus. Abis itu mereka pergi." Salsa ingin mengalihkan pembicaraan ini.
Karena jujur, ia juga setengah sadar saat ditinggalkan suami istri yang mobilnya ia tabrak tadi. Soalnya sambil mengamati gerak-gerik orang itu yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Ex Zone
RomanceBertemu kembali dengan mantan setelah 9 tahun berpisah tidak pernah ada di bayangan Salsa, seorang pemilik Bee Florist. Mencoba move on dan menjalin hubungan dengan 3 lelaki berturut-turut nyatanya tidak berhasil membuatnya menata hati dengan benar...