Aturan Satu: ⭐️ 💬
Part ini tembusin komennya gas🦚
Masih ada flashback manjanya bebih. Sabar ya sama Albert, masa lalu doi emang njelimet.
Agak sore nih update-nya 🥰
🤼🤼
Sebuah boks berwarna pink sudah bertengger di atas mobil di hadapannya. Albert meneliti sekitar dan memastikan tidak ada yang melihat, kecuali orang yang lalu lalang keluar masuk toko. Diamatinya sekali lagi gift itu, lalu helaan napasnya terdengar saat ia kembali mengenang.
"Gue baru tau ternyata lo yang ngasih gue hadiah-hadiah itu."
"Sorry, Al, gue nggak bermaksud apa-apa."
"Nggak bermaksud apa-apa tapi hampir tiap hari ada kotak makan, minuman, cokelat, atau lain-lainnya itu yang lo taruh di motor gue?"
Saat itu pertama kalinya Albert memergoki Salsa meletakkan tote bag dan digantungkan di cantelan yang ada di setang motornya. Salsa kelihatan takut, wajahnya memerah persis seperti seseorang yang ketahuan melakukan kesalahan.
"Maaf. Iya, gue ngaku gue yang taruh barang-barang itu. Karena gue suka sama lo dari lama. Kalo itu ganggu, gue akan berhenti."
"Bukan, bukan gitu maksud gue."
Albert menahan Salsa yang hampir berbalik meninggalkannya saat itu, untuk mengajak makan siang di luar demi membicarakan banyak hal. Ia kira di tengah jalan, Salsa akan berbelok ke arah yang berbeda untuk kabur karena mereka memakai motor masing-masing. Ternyata Salsa tetap bertahan di belakangnya sampai di sebuah kedai sederhana.
"Gue mau jujur kalo gue suka hadiah-hadiah dari lo. Thanks. Lo selalu bisa bikin gue seneng. Bukan gue nggak penasaran atau nggak mau nyari siapa yang ngasih, tapi gue sadar siapa gue. Kalo gue nyari tau dan pelakunya orang baik, pasti bikin dia kecewa. Karena gue bukan orang baik-baik. Lo tau mantan gue waktu kelas sebelas?"
"Iya. Vira. Lo ... masih suka dia?"
"Enggak. Gue sama dia ... punya masa lalu buruk. Yang paling buruk dari semua kesalahan. Lo nggak akan bisa toleran tentang itu, dan pasti milih buat mundur kalo tau. Jadi gue mau ngomongin ini biar lo nggak berharap. Gue bukan orang baik, Salsa."
Albert menyudahi mengenang. Langkahnya terpijak agak terburu-buru menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh. Ia masuk ke sana dan segera bersandar, memejamkan mata.
"Kok nggak jadi masuk, Bos?"
"Nanti. Masih ramai," jawab Albert sekenanya.
Mungkin Joko tahu kondisi bosnya sedang tidak bisa diganggu, makanya memilih diam.
Dalam keterdiaman itu justru membuat pikiran Albert kembali lari ke saat-saat lalu. Setelah mengatakan bahwa ia bukan orang baik, mereka tidak ada yang mengatakan apa pun. Benar-benar diam sampai makanan habis dan berpisah di depan rumah Salsa. Albert hanya mengantar sampai sana karena tidak mau memberi harapan apa-apa.
Beberapa hari, minggu, berlalu. Tidak ada lagi cokelat, kotak makan, minuman, atau kata semangat yang membuat harinya lebih baik. Di kelas, Salsa pun terlihat biasa saja. Mereka memang hampir tidak pernah ngobrol. Jadi ia tidak tahu perbedaannya, apakah Salsa menghindar di kelas atau tidak. Karena Albert juga menganggap Salsa mundur, ia pun tidak mau mencoba mendekat.
Puncak keresahan Albert adalah dua minggu kemudian, selepas berhentinya hadiah-hadiah itu. Ia baru sadar bahwa kehilangan terasa pekat. Sudah ia coba membeli barang-barang yang kerap Salsa beri, namun tetap berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Ex Zone
RomanceBertemu kembali dengan mantan setelah 9 tahun berpisah tidak pernah ada di bayangan Salsa, seorang pemilik Bee Florist. Mencoba move on dan menjalin hubungan dengan 3 lelaki berturut-turut nyatanya tidak berhasil membuatnya menata hati dengan benar...