Prolog

30K 2.1K 237
                                    

Ketemu lagi sama gantistatus🥳

Jangan bosen-bosen nangkring di lapak ini ya haha.
Selamat membaca persembahan cerita baru. Yang udah tau spoiler dari ig, kalian rahasiain dulu, beb ☺️

Follow, vote, komeeen. Udah? Sip jempolan 👍

🤼🤼

Sorry, we're closed.

Akhirnya!

Tutup juga Bee Florist hari ini setelah seharian menyelesaikan pesanan buket bunga, yang dadakan maupun jauh-jauh hari. Tidak ada komplain yang bikin kepala pusing karena customer marah-marah.

Cuma ada sedikit yang membuatnya harus menyetok sabar banyak-banyak. Musim valentine begini, para bocah belum cukup umur memberikan buket bunga ke pacar mereka. Beberapa di antaranya melakukan protes melalui telepon, tanya kapan bunganya layu, soalnya baru putus, dan cintanya terlanjur layu. Padahal yang dipesan kan bunga artifisial, sampai kiamat juga mana mungkin layu.

Ada juga kebalikannya, pesan buket mawar tapi protes karena bunganya layu dalam seminggu, menyebabkannya diputusin pacar. Dan ia dituntut harus bikin mereka balikan lagi, atau cariin yang baru.

Parah, ia kan punya toko bunga, bukan biro jodoh!

Tapi tidak mungkin juga ia marah-marah. Pelanggan tetap nomor satu, dan ia yang akan meminta maaf meski kesalahan bukan darinya.

"Komplain terakhir tadi akhirnya gimana? Lo mau jadi cupid buat mereka padahal lo sendiri aja jomlo?"

Salsa tertawa dengar pertanyaan salah satu karyawan sekaligus teman dekat yang bekerja di toko bunga miliknya. Ia mengunci pintu masuk dan melewati bunga-bunga di bagian dalam toko, mengeceknya sebentar, sebelum mendekat ke Mira.

"Nggak jadi cupid juga," gerutu Salsa. Ia menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Mira. "Jomlo lebih enak sih, Mir."

"Dih," sungut Mira. "Mantan udah 4, bisa-bisanya baru ngomong jomlo itu enak."

"Tiga. Mantan gue 3." Salsa sedikit kesal, jarinya menunjukkan angka tiga untuk menegaskan.

"Justru yang satu terlalu istimewa jadi nggak lo anggep." Mira terkikik. "Berasa masih pacaran gitu kan?"

Salsa melotot. "Nggak. Itu waktu masih zaman bocil. Cinta monyet. Nggak serius sama sekali."

"Terus yang serius yang gimana? Temenan sama mantan?"

Salsa memilih tidak menjawab. Ia ambil ponsel dan mengecek agendanya. "Eh, lusa ada acara di rumah lo ya? Kok gue baru inget."

"Yang lo inget mantan terus sih, Sal. Gue tau."

Salsa menyenggol bahu Mira dengan sebal, ternyata aksi pengalihan isunya tidak berhasil. "Gue lagi serius bahas ultah nyokap lo."

"Hm." Mira berdehem sebagai jawaban. Ia fokus ambil potongan chiffon di meja. "Tapi kalo lo sibuk, nggak apa-apa nggak dateng. Soalnya lusa ada pesenan bunga papan, banyak. Buat penyambutan CEO baru perusahan arsitektur."

Salsa mengangguk-angguk. Ia memang baru dapat pesanan itu hari ini. "Jangan sampe salah sasaran kayak waktu itu, deh." Ia meletakkan ponsel dan ikut ambil kue. "Ada yang pesen bunga dukacita meninggal buat dikirim ke orang yang masih hidup. Gila, kita dituntut aksi teror, Mir."

Mira ngakak. Ia meletakkan sisa potongan kue untuk mengatur tawanya dulu. "Inget banget gue. Lo cengo waktu didatengin korban. Padahal kan toko lo yang jadi korban."

Salsa meringis. Itu terjadi saat toko bunganya masih terhitung baru. Jadi terlalu awam untuk mengurusi hal yang runyam. Karena permasalahan dendam kesumat ke mantan, berakhir dengan kirim bunga dukacita.

Percakapan mereka berakhir saat terdengar denting tanda bel ditekan. Tidak memekakkan, justru bagi Salsa, denting pelan-pelan dari suara musik klasik membuatnya merasa tenang.

"Siapa tamu malem-malem gini," gumam Mira.

"Mungkin nyokap gue," jawab Salsa tidak mau berpikir macam-maca. Selama ini memang mamanya sering datang kalau toko sudah tutup.

Salsa turun dari kursi, berjalan menuju pintu masuk. Gorden sudah ia tutup penuh, sehingga tamu tidak terlihat meski pembatas luar serba kaca. Ia memutar kunci dua kali, sebelum membukanya.

Seketika Salsa mengernyit. Ia menunjuk papan di pintu masuk ke arah seseorang yang berdiri di hadapannya. "Sorry, we're closed. Lo nggak liat?"

Lelaki itu tertawa pelan. "Tapi hati lo masih buka kan?"

Salsa mengerjap, mulutnya terbuka. Kaget karena lelaki ini sudah bisa menimpali dengan berani. Seingatnya dulu tidak begini sifatnya, pendiam dan sangat tertutup. Tidak pernah satu kali pun mengeluarkan kalimat godaan.

"Nggak usah marah, inget perjanjian kita," lanjut lelaki itu.

Salsa akan menyesali ini seumur hidup. Ia pikir hari berakhir dengan damai. Nyatanya, terjebak perjanjian konyol dengan mantan adalah hal yang lebih memusingkan daripada menghadapi komplain bocah 13 tahun tentang bunga yang layu!

🤼‍♀️🤼‍♀️

Tokoh ini sebelumnya ada di cerita ELANO (bisa dibaca terpisah, gak harus mampir sana dulu xixi). Aku pikir, cuma mereka yang pantes dapet 2nd chance. Doain Albert ya 🏄🏼‍♀️

Terjebak Ex ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang