35. Kenyataannya Begini

7.1K 1K 168
                                    

Ayooooooooo main tebakan lagi🥰

🤼🤼

"Listen."

Albert meraih dagu Salsa, meminta perempuan itu menatapnya lagi. Ketidakyakinan dalam raut Salsa membuat Albert gelisah. Tapi tepat saat Salsa balas menatapnya, ia tahu, bahwa sebenarnya Salsa ingin dirinya sekali lagi juga.

"Salsa," gumam Albert. Air matanya—yang tidak seberapa meski sakitnya luar biasa—sudah kering dan tidak bersisa. Giliran jemarinya mengusap pipi Salsa yang memerah. Mata itu juga sudah bengkak. "Gue akan nunggu."

"Sampai kapan?" suara Salsa terdengar lirih dan lelah.

"Seumur hidup," ucap Albert. Melihat respons Salsa yang seolah tidak percaya, ia melanjutkan, "gue tahu itu terdengar nggak masuk akal. Tapi gue serius. Selama lo nggak nolak kehadiran gue, gue akan nunggu walaupun lo belum yakin. Walaupun lo masih banyak curiga. Walaupun lo masih belum percaya."

"Bisa jadi di tengah nanti ...." Salsa memalingkan wajah, tidak tega untuk mengucapkannya. Tapi ini jalan terakhir. Meski sisi hatinya ingin bersama Albert, tapi ada sedikit luka yang membuatnya ingin mengusir. "Gue ketemu laki-laki lain, Al. Apa lo masih bisa bilang seumur hidup?"

Albert perlu diam beberapa saat. Bukan untuk berpikir jawabannya. Karena pertanyaan itu tidak butuh jawaban panjang. Albert akan menjawab iya, tapi bagaimana caranya agar tidak terkesan sebuah bualan? Terutama, Albert juga harus menetralkan rasa tidak nyaman ketika membayangkan Salsa memilih lelaki lain setelah usahanya.

"Izinin gue lakuin yang terbaik dulu. Sementara ini belum, gue masih banyak banget kelirunya. Nanti setelah lo rasa usaha gue nggak pernah cukup ...." Albert menyugar rambutnya. Napasnya kasar dan tidak beraturan. Lagi-lagi membayangkan Salsa berakhir dengan orang lain membuat hatinya teriris. Ia tidak bisa. Meski demikian, Albert tidak boleh egois. "Lo bisa cari yang lebih baik dari gue."

Inilah ucapan bullshit Albert. Bukan saat mengatakan ia mencintai Salsa dan hanya satu-satunya. Bukan saat ia mengatakan bersedia menunggu dan kemungkinan menyendiri seumur hidup jika tidak ada Salsa. Justru kalimat bualannya adalah mengizinkan Salsa mencari yang lebih baik dari dirinya.

Tidak akan Albert biarkan. Karena ia pastikan kebahagiaan Salsa melimpah ruah. Hingga tidak ada sedikit pun celah Salsa untuk memikirkan lelaki lain.

"Kebanyakan laki-laki cuma pertahanin dan perjuangin di awal-awal aja, Al," gumam Salsa lesu. Ia tidak mau melakukan penyamarataan terhadap semua laki-laki. Tetapi beberapa yang ditemuinya seperti itu.

"Boleh gue tau maksud di awal-awal itu berapa lama?" tanya Albert, ingin mengerti ke mana arah bicara Salsa, dan apa keinginan perempuan itu sebenarnya.

"Satu sampai dua tahun?" Salsa mengeluarkan dengusan lirih. Ia menatap Albert dengan mata sembapnya. Pertama kali ia menangis lagi, separah ini, setelah bertahun-tahun tidak merasakan sakit yang teramat sangat. Lagi-lagi karena Albert. "Bahkan ada yang kurang dari setahun. Cinta bagi laki-laki kayak apa sih? Kenapa gampang banget hilang?"

Albert tidak mau membela diri. Karena dulu hubungannya dengan Salsa pun kurang dari setahun. Perpisahan mereka bukan karena kedua atau salah satunya kehilangan cinta, justru berpisah karena cinta yang tidak terkendali. Hingga Albert kurang bisa berpikir jernih. Logikanya tertutupi.

"Kalo menurut lo laki-laki cuma bisa pertahanin cinta selama satu sampai dua tahun, izinin gue nemenin lo selama itu. Biar lo tahu kenyataannya."

"Bentuk pembuktian?" Lagi-lagi Salsa mendengus. Entahlah, ia terlalu capek. Otaknya banyak berpikir, perasaannya tidak bisa tenang.

Terjebak Ex ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang