43. Malam Panjang? 🔞

14.2K 1.1K 584
                                    

Ini 3 part dijadiin satu sesuai janji yang diumumin di profilnya gantistatus, alias 6.455 kata dan 19 halaman😭
Panjang banget kaaan sesuai judulnya.

Tembusin 500 komen sabi kaliyaaakkk. Bisa dibaca sampe besok malem nih beneran panjang 🫣

500

500

500

👀

❌🔞WARNING, jangan nekat🔞❌

‼️VOTE, kalo ini bukan nekat lagi tapi wajib awikwik (loh) ‼️

🤼🤼

"Jok, kamu pernah beli ...."

Joko masih menunggu bosnya untuk selesai berbicara. Tapi beberapa detik tidak dilanjutkan, ia bertanya, "Beli apa, Bos?"

Albert menoleh ke dalam kamar. Sudah tidak terlihat Salsa dari tempatnya kini berdiri. Artinya perempuan itu tidak lagi berbaring di lantai, mungkin pindah.

"Saya siap beli dan carikan buat Mas Albert."

Suara Joko membuat Albert menghela napas pelan. Ia bimbang. Kalau minta tolong ke Joko, sama saja membuat Joko berpikir yang tidak-tidak. Ia tidak masalah. Tapi kalau Salsa yang dipandang begitu, Albert jelas tidak mau.

Jadi diurungkan niatnya. "Nggak jadi, Jok. Makasih banyak."

"Beneran, Bos?" Joko meyakinkan karena bosnya terlihat ragu.

"Iya. Kamu boleh balik ke kantor Papa."

Joko memang sekarang lebih sering jadi sopir perusahaan. Kembali ke tugas awal sebelum menjadi sopir Albert. Hanya beberapa kali—itu pun kalau urgent—barulah Albert memanggil Joko untuk keperluannya.

Setelah memastikan Joko masuk ke lift untuk turun ke lantai dasar, Albert mundur dan mendorong pintu. Tapi sebuah suara menghentikan gerakannya yang hampir membuat pintu tertutup rapat. Ada celah sedikit, sangat sedikit, namun mata Albert masih mampu menangkap siapa orang yang keluar dari lift.

"Papa serius sudah menemukan cucu pertama kita?"

Albert mengernyit. Setelah melihat gerak-gerik wanita itu—Ningrum—yang menoleh kanan kiri seolah memastikan tidak ada orang, akhirnya pintu sedikit Albert buka. Karena dari celah yang sedikit tadi tidak memungkinkannya melihat pergerakan Ningrum yang ke sana kemari.

Lalu wanita itu berhenti di satu titik. Membelakangi Albert. Mungkin tidak tahu kalau di sana ada sebuah kamar yang berpenghuni. Karena di lantai tiga memang jarang orang berlalu lalang.

"Mama pengin ketemu. Secepatnya ya, Pa. Nggak sabar. Ya Tuhan ... cucu pertama kita, Pa. Pasti cantik sekali. Sudah berapa tahun dia?"

Tunggu. Albert makin bingung. Kenapa sebahagia itu respons Ningrum? Apalagi tadi bilang sudah menemukan. Dua kata yang mengartikan bahwa sebelumnya hilang kan?

Tapi ... bukannya waktu acara perusahaan malam itu Ningrum bilang kalau cucu pertama memang sekolah dan bisnis di Singapura makanya tidak pernah kelihatan sejak menginjak remaja?

"Apa? Minta maaf? Iya, Mama pasti minta maaf sama cucu kita, Pa .... Nggak nggak. Kalau minta maaf sama anak kita itu enggak. Mama nggak maafin. Apalagi menantu kita. Udah bikin cucu kita sengsara."

Albert menggeleng. Ini tidak penting menurutnya. Permasalahan keluarga Ningrum bukan sesuatu yang harus ia pikirkan. Jadi ia sudahi aksi nguping dan berniat menutup pintu pelan-pelan.

Terjebak Ex ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang