Kalo udah 250 komen, langsung up lagi nih xixi
🤼♂️🤼♂️
Suasana jadi ricuh. Beberapa panitia berusaha melerai meski tetap saja terbentuk kerumunan. Salsa benar-benar mengabaikan sekitar. Apa yang dilihat masih meninggalkan rasa sakit hati yang sama. Keadaan Albert membuat perasaan yang selama ini ia anggap hilang, mendadak membuncah tanpa bisa ia kendalikan.
Salsa ingin memeluk Albert, mengatakan dari dalam hatinya, bahwa lelaki itu tidak sendirian. Salsa adalah satu di antara orang yang memercayai kebaikan Albert dulu maupun sekarang. Salsa ingin menjaga perasaan Albert dengan lebih baik, membuktikan bahwa ia ada jika Albert butuh melecutkan kepercayaan diri lagi.
Maka dari itulah Salsa semakin mendekat. Ia mendongak dan tersenyum kecil. Ia tidak yakin bisa menatap Albert dengan cara yang sama setelah ini. Karena entah sejak kapan, Salsa seolah disadarkan akan perasaannya yang sebenar-benarnya.
Bukan perasaan menggebu-gebu seperti saat mereka masih SMA. Perasaan ini cenderung tenang, tidak terkandung ego untuk saling menyalahkan, namun penuh kenyamanan dan pengertian. Salsa tidak tahu bagaimana jenis perasaan seperti itu bisa muncul, tapi ini terasa lebih intens, meski tidak akan kasat mata dilihat orang lain.
"Albert, lo mau balik aja?" tanya Salsa pelan-pelan. Ia tidak mau memaksa jika memang tempat itu dan orang-orangnya adalah luka bagi Albert.
Albert kembali mengalihkan pandangan. Helaan napasnya masih sekasar tadi. Namun ia coba tekan segala kecewa, amarah, dan sakit. Jika ia masih yang dulu, sudah pasti akan kabur sejauh-jauhnya. Ego masihlah jadi satu hal yang ia majukan di deret paling depan. Tapi sekarang tidak. Mau sampai kapan ia menghindar?
Lagi pula Albert sudah berjanji pada Salsa. Ia akan sangat egois jika mundur, padahal Salsa yang melunturkan ego akhir-akhir ini untuk mengiyakan pintanya, itu adalah kesakitan yang sama juga.
"Lanjut reuni," jawab Albert pada akhirnya.
Seperti mengerti jawaban Albert—bukan sekadar dua kata secara harfiah—melainkan sedalam-dalamnya niat Albert, Salsa akhirnya mengangguk.
"Ayo," ajak Salsa. Ia mengulurkan tangan, berniat meraih lengan Albert. Tanpa disangka, Albert refleks menolak.
Seperti tersadar, raut wajah Albert menyesal. Ia menunduk dan mendekat ke Salsa. "Maaf," ucapnya. "Nama gue di sini jelek, Sal. Lo nggak malu ketauan dateng bareng gue?"
Salsa menggeleng. Kekecewaannya pudar, berganti pada rasa bangga yang ia tunjukkan terang-terangan. "Bobi sama Sata cuma orang yang nggak tau kenyataannya. Atau mereka udah tau, tapi karena iri dari dulu jadi pura-pura bego kayak sekarang."
Albert terdiam mendengar ucapan Salsa. Harusnya perempuan itu menjelekkannya sekalian kan? Menceritakan bahwa keberengsekan Albert bukan hanya saat bersama Vira, tapi ia lakukan ke Salsa juga. Parahnya, ia meninggalkan Salsa sampai perempuan itu hampir menyerah dengan hidup.
Jika Salsa pendendam, mungkin akan sangat mudah menjatuhkan nama Albert sekarang. Tapi justru tidak. Salsa tidak melakukannya dan dengan itu Albert merasakan kepercayaan dirinya meningkat drastis.
"Bukan pura-pura bego. Tapi emang bego," bisik Albert sembari terkekeh. Ia segera mendekap Salsa di pinggang.
Salsa tertegun beberapa saat. Ia menoleh ke pinggang kanannya. Albert dengan santai merengkuh dan memberi usapan di sana. Kekehan lelaki itu juga terdengar tepat di telinga kirinya.
"Sok tau, untung aja udah gue bogem."
Salsa memutuskan untuk menimpali sekarang. "Padahal lo nggak pernah gebuk orang ya, Al?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Ex Zone
RomansBertemu kembali dengan mantan setelah 9 tahun berpisah tidak pernah ada di bayangan Salsa, seorang pemilik Bee Florist. Mencoba move on dan menjalin hubungan dengan 3 lelaki berturut-turut nyatanya tidak berhasil membuatnya menata hati dengan benar...