Jungwoo menatap kamera ponselnya yang sudah ia buka ketika Lucas keluar kamar. Pagi ini tiba-tiba saja ada ide random yang terlintas dalam benaknya. Ia merekam dirinya lalu menaruh ponselnya di meja yang berada di hadapannya, "Halo, guys! Balik lagi sama konten random kita—atau sekarang aku sih, hahaha!" ia sedikit berbisik karena takut Lucas tiba-tiba masuk atau mendengar suaranya yang ingin memberitahu rencana yang ada diotaknya saat ini, "Jadi, aku punya rencana what if kalo aku minta maaf terus sama Lucas?" ia tersenyum menampilkan gigi kelincinya yang lucu ketika membayangkan ekspresi Lucas nantinya.
Seketika ia seperti tersadar lalu menggoyangkan tangannya kedepan dada, "Aku ga ada berbuat salah apa-apa kok, tenang. Tapi, ga tau sih kalo setelah ini—bercandaaaa!" ia beranjak dari kursi riasnya lalu mengambil ponselnya masih dengan keadaan merekam, "Maaf ya kalo kualitinya agak jelek, aku cuma pake ponsel aja rekamnya. Soalnya bakalan sus kalo aku tiba-tiba bawa kamera. Anyway, kita langsung nyamperin Lucas yang lagi main game aja. Iya, pagi ini karena libur dia langsung cus main game."
Ia mematikan videonya lalu beranjak untuk ke ruang kerja mereka—itu juga menjadi ruang game mereka mengingat komputer memang berada di sana. Jungwoo masuk dengan santai karena pintu ruang kerja yang Lucas tidak tutup.
Ia duduk di meja kerja miliknya, mencoba menyibukan diri walau sebenarnya ia sedang menaruh ponselnya di sana yang merekam mengarah pada Lucas—ia berusaha menyembunyikan ponselnya. Ia sedikit beruntung karena Lucas sedang menyerang musuh dalam game-nya. Jadi, Lucas tidak begitu memperhatikan gerak geriknya.
Setelah sudah yakin, Jungwoo menyalakan komputernya agar terlihat lebih meyakinkan kalau ia juga ingin bekerja. Lucas menatapnya sekilas sebelum menaruh satu headphonenya kebelakang kuping agar ia dapat mendengar jika Jungwoo mengajaknya bicara sebelum kembali pada game-nya. "Kamu ada kerjaan?"
"Hmm, sedikit." Jungwoo bersandar pada kursinya, memainkan mouse dengan asal—ia juga bingung ingin melakukan apa karena semalam ia sudah membereskan pekerjaannya. Ia mengusap-usap tengkuknya sembari melirik komputer Lucas untuk melihat kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan idenya. Ketika ia melihat Lucas sudah mulai santai, ia sedikit mengarahkan kursinya kearah Lucas, "Luke.."
"Hm? Kenapa?" Lucas masih terfokus pada gamenya. Jungwoo tidak kesal, itu malah memudahkannya menghindari tatapan Lucas.
Jungwoo mengetuk-ngetuk kursinya dengan telunjuknya pelan—tiba-tiba ia menjadi gugup tanpa alasan yang jelas, "Maaf ya."
"Hah?" dahinya berkerut bingung mendengar ucapan Jungwoo. Apa ia salah tangkap ucapan Jungwoo? "Apa—gimana?"
"Maafin aku."
"Tunggu—bentar-bentar." Lucas menghabisi musuh dalam game-nya sebelum sepenuhnya menaruh atensi pada Jungwoo, "Kamu abis mecahin parfume lagi?"
Jungwoo menahan tawanya—minggu lalu dia memang menjatuhkan parfume favorite mereka berdua, "Luke, ih!" kini seperti Lucas membuka rahasianya.
Lucas menatapnya bingung, "Terus apa?"
"Ya, maaf aja."
"Ya, karena apa??"
"Ya, maaaafff."
Lucas menghela napasnya, "Ni 20 menit kebuang sia sia nih begini terus ga ada abisnya." ia menggelengkan kepalanya. Dipikirannya mungkin Jungwoo memecahkan barangnya atau apa. Apa itu benda yang sangat berharga?
Jungwoo hanya menatap Lucas, menahan tawanya. "Kamu ga jadi main?" ujarnya bingung karena Lucas mematikan komputernya.
Lucas melepas headphonenya dan beranjak dari kursinya, "Ga ah. Misinya udah selesai juga. Aku laper, kamu mau sarapan? Biar aku sekalian angetin sup rumput lautnya." ia mengambil ponselnya dan mengambil gelas bekasnya minum.