bersama keluarga kecilnya.

240 12 0
                                    

Terkadang tuhan itu adil kepada hambanya, tetapi seorang hamba tidak pernah merasa puas dan senang atas apa yang telah di berikan kepadanya.

2023

"Hahahaha, kakak gak bisa kejar aku," seru gadis kecil berusia sekitar 7tahun.

"Awas kamu, bentar lagi aku tangkap" timpal anak perempuan berusia 9tahun.

Keempat anak kecil itu kembali berlarian kesana kemari dengan tawa renyahnya, keempat orang tua itu hanya memandang anak anak mereka yang berlarian kesana kemari ketika berkunjung di rumah yang hanya ada seorang laki-laki paruh baya.

Laki-laki itu menatap beberapa cucunya dengan senyuman yang begitu merekah, ia tidak pernah membayangkan bahwa rumahnya akan seramai ini, setelah beberapa tahun lalu rumah ini sempat redup kebahagiaan, karena harus kehilangan 1 cahayanya.

Namun mereka memilih bangkit dan menggantikan 1 cahaya yang mati, walaupun terkadang cahaya itu tak seterang seperti sediakala.

"Abang, abang, sini! Kok disini ada kamar lagi ya, bukannya kakek cuman punya empat anak?" tanya Aulia pada Valen, yang notabennya laki-laki yang lebih tua darinya.

"Sekar, sini jangan di situ".ucap Aulia pada adik kecilnya yang masih berusia sekitar 5 tahun.

Anak laki-laki melangkahkan kaki dan memasuki kamar yang bernuansa biru, beberapa barang masih tertata rapi, buku buku yang di atas meja pun terlihat lusuh.

Valencia  mengernyitkan dahinya ketika melihat foto yang tertempel di dinding kamar, terlihat 4 anak laki-laki yang mereka yakini adalah ayahnya sewaktu masih muda, lalu gadis yang berada di tengah itu siapa?

Rasa penasaran semakin menggerogoti diri mereka, tanpa seizin siapapun mereka mengambil sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja, kemudian menanyakan pada sang ayah atau siapapun yang berada di rumah itu.

"Sekar, Alia, ayo turun" seru gantari sambil menggandeng kedua adiknya untuk turun.

****
"Lho, anak anak pada kemana?" Tanya Naufal yang sedang menggendong putri kecilnya yang baru berusia 3 tahun.

"Lagi, main, paling di taman belakang," celetuk Hendra yang tengah asik bermain PlayStation dengan Dani.

Walaupun usia mereka tak lagi muda, tapi percaya bahwasanya jiwa mereka masih seperti anak remaja yang baru pubertas.

"Ayah!" Panggil Valen, anak itu turun dari tangga sembari diikuti oleh dua adik sepupunya.

"Ayah, ini foto siapa yang di tengah, kok gak pernah liat" tanya Alia, dengan raut wajah yang sangat antusias.

Hendra, Jenaka, dan juga Dani langsung menghentikan permainan mereka, lalu mengambil bingkai foto yang ada di tangan Valen, "kakak, dapet dari mana bingkai ini? Tanya Dani pada anak sulungnya. " Maaf ya" ucapnya sambil menundukkan kepala. "Hey, jawab ayah, ayah gak akan marah kok" bujuk Dani dengan suara yang pelan.

"Tadi kan, si Alia sama Sekar lari-lari sampai keatas, terus dia gak sengaja buka kamar yang ada di sebelah kamar milik om Hendra. Terus Sekar gak sengaja ngomong kalo kakek cuman punya 4 anak kembar, kita gak berniat ambil apa-apa kok dari kamar itu, ya kan tar!" Seru Valen pada tari yang berada tepat di sebelahnya

Tari hanya menganggukkan kepala, pertanda bahwa gadis itu setuju dengan yang diucapkan oleh Valen. Walaupun banyak yang bilang mereka itu kembar pada kenyataannya keduanya adalah dua orang saudara yang berbeda ibu dan ayah.

"Maaf, yah" ucap keduanya sambil menundukkan kepala.

"Udah to, mending di ceritain, jangan bikin anak anakmu takut kasihan tuh mukanya" timpal Chiko yang yang ikut bergabung dengan anak cucunya di depan Playstation.

"Sini, kakek pinjam bingkainya kita main tebak-tebakan dulu" ucap Chiko yang di kelilingi oleh cucunya.

"Ini yang sebelah kiri pakai jaket jins ayahnya Valen, yang pake baju hitam Dadynya Tari, yang sebelah kanan baju moca ini papinya Sekar, sedangkan baju hijau itu papah nya adek Alia, kalau yang tengah namanya Tante Sekar"

Mereka masih dengan seksama mendengarkan cerita sang kakek ingin sekali Sekar bertanya kenapa namanya mirip dengannya. Chiko yang menghela nafaa panjang agar tidak melihatkan kesedihannya.

"Terus Tante Sekar kemana kek, kok kita gak pernah lihat" tanya Valen dengan keberanian yang ia kumpulkan.

"Tante Sekar, udah tenang disana sama nenek kalian, Tante Memilih bahagianya dengan bertemu nenek di waktu usianya yang masih remaja, kala itu banyak sekali penyesalan yang terjadi hampir beberapa bulan"

Belum sempat menceritakan kronologi kejadian itu, Chiko sudah meneteskan airmata yang ia tahan sejak tadi, bohong jika ia tidak merindukan anak gadisnya, bohong jika ia tidak bersedih ketika mengingat kejadian itu.

"Biar ayah saja yang cerita, gimana perjalanan Tante Sekar sebelum dia pergi. Dulu..."

Jangan lupa vote komennya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote komennya,

kritik dan sarannya juga ya teman-teman

Akan ada beberapa part yang di rombak. Jadi terus ikutin cerita aku ya.

see you

sampai berjumpa di cerita berikutnya.

Jangan lupa follow akun juga.

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang