bersama keluarga kecil

66 1 0
                                    

Satu tahun sebelum Sekar meninggal gadis itu menitipkan sesuatu kepada Melati, agar wanita itu menyampaikan pesan yang yang pernah di katakannya.

Kini Hari ulangtahun si kembar sudah dekat, semua orang berkumpul di rumah milik sang bunda. Dengan perasaan bahagia mereka bercerita bahwasanya mereka di terim di PTN tanpa menggunakan tes.

Melati yang tersenyum mendengar itu semua. Ia membayangkan betapa bahagianya Mawar di atas sana, memiliki anak-anak yang pintar dan sangat penyayang. Keempat anak kembar itu juga sudah memiliki pasangan masing-masing.

Kepergian Sekar memang membuat mereka sangatlah putus asa. Karena gadis itu sangat berpengaruh besar bagi orang-orang yang berada di rumah. Tepat pukul 00.00 hari Ulang tahun keempat anak kembar di mulai. Namun hanya di hadiri oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya saja.

Melati yang sudah mengambil hadiah yang pernah gadis itu katakan, sekarang saatnya ia menyerahkan hadiah itu pada sang pemiliknya.

"Happy birthday, anak kembar bunda, mudah mudahan kalian jadi anak yang baik, tambah pintar, tambah dewasa, jadilah orang yang selalu berpikir kritis." Ucap Melati pada si kembar.

"Aaa, makasih bunda." Ucapnya berbarengan.

"Oh ya sebentar, bunda punya titipan buat kalian berempat. Di tunggu ya bunda ambilkan terlebih dahulu."

Sambil menunggu Melati mengambil sesuatu ke-lima anak itu bermain Vidio game di ponsel milik mereka masing-masing.

"Btw, happy birthday bro, tambah tua aja, sehat sehat terus, jangan banyak kesedihan, ikhlasin adek Lo yang udah tenang di sana. Dia pasti seneng liat Lo semua bahagia. Gua berharap dari kejadian kemarin lo semua bisa ambil hikmahnya. Karena setiap cobaan memiliki pesan tersembunyi." Ucap Malvin.

"Thanks bang, udah ngingetin kita. Tapi jujur gua kangen sama Sekar. Besok ke makam yuk, udah lama kita gak kesana."

Beberapa menit kemudian Melati datang dengan membawa 4 kado yang sudah di bungkus rapi. Wanita itu menyerahkan kadonya sesuai dengan nama yang tertera di atas kotak tersebut. "Ini titipan dari adik kamu, sebelum dia pergi. Kalau mau di buka sekarang bisa di buka aja gapapa."

Tangisan keempat saudara itu kembali pecah ketika membuka sebuah kado yang sudah siapkan sebelum sang adik meninggalkannya.

***
Chiko yang sudah mengetahui dalang di balik kematian anaknya, kemarahan dan penyesalan menjadi satu

"Rania, Kamu itu bukan manusia! Kenapa kamu bunuh anak saya! Anak saya tidak pernah berbuat kesalahan yang keji kepadamu!"

"Mas tolong, jangan masukin saya ke penjara, saya sudah tidak punya siapa-siapa mas, Calista pergi ninggalin aku karena penyakitnya" mohon Rania pada Chiko

"Itu balasan buat kamu, nikmati saja karma atas apa yang telah kamu perbuat selama 1 tahun yang lalu.

"Bawa dia masuk, kepenjara pak, selamat mendekam didalam jeruji besi yang di jaga ketat oleh keamanan"

Satu tahun rasanya sangat berat bagi Chiko untuk mengikhlaskan kepergian putri bungsunya, suasana rumah yang ia rasakan pun berbeda, hanya ada Hendra yang setiap saat selalu menghibur siapa saja.

Bertahun-tahun Chiko membenci gadis itu, kini hanya penyesalan yang selalu ada di dalam benaknya jika waktu bisa di putar ia ingin kembali ke waktu, di mana dirinya masih melihat senyum cantik milik Putri kecilnya.

***

"Oh gitu ya kek" ucap Valen yang sudah berada di sebelah sang ayah.

Jenaka tersenyum kemudian mengusap puncak kepala anak laki-laki  nya dengan lembut

Foto beberapa tahun silam masih tertata rapi di kamar milik Sekar, bahkan barang barangnya pun masih tertata rapi di dalam lemari miliknya.

Semuanya berkumpul di ruang, setelah mendengar apa yang di ceritakan oleh Dani 

"Kasihan ya mi, Tante Sekar. Dulu papi jaha banget" celetuk Sekar sambil memandang kearah sang ibu.

" Iya, tapi Tante Sekar itu gadis yang beruntung, walupun keluarga nya benci sama dia, dia masih punya keluarga lain yang sayang banget dia. Selain itu tante Sekar juga orang yang ceria, dia adalah gadis pencinta buku dan es krim" balas Sania yang menjelaskan atas kesalahpahaman yang di tangkap oleh anaknya.

"Kalo kita ke makam aja, gimana?" Usul tari yang di balas dengan tatapan yang sulit diartikan oleh beberapa orang, termasuk ayahnya sendiri.

Chiko yang langsung tersenyum, lalu berjalan kearah Sekar"ide, bagus. Mending ke makam aja, lagian kita udah lama gak ke sana"

"Huft" gadis itu menghembuskan nafas lega.

"Kalau mau ke makam, mending makan dulu, kita udah masak banyak"

"Setuju" seru anak-anak dengan kompak.

Tawa mereka pecah memenuhi ruang tengah. Dentingan sendok mulai bersahutan mereka menikmati makanan tanpa ada suara sedikit pun.

Mobil yang sudah di siapkan sedari tadi,  sesampai nya di makam mereka langsung berjalan kearah makam yang bertuliskan

Sekar Alia Gantari V. Binti Chiko Valencia

"Assalamualaikum, Tante Sekar. Sebelum kita berbincang kenalin aku Valen anak dari kakaknya, Tante. Tante maaf ya kita udah masuk kamar Tante. Beneran kita gak sengaja"

"Gantian dong, aku pengen ngomong"

"Ya udah gih, tinggal ngomong" celetuk Valen

"Assalamualaikum, Tante. Kebetulan nama kita berempat ngambil dari nama Tante walaupun perkata perkata, gapapa kan Tante. Tante yang tenang ya di sana"

Gini giliran si kembar dan sang ayah yang berbicara dengan gundukan tanah dan batu nisan yang tertancap di atasnya.

"Assalamualaikum, adek. Udah lama ya kita gak kesini, pasti kamu sekarang udah seneng kan ketemu mama di sana, padahal kita juga kangen, kata kata ayah. Ayah titip salam ya buat bidadarinya. Oh ya sekarang Desi udah sukses, rumah pohon yang kalian berdua bikin sewaktu kecil juga tambah bagus."

Kalo gitu, kita pamit ya, nak. Jangan lupa sampaikan pesan ayah buat mama,. oke.

Mereka kembali melajukan mobilnya kearah rumah orang tuanya, pria paruh baya itu hanya diam dan tersenyum

Keluarganya kembali kumpul dirumah yang pernah di huni oleh anak kembar dengan 1 adik perempuannya. Gadis itu memutuskan untuk pergi dahulu dan menjemput sang mama.

"Buat, anak anak kalian boleh pake kamarnya Tante Sekar. Tapi ingat jangan di berantakan, kalau habis pinjem barang kembalikan lagi ke tempatnya" ucap Dani dan juga Jenaka

"Tapi khusus untuk Valen, kamu tidur sama kakek"

Suasana semakin gelap matahari yang sudah tenggelam dan menyisakan semburat merah pada langit semesta. Hal yang di nantikan beberapa tahun lalu terwujudnya.

Sekaranpria itu memiliki cucu, memilik menantu yang selalu menyayanginya, walau terkadang rasa rindu pada anak gadisnya selalu muncul setiap saat.

Dengan senyuman yang merekah pria paruh baya menatap kebahagiaan yang di pilih oleh keempat anaknya masing masing.

Alhamdulillah akhirnya cerita ini  resmi selesai

Gimana kesan dan pesanya

Semoga suka.

Sampai ketemu di cerita aku yang lain

Jangan lupa vote komennya, see you.

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang