Jalan jalan

14 2 0
                                    

Gadis berambut panjang itu sudah menunggu Malvin. Namun orang yang di tunggu tak kunjung datang, kalo seperti ini tadinya ia bakal menerima tawaran Desi sejak tadi.

Gadis itu melihat seorang perempuan yang menuruni mobil dan langsung bertanya padanya "Sekar y?" Sekar hanya menganggukkan kepalanya sambil menjawab "iya kak, kok kakak tahu emanag kita pernah kenal?" perempuan yang seusia abangnya itu hanya tersenyum lalu menggandeng tangan milik Sekar untuk menuju mobil yang sudah menunggu dari tadi.

Sekar hanya mengikuti nya tanpa bertanya, sesampainya di mobil ia melihat Malvin yang dengan santainya bermain ponsel, tanpa aba² gadis itu langsung berteriak di sebelah kiri telinga Malvin "ABANG,HAPE TERUS!" mendengar penuturan seperti itu sang pemilik nama langsung terkejut dan terlonjak.

"Astaghfirullah adek, bisa gak kalo gak usah teriak di telinga! budek tau" ucap Malvin dengan wajah tersungut sungut menahan kesal.

"Nih katanya kamu mau lihat adek aku, gini nih kelakuan nya cantik cantik tapi kayak laki, orang kayak gini kamu bilang cantik? cantik darimana nya?"ucap Malvin pada gadis yang berada di sampingnya.

"Udah a Vin, kasian adek kamu, mending kita langsung jalan aja katanya mau mampir ke time zone atau makan dulu" tegur Yesa pada kekasihnya.

Tanpa suruhan atau ucapan dari siapapun Malvin langsung melajukan mobilnya ke tempat yang akan mereka tuju.Baru setengah perjalanan Malvin menolehkan kepalanya kebelakang hanya untuk bertanya pada sang adik. Namun niatnya ia urungkan ketika melihat Sekar yang sudah tertidur dengan bantal kesayangannya.

Macetnya jalan raya sangat membuat Malvin bosan, tapi untungnya ia di temani oleh sang kekasih yang baik hati nan cantik.

30 menit berlalu akhirnya mereka bertiga sampai di tempat tujuan, Malvin yang menyuruh sang kekasih untuk membangunkan Sekar yang tertidur sudah hampir setengah jam lebih.

Sekar pun mulai membuka kedua matanya sambil mengumpulkan nyawa nya agar tidak sempoyongan ketika berjalan nantinya.

akhirnya mereka bertigapun turun memasuki sebuah mall, satu hal yang sekar tuju adalah Time zone. Malvin dan Yesa hanya tersenyum ketika melihat Sekar berlarian kesana kemari sambil melambaikan tangan kearah mereka.

"Adek kamu tuh lucu banget tahu, makanya kamu sesayang itu sama dia. Disaat banyak orang yang gak suka sama dia tapi kamu tetap mau jagain dia" ucap Yesa sambil menggenggam tangan Malvin dan berjalan kearah Sekar.

"Mau gimanapun, dulu mamah tuh sayang banget sama gua, sampek dia bilang kalo semisal dia punya anak cewek dia bakal jaga anaknya sebisa mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain setelah dia memiliki Putri yang begitu cantik dia malah pergi jauh. Dan sebagai kakak yang ingin memiliki adik perempuan gua bakal tepatin wasiat mama, gua bakal jaga Sekar semampu gua dari siapapun yang bakal nyakitin dia baik fisik mau pun batinnya" balas Malvin lalu menghampiri Sekar. sambil membawa kartu time zone yang baru saja ia isi tadi.

"Abang kok malah bengong sih, adek udah nungguin ayo kak Yesa, Abang tinggal aja "ucapnya sambil menarik tangan milik Yesa. lagi dan lagi senyum Malvin memgembang melihat adik kecilnya yang tumbuh dengan sangat baik dan ceria.

Malvin yang mengikuti dari belakang melihat Sekar dan Yesa tertawa. Mereka bermain kesana kemari mencari permainan yang banyak mengeluarkan ticket untuk di tukarkan sesuatu.

Hampir 2 jam mereka bermain, Sekar yang terlihat sangat senang namun mukanya begitu lelah begitupun dengan Yesa yang kadang mengikuti permainan apa yang di inginkan oleh sekar.

"Laper gak dek?" tanya Malvin.

"laperlah, gimana sih abang ini, udah dari tadi nih perutnya bunyi kasian minta di kasih makan"

Malvin dan yesa tertawa melihat wajah Sekar yang sedikit kesal karena mereka berdua tidak menawarinya makanan sejak tad.

"Kenapa gak bilang sama kak yesa tadi, kan dari tadi kamu sama kakak bukan sama bang Malvin." Sahut yesa yang berada di samping Sekar.

"Ya Sekar malu lah, masak baru kenal udah minta di bayarin makan."

"Udah yuk! katanya laper dari tadi perasaan cuman ngeluh doang" ajak Malvin sambil menggandeng tangan sebelah kanan milik Sekar sedangkan yesa menggandeng tangan kirinya.

****
Di rumah dengan desain minimalis dan sederhana terdapat 4 anak kembar laki-laki, sang ayah, ibu tiri, dan adik tirinya, seakan-akan mereka melupakan seorang anak yang pernah mereka jaga dari kecil.

"Calista, nanti jadi gak lanjut di sekolah abang?" tanya jenaka yang duduk di hadapan Calista.

"insya Allah, jadi bang, abang doain semoga nilai Calista bagus.

"mau ngambil jurusan apa dek? IPA atau IPS"

belum sempat Calista menjawab pertanyaan yang lemparkan oleh Dani, seseorang menyahuti dari arah belakang

"kalo menurut gue masuk IPS aja sih, lebih gampang gak usah pusing ngitung buah jatuh dari atas pohon" ucp Hendra dengan nada yang sedikit menyebalkan baginya.

"Gausah dengerin dia, dia itu rada gak waras, mending ikutin kata hati kamu oke" ucapnya sambil mengacungkan jempol

Kemudian Dani beranjak pergi meninggalkan ruang tengah, menuju kearah kamar milik nya. Ketika ia turun penampilan nya seketika berubah ia menggunakan kemeja dan celana Levis berwarna hitam

"yah, mah Dani pamit dulu mau main" ucapnya sambil menyalami tangan keduanya.

Dirumah hanya tinggal Jenaka, Naufal dan Hendra yang masih berleha leha di depan tv, seperginya Dani dari rumah entah kemana perginya anak itu, saudaranya tidak pernah tau, walaupun mereka kembar tapi mereka memiliki privasi masing-masing.

Mereka bertiga hanya berguling-guling di atas kasur yang berada di depan televisi, Karena kebiasaan mereka ketika siang menjelang menggoda Sekar yang lagi melakukan kegiatan, entah itu tidur bermain ponsel, ataupun belajar.

"Je, si adek masih ngechat lo di wa gak?" tanya Hendra yang menatap kedua kembaran nya.

"Gak pernah sama sekali, semenjak kejadian ada luka di wajah milik mamah, tapi entah apa yang terjadi dan gua juga kurang yakin dengan penjelasan mama Hen" Balas Jendra dengan nada dan ekspresi yang sulit diartikan.

"Beneran gak ngechat lu sama sekali, lu gimana pal di chat si adek gak?"

"Gua apalagi ndra,Gak pernah sama sekali, dichat pun waktu pertama kali dia pergi dari rumah, dia bilang kalo dia minta maaf udah jadi beban buat kita semua. Diakhir kata dia ngucapin gini semoga bahagia ya"

Mereka semua termenung atas tak ada kabarnya si bungsu setelah hampir 2 bulan pergi tanpa pamit, mereka juga gak pernah tahu. Akan berakhir seperti apa keluarga nya nanti.

Mereka hanya sama sama egois mementingkan keinginannya sendiri sebelum mendengar penjelasan orang lain yang menentang atas kebahagiaan dari ayahnya.

"Gua takut jika semua ini hanya berakhir dengan penyesalan je, hen. Gua takut gak bakal liat adek perempuan gua satu satunya yang pernah kita jaga dari kecil.
Kita gak pernah tau kapan kita merasakan kehilangan yang sesungguhnya. Karena suatu penyesalan pasti datang di akhir kisah." Ucapan Naufal mampu membuat kedua kembarannya diam dan tidak berkutik.

Hanya keheningan yang terjadi sampai suara panggilan untuk mereka menunaikan ibadah lah yang menghentikan keheningan tersebut.

HALO, apa kabar?

gimana ceritanya

btw makasih yang udah baca

jangan lupa vote koment

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang