kebaikan sang ayah

23 2 0
                                    

AAAA!!!

ANJING!!

BABI!!

BRENGSEK

"BANG MALVIN SIALAN!!!"

Ia langsung melempar bantal sofa kearah Malvin, "Nyebelin banget sumpah, untung gak jantungan."

Tanpa izin Malvin langsung memeluk tubuh Sekar sembari mengucap kata maaf. "Ngomong ngomong besok boleh datang gak ya?

"ya boleh dong, pokok nya harus datang semua" ucapnya yang begitu antusias, hingga suara dering telfon memberhentikan percakapan keduanya.

"halo assalamualaikum"

"waalaikum salam, Sekar mau nitip es krim kesukaan kamu gak?

"emang boleh? emang ayah tau es krim kesukaan aku apa?"

"iya boleh, tau dong, kamu kan suka banget sama es krim coklat"

"ya udah pokoknya eskrim jangan lupa, eh bentar mau minta tolong cetakin foto boleh gak?

"ya pasti bisa, mana foto nya kirim ke ayah."

"Siap"

"nanti kalau ayah udah sampai rumah, jangan lupa kabarin Sekar"

"siap princess"

Bugh

Malvin yang masih melongo, ia kena timpuk bantal sofa, sebelum mendapatkan balasan dari Sekar langsung berlari dan bersembunyi di balik punggung Melati

"bunda, abangnya nyebelin"

"idih beraninya ngadu, dasar Cepu."

***
Setelah acara graduation milik Calista selesai, Rania meminta agar ia diantar ke rumah milik orangtuanya, ia akan menginap di sana kurang lebih 2 hari, dengan perasaan senang Chiko mengantar istri dan anak tirinya ke rumah milik mertua.

Entah dorongan darimana tiba-tiba ia ingin membelikan sesuatu untuk si bungsu, selain membeli es krim Chiko juga membelikan hadiah kecil untuk putri satu satunya, tapi mengapa hati dengan otak sangat tidak sinkron, tanpa berpikir ia membelikan barang yang di inginkan oleh Sekar beberapa hari yang lalu.

Yang menjadi pertanyaan bagaimana pria itu bisa tahu apa yang di inginkan gadis kecilnya?

Jawabannya sangatlah mudah, Chiko selalu mencari tahu tentang apa yang di inginkan oleh anak anaknya tanpa ada orang yang tau. Tapi ia sendiri belum memecahkan misteri yang terjadi beberapa tahun lalu.

Setelah mendapatkan apa yang ia beli, dengan senyuman lebar yang menampakkan kedua lesung pipi itu menambah aura bagi pria paruh baya sedang berjalan melewati pintu keluar mall.

Sesampainya di rumah ia terkejut, kenapa rumahnya terlihat sepi, kemana anak bungsunya pergi, ia melihat jam tangan miliknya, jam yang tertera adalah jam 11.00 jika ia pastikan anak itu pasti keluar, sedangkan anak kembarnya masih berada di sekolah dan melaksanakan ujian akhir semester. Kurang lebih setengah jam lagi mereka akan kembali ke rumah.

***
Malvin yang mendapatkan teguran dari sang bunda langsung terdiam, sedangkan Sekar tersenyum puas melihat reaksi Malvin yang di omelin oleh Ibunda.

"nih nastar nya, dimakan gih, kalau mau di habisin juga gapapa" Ucap Melati sambil memberikan toples yang berisikan nastar nanas.

Sekar kembali keruang tengah , ia menonton kartun kesukaan nya sambil menikmati nastar bikinan Melati. Hampir saja semua roti tandas di makan oleh Sekar.

"Idih, masak abang gak di kasih" kata Malvin yang kini berada di sebelah Sekar.

Mendengar itu, ia langsung memberikan toples nastar yang sisa setengah kepada Malvin.

Mereka berdua selalu saja begitu jika sudah bertemu, kalau gak berantem ya akur seperti itulah gambaran nya apalagi jika sudah di tambah si kembar sudah di pastikan selain berisik, rumah pun menjadi kapal pecah dan berantakan. Hari ini ia merasa bahwa akan menjadi hari terakhir, layak nya cerita yang akan menuju sebuah ending, tapi ia tidak tahu bagaimana akhir dari cerita tersebut.

Gadis itu kembali melihat handphone miliknya, tenyata sang ayah sudah sampai di rumah, ia harus segera pulang jika tidak pulang maka es krim pesanan nya akan segera mencair.

"Bunda, adek pamit mau pulang ya"

"Iya, hati hati, gak usah lari "

"Besok, Abang sama bunda harus datang ke acara graduation aku pokoknya titik gak pakai koma"

"dek, Abang punya sesuatu lho"

"mana?"

"besok aja lah, kamu bakal tau"

"kok besok kelamaan dong, kenapa gak sekarang aja"

"gak pokoknya besok"

"ya udah, assalamualaikum" ucapnya sambil menyalami tangan milik bunda dan juga Malvin.

***
Gadis itu berjalan dengan wajah yang seperti pagi hari, ceria. Bahkan kali ini lebih semangat dan juga berseri seri wajahnya, ia tahu bahwa hari ini ayahnya pulang dengan membawa buah tangan kesukaan nya, tapi bagi Sekar ini lebih dari cukup. Karena melihat ayahnya pulang terus memeluk nya sudah cukup.

Sesampainya di pagar yang menjulang tinggi ia tersenyum begitu lebar

"ayah" ucapnya sambil berlari dan memeluk pria yang duduk di teras rumah.

Mendapatkan pelukan mendadak pria paruh baya itu langsung membalas pelukannya dengan wajah yang sama sama bahagia.

"Masuk kedalam aja ya"

Kedua orang itu pun langsung memasuki rumah tanpa berkata apa-apa Sekar langsung to the point menagih es krim yang di inginkan.

"ayah, es krim aku mana?"

"iya, sabar dulu dong, sayang"

Melihat es krim coklat yang sudah di tangan ayahnya Sekar langsung mengambilnya dan mengucapkan kata terimakasih.

"makasih, ayah"

"sama sama, oh iya kayaknya ayah punya sesuatu deh buat kamu, mau gak?"

"Mau lah, emang hadiah nya apa"

Chiko yang mengeluarkan bingkisan kado dari tas belanjaan miliknya, lalu ia langsung memberikan kado itu pada Sekar.

"Beneran itu buat adek, ih ayah ini udah aku buka, bagus banget, aa makasih"

"iya beneran lah, masak ayah bohong"

"Aaaa, sekali lagi makasih, ayah"

Kedua nya kini sedang berbincang santai di ruang tengah sambil menunggu si kembar pulang, Sekar yang bercerita tentang banyak hal. Sang ayah tertawa ketika mendengar bahwa ia sering sekali di jaili oleh si kembar maupun kakak sepupunya itu.

Sampai suara deritan pintu terdengar di telinga keduanya.

"Assalamualaikum"

Empat remaja laki-laki yang terkejut melihat suasana rumah yang tidak biasa, ada apa gerangan, kenapa sang ayah pulang lebih awal, lalu dimana Calista dan mamanya.

Keempat remaj iru langsung menyalimi tangan milik Chiko yang duduk menemani Sekar menonton film kesukaan.

"btw, ayah kapan pulang?"

"udah dari tadi, ganti baju dulu gih, ayah mau nemenin adik kalian nonton film."

Remaja itu langsung menaiki tangga dan menuju kamar masing-masing untuk mengganti seragamnya dengan baju rumahan.

Chiko saja merasa aneh dengan dirinya sendiri, bagaimana dengan si kembar yang melihat kedatangannya di rumah sembari menemani anak bungsu menonton televisi, namun sesekali ia melirik gadis di sampingnya entah perasaan apa yang saat ini ia rasakan ketika menatap manik gadis itu.

Tatapan nya kini teduh namun sayu, ceria namun hanya luar saja, layaknya jiwa yang hampir meninggalkan raga.

"Sekar, kamu sakit ya?"

"gak yah, sekar baik baik aja kok"

"kok kayak lesu gitu"

"gak leseu kok nih senyum, aku tuh selalu ceria"

see you

TBC

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang