"Mampir, ke rumah makan depan ya Nan," ucap Sekar yang berada di boncengan sepeda milik Hanan.
"Siap, tuan Putri," balas Hanan sambil menambahkan kecepatan sepedanya.
"Kar, tapi Lo jangan sedih ya, kalau semisal kita mampir di rumah makan depan" pinta Hanan pada gadis yang berada di belakangnya.
Sekar tahu kemana arah pembicaraan temannya, Sekar hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman yang ia paksakan untuk baik-baik saja.
Keduanya masuk kedalam, namun suara Chiko sangat terdengar jelas ketika mengenalkan seorang gadis yang berusia sama dengan dirinya pada si kembar.
"Kalo gak kuat, jangan di liatin, ntar Lo nangis lagi" tutur Hanan yang kemudian mengacak rambut milik Sekar.
Samar samar ia mendengar arah pembicaraan sang ayah. Hujan yang kembali turun dengan lebat, membasahi bumi dan menyiram siapapun yang melewatinya.
"Kenalin ini Calista yang bakal jadi adek kalian" ucap Chiko sambil mengenalkan anak tirinya kepada si kembar.
"Hujan nya deres banget ya, bang. kayaknya bakal lama" ucap Rania pada si kembar
"Iya dek, kamu kelas berapa dek, sekolah dimana" tanya dika pada gadis yang di depannya.
"kelas 3 SMP bang" jawab Calista
Disini mereka benar-benar melupakan si bungsu yang tidak ada di antaranya. bahkan tanpa mereka tahu seorang anak perempuan itu berada di dekatnya. Dengan sebuah senyuman yang di paksakan, mata yang sudah tidak bisa lagi membendung buliran kristal yang yang sudah berada di pelupuknya, tanpa di minta buliran itu meluncur secara perlahan dan membasahi kedua pipi Sekar.
"Udahlah Sekar apa yang kamu harapkan dari mereka, tapi kenapa setelah mereka membuat aku merasa bener bener di sayang dan di perhatikan mereka kayak abai gitu aja ya, oh kan kata buku yang pernah aku baca jangan terlalu berharap kepada manusia. bodoh banget kamu sekar!"
"Heh, Lo mau pesan apa, biar gue pesenin sekalian" tanya Hanan pada gadis yang berada di sebelah jendela dan menikmati udara yang cukup dingin.
"Kayak biasa aja, jangan kasih es" imbuh Sekar ketika Hanan hampir berjalan dan memesan minuman untuk keduanya.
"Oke,siap. Udah gak usah nangis jelek Lo kalo nangis."ledek Hanan pada gadis di depannya. Sepersekian detik gadis itu ke kembali menampilkan senyumannya
Sekar yang melihat keakraban dan canda tawa yang bahkan ia tidak pernah merasakan betapa hangatnya seorang ayah padanya.
Karena sudah mulai gelap mereka memutuskan untuk membungkus minuman dan membawanya pulang "Nan Lo antar gue ke rumah bunda aja, rumahnya deket kok dari sini." Pinta Sekar pada anak laki-laki seumurannya.
Hanan tidak pernah tahu apa yang sebenarnya di rasakan oleh Sekar, keluarga seperti apa yang Sekar punya sebenarnya. Hanan hanya ingin gadis yang ia sukai hampir 3 tahun itu tersenyum layaknya tahun-tahun sebelumnya.
"Gue akan berusaha bikin Lo seneng kar, walaupun keadaan gue gak memungkinkan untuk bisa bertahan lama."
****
"Ayah beneran udah nikah sama Tante Rania? tapi gimana kalo Sekar gak setuju, kenapa yang ayah ajak cuman kita berempat, Sekar juga anak ayah" ucap Jenaka di hadapan sang ayah, tepatnya di depan perempuan yang kini sudah sah menjadi istri sang ayah.
"Masalah Sekar biar nanti ayah yang urus, jadi kalian gak usah kasih tau dia. Biar ayah yang ngomong sama Sekar, dia pasti bakal nerima kok. ayah takut nya semisal dia di kasih tau sekarang bakal kacau kedepannya." balas sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAVA (Revisi)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca⚠️⚠️ Sekar, gadis dengan otak pas-pasan yang selalu di tuntut menjadi sempurna semenjak adanya seorang Calista. Seorang saudara tiri yang selalu di bangga banggakan oleh sang ayah atas prestasi yang di raihnya. Kasi...