rasa bersalah

20 3 0
                                    

Manusia emang banyak mau,
terkadang amanah diembankan
lupa untuk di jalankan
______

Naufal yang merasakan bajunya basah, ia semakin mengeratkan pelukannya pada si bungsu untuk memberi kekuatan."Kalau kamu memang nyaman disini. Mamas gak apa-apa, kalau emang kamu belum terima ayah nikah lagi. Jangan nangis ya, kalau kamu nangis Mamas bakal ngerasa bersalah banget sama alm. Mama, karena sebagai kakak laki-laki yang gak bisa bikin adek perempuannya bahagia, Mamas harus bilang apa sama mama nanti dek."

Semakin deras air mata yang di keluarkan oleh si bungsu, Naufal semakin kualahan. Bagaimana caranya menenangkan, sedangkan ia hanya bisa menguap usap punggung sang adik agar sedikit tenang sampai suara tangisnya tidak lagi terdengar.

Sekar yang melepaskan pelukannya dari Naufal, ia langsung menatap wajah rupawan milik kakak bungsunya, rasanya ia ingin kembali menangis dan memeluk nya lebih lama lagi. tetapi di karenaka ia memiliki gengsi yang tinggi akhirnya tidak jadi. Dirinya malah berkata, "Adek minta maaf ya sama mamas, Abang, Kakak, A'a. Tolong di sampaikan ya mas maafnya adek. Adek belum bisa ketemu langsung sama mereka. Tapi bakal adek usahain untuk minta maaf langsung sama orang orang yang dirumah."

Tanpa sepengetahuan Naufal tiba-tiba si bungsu langsung memeluknya erat, Naufal yang tersenyum melihat tingkah adiknya  itu yang tidak pernah berubah jika sedang bersama dirinya, Naufal kembali mengusap puncak kepala milik Sekar.

"Kalau gitu mamas pulang dulu, bilangin sama bang Malvin nanti malam jadi main ke rumah gak. Bilang juga sama bunda kalau Abang sama yang lainnya juga kangen sama dia. Suruh bunda main kerumah"

Naufal yang melangkahkan kakinya menuju pintu utama, gadis itu melihat punggung sang kakak yang sudah menghilang di balik pintu.

Bundanya yang berpamitan sejak tadi, belum juga  kembali. Sekar kembali merenungkan mimpi yang ia alami semalam, mimpi itu seperti benar benar nyata.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam"

Melati yang baru kembali dari ia langsung kebelakang untuk mencuci tangan sebelah ia menyentuh kening milik Putrinya, "masih pusing gak dek?" tanya Melati pada si bungus.

***
Naufal membuka pintu rumah,yang sambut oleh Hendra, Jenaka, danjuga Dani yang berada di ruang tengah.

"Tumben pal, baru pulang biasanya lo kalo hari Jumat udah ngimamin pulang keruma dulu" ujar Hendra dengan sebuah biscuit di tangannya.

"Gua mau ngomong tapi gak disini, karena ini masalah si adek."

Ketiga kembarannya itu langsung menatap Naufal dengan penuh rasa penasaran, rasa ingin tahu yang sangat besar tentang tentang adeknya yang selama.

Mereka langsung berjalan menuju kamar Hendra yang menjadi titik kumpul ketika mereka semua menceritakan keluh kesah, biasanya setiap hari si bungsu sering menceritakan keluh kesahnya di sekolah, keluh kesahnya ketika bermain dengan teman-temannya. Namun 3 bulan terakhir tidak ada gadis cantik yang cerewet gadis  cantik yang selalu meminta ini itu pada kakaknya, lalu bagaimana kabar dia tanpa keempat kakak disampingnya.

Diantara mereka Jenakalah yang paling merasa bersalah atas kepergian adiknya dari rumah ini. Karena ia yang mengucapkan kata-kata yang saharusnya tidak ucapakan.

Naufal yang mulai bercerita dari awal, jika ia menemui si bungsu di rumah bunda, terdapat raut waja kekhawatiran pada ketiga remaja yang berada di hadapan Naufal.

"Tapi sekarang dia udah baikan kan pal" ujar jenaka dengan raut wajah yang khawatir.

"Kalo lo mau lihat kondisi dia, mending kalian kerumah bunda gih biar lihat si bungsu bagaimana disana" ucap Naufal yang kemudian ia mengambil ponselnya.

"Pal, lo deket ya sama Geisha, Sampek segitunya lo bantuin dia, sejak kapan seorang Naufal mau mengantarkan cewek lain selain si bungsu." ujar Hendra yang sering memergoki Naufal berboncengan dengan Keisha.

"Kalo lo mergoki gua sama Geisha , gua juga sering lihat lo keman kemana bareng tu sama si Sania, lo suka sama dia ndra?" ucap Naufal tak mau kalah.

"Amit amit-amit gua suka sama cewe bar bar modelan Sania, gua kemana mana sama dia ya karena cuman disuruh pak samsul buat ambil ini itu"

"Gua gak percaya sama omongan lo, gua tau dari gerak gerik lo memperlakukan cewek itu kayak gimana."

Lalu setelah nya hanya keheningan yang mereka rasakan Naufal yang sibuk dengan ponselnya Dani yang sudah terlelap diatas kasur milik Hendra, sedangkan si pemilik kamar sendiri asik dengan game yang berada di ponselnya. Hanya tersisa Jenaka  yang terdiam merenungi apa yang telah dia lakukan pada si bungsu.

"Ma, maafin abang ya, abang gak bisa jagain adek dengan baik, abang yang udah bikin adek keluar dari rumah. Abang gak tau ma, kalaupun mamah datang di mimpi abang abang gak tau bakal pertanggung jawabin masalah ini kayak gimana. Karena emang ini." monolog nya sambil menatap langit-langit kamar milik Hendra.

Tanpa ia sadari cahaya putih muncul begitu saja, menampilkan raut wajah sang mamah yang tersenyum masam pada dirinya, "Abang apa kabar, sehatkan. Saudara saudara yang lain juga sehatkan, Abang emang pesan mamah berat untuk melindungi adek mu, menjaga saja. Yang namanya menjaga tidak harus mengekang, Mamah tau ayah mu menikah dengan orang baru, apa adanya keluarga baru kamu ingkar sama Amanah Mamah. Mama minta Abang buat jaga adek kamu sebentar aja, kalau emanag udah waktunya nanti mamah bakal jemput adekmu"

Jenaka yang tergagu tidak dapat berkata apapun, ia hanya bisa menangis tanpa suara. Mendengar perkataan sang Mama membuatnya termenung, jika suatu saat Sekar bakal siap yang akan dia ganggu, siapa akan membuat rumah ini ramai. perginya ia di rumah saja sudah membuat keempat saudaranya itu kalang kabut. bagaimana jika ucapan sang Mama memang benar adanya.

"Maafin Jenaka Mah, Jenaka gak bisa jaga Sekar dengan baik. Jenaka itu kakak paling buruk, aku gak tau harus apa sekarang, jika suatu saat aku akan di hadapkan dengan kehilangan Sekar. Apa yang akan kita lakukan tanpa si bungsu, Sekali lagi aku minta maaf, aku selalu mengabaikan kata orang-orang yang berada di sekitar ku."

Mawar yang menyaksikan putranya menangis sambil memohon padanya, dirinya hanya termenung melihat penyesalan yang dibuat oleh putra keduanya pada sang adek. Mawar lalu duduk sebelah anak remaja itu sambil mendekapnya dengan sangat erat.

Mawar yang kembali meneteskan air matanya lalu mengecup puncak kepala Jenaka dengan penuh sayang dan sangat lembut.

Bagi Jenaka usapan itu masih sama  seperti yang ia rasakan selama sang ibu masih mendampinginya,masih berada di sisinya, dan selalu mengingatkan jika ia berbuat salah.

Dekapan itu menghilang sosok yang ingin Jenaka peluk lebih lama ternyata menghilang entah kemana.

tiba-tiba ada sebuah suara yang membuatnya harus membuka kedua mata miliknya.

"Je Lo kenapa?" tanya Naufal yang berada paling sekat Jenaka.

Ia terbangun dan mengusap kedua pipinya yang sudah berlinang air mata. Ia kembali menatap kembarannya sedangkan yang di tatap menampakkan wajah keheranan.

Hayoo

Giman nih ceritanya

Jangan lupa vote komen nya ya

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang