Pelukan hangat

21 3 0
                                    

"Bund, besok Sekar mau pulang kerumah itu lagi boleh gak?" tanya si gadis pada sosok paruh baya yang berada di meja makan, dan sedang menikmati makan bersama.

"Beneran mau pulang dek? kalo kamu mau pulang besok bunda antar" ucapnya sambil mengusap lembut tangan milik Sekar.

Malvin yang mendengar itu wajahnya seketika berubah panik, ia takut kejadian 3 bulan lalu terulang kembali. Tapi ia tidak bisa mencegah jika semisal Sekar ingin pulang kerumahnya bagaimana pun ia melarang gadis itu akan tetap pulang.

Bulan yang mulai menampakan dirinya pada semesta, semua orang berlalu lalang untuk kembali kerumahnya masing-masing dan berkumpul bersama keluarga seperti yang dilakukan oleh ibu dua anak yang berada di meja makan sedari tadi.

Gadis yang sedang mempersiapkan bagaimana jika ia di perlakukan tidak baik seperti kejadian beberapa bulan lalu, ia selalu menanamkan pikiran positif dan membuang hal hal yang kemungkinan tidak terjadi.

Melati yang tersenyum melihat anak gadisnya yang terdiam sambil menikmati tontonan yang ada di layar televisi. ia terus memikirkan jika suatu saat anak itu kembali kerumahnya maka rumah ini akan kembali seperti semula, tidak ada pertengkaran antar kedua anak nya, tidak ada keributan, dan ia tidak lagi berteriak-teriak untuk membangunkan putri tidur itu.

"Astaghfirullah kalian itu kalau ketemu kerjaan berantem mulu, ada gak sih kerjaan kalian selain berantem. Bunda pusing lihat kalian berdua berantem mulu."

Kegaduhan itu terus tercipta di ruang tengah sampai akhirnya mereka lelah sendiri dan berhenti tanpa adanya kemarahan dari sang Ibunda.

Malam yang mulai larut sinar rembulan pun mulai tertutup awan tebal yang menandakan bahwa langit akan menurunkan semua beban semesta yang diembankan padanya ke bumi.Tetes demi tetes menjadi rintikan yang sangat lebat. Malvin, Sekar dan bunda bercerita tentang apa yang dialami selama beberapa bulan terakhir. Termasuk masalah milik Sekar yang menyebabkan ia sedikit ketakutan.

Melati yang mendengar cerita itu tidak rela, bagaimana bisa mereka menyakiti anaknya yang berusaha saudaranya jaga dari kecil hingga ia mengorbankan nyawanya sendiri demi putri satu-satunya.

Dengan bodohnya orang yang berada di rumah itu termasuk ayah dan kakaknya, tidak percaya tentang apa yang dirasakan putri satu-satunya. Mereka itu tidak mau memahami tapi ingin di pahami, tidak mau mengerti tapi ingin mengerti.

Bahkan anak itu sekarang tidak pernah bercerita apapun tentang sesuatu yang ia rasakan, semuanya ia pendam sendiri ia tutupi dengan senyuman yang seolah-olah dia benar-benar bahagia dan tidak memiliki masalah apapun.

Gadis itu sudah berada di dalam kamar miliknya, ruang tengah yang sudah gelap. Dikarenakan semua orang didalamnya sudah memasuki kamar masing-masing.

Ia hanya termenung memikirkan bagaimana jika kembalinya ia ke rumah malah menimbulkan masalah baru. Menimbulkan hal-hal yang tidak terduga seperti 3 bulan lalu, tapi bagaimanapun ia harus tetap berani karena orang tua yang ia miliki tinggal satu yaitu sang ayah.

Setelah berpikir panjang Sekar yang terlelap dengan sendirinya, tanpa terasa ia mengistirahatkan otaknya yang sedari tadi bertentangan dengan batinnya.

Bagaskara yang mulai menampakan cahayanya pada semesta, menyinari seluruh muka bumi dengan keceriaannya, cahaya itu masuk melalui celah-celah jendela kamar milik gadis cantik yang sedang bergulat dengan selimut nya.

Hari ini adalah hari dimana semua bersenang-senang menikmati weekend, Sekar  yang mulai bangun dari ranjang miliknya dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya ia langsung menuruni tangga dan menuju meja makan untuk sarapan.

"Selamat Pagi, Bunda." Sapannya pada Melati yang sedang menyiapkan makan untuk mereka bertiga.

"Pagi Pricesnya bunda, Abang mu udah bangun belum dek?" ujarnya sambil menanyakan Malvin.

"Udah, bentar lagi turun" ucapan Sekar yang kemudian langsung duduk di meja makan bersama ibunda.

Sambil menunggu Malvin turun, Sekar dan Melati hanya sekedar berbincang tentang hal hal yang di lakukan gadis itu ketika berada di sekolah. Sesekali Melati bertanya ia akan melanjutkan sekolah dimana pingin ambil jurusan apa.

Namun nihil tak ada jawaban dari gadis itu, Melati yang tersenyum dan mengusap puncak kepala milik putri nya hanya berkata,"gapapa, kalau kamu belum punya tujuan."

Malvin dengan tampang tidak berdosa nya hanya memandang mereka berdua kemudian ia langsung duduk, tanpa mengucapkan kata maaf. Sekar yang berada di sebelah Melati menatap nyalang abang nya itu.

"Udah dek, yuk makan katanya laper" ajak Melati yang sudah merasakan akan ada keributan di sekitar nya.

Suap demi suap nasi dan lauk yang di dalam piring habis tak tersisa, selesai makan gadis itu tidaklupa untuk membantu bundanya cuci piring.

"Udah bun, aku mau pulang dulu. Nanti kalau semisal ada sesuatu tidak baik aku akan kembali lagi kesini"gadis itu menyalimi tangan sang bunda dan mengecup pipi milik Melati.

Sekar berjalan keluar menuju rumah miliknya. Sesampainya di sana baru saja ia akan mengetuk pintu tapi Hendra sudah membuka pintu utama. Ia amat terkejut melihat A'a nya yang sedikit berantakan, tanpa aba-aba tubuhnya langsung di rengkuh oleh tubuh tinggi milik Hendra.

"Udah sembuh dek, kamu gak akan pergi lagikan? bakal kembali kayak dulu lagi kan?" tanya yang sudah melepaskan pelukannya dan menatap manik indah milik si bungsu.

Chiko yang berada di ruang tamu, sama terkejutnya, namun sang ayah tidak berekspresi. Sekar yang berusaha tersenyum didepan sang ayah, sedangkan kakaknya yang lain hanya menatap dengan kebingungan. Tangannya di tarik begitu saja oleh Chiko

Pelukan yang ia rasakan pertama kalinya sangatlah hangat, pelukan yang ia nanti nantikan setelah beberapa tahun lalu, sekarang yang ia rasakan bukanlah hanya sebatas angan-angan tetapi kenyataan yang terasa halusinasi.

"Maafin ayah ya, ayah tahu ayah salah. Selama ini udah ninggalin kamu beberapa tahun, jarang pulang ke rumah, ayah akan berusaha jadi yang lebih baik lagi buat kamu."

Begitu pula dengan Hendra, Dani, Naufal mereka langsung memeluk tubuh mungil milik si bungsu terkecuali dengn Jenaka dirinya hanya termenung di atas sofa sambil menahan air mata yang hampir tumpah dari pelupuk mata miliknya. Rasa haru sekaligus senang ia rasakan kembali, keluarga nya kembali berkumpul seperti dahulu kala.

Sekar yang kebingungan dengan tingkah laku kakak ke 2 nya itu ia hanya diam memandangi dirinya dengan senyuman simpul. Tanpa aba-aba Sekar mengulurkan tangan untuk bersalaman kepada Jenaka yang sedang duduk bersandar di sofa.

Jenaka yang terdiam mendapatkan uluran tangan itu, remaja lelaki itu langsung memeluk adek bungsunya dengan rasa yang amat bersalah sampai kata maaf terucap berkali-kali dari bibir remaja itu.

Saudara-saudaranya hanya tersenyum melihat itu, kini kebahagiaan mereka kembali, obat lelah mereka yang di nantikan kepulangannya selama 3 bulan terakhir. Kembali menginjakkan tempat ia berpulang.

see you gaes

sampai berjumpa di part selanjutnya

bye bye

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang