Darah itu mengalir semakin deras, tisu yang ia gunakan untuk menyumbat juga semakin banyak. Agar tidak menimbulkan rasa curiga Sekar mengumpulkan tisu menjadi satu didalam kantong plastik kresek hitam.
Ia harus segera menghubungi Rafa selaku adik kandung dari Chiko yang kini bekerja di sebuah rumah sakit. Sebelum ada yang mengetahui bahwa ia mengeluarkan banyak darah dari hidungnya.
"Halo, assalamualaikum"
"waalaikum salam, tumben cantiknya om telfon ada apa nih kira kira?"
"Om bisa ke rumah sekarang gak"
"Sekar, kamu gak papa kan, tunggu, sebentar lagi om otw"
Rafa yang langsung berlari menuju parkiran, ia langsung ngambil mobil miliknya. Dengan kecepatan penuh ia membelah jalanan, sudah di pastikan bahwa penyakit yang dialami sekarang kambuh. Gadis itu selalu saja keras kepala jika dibilangin.
Sesampainya di rumah itu Rafa mendapati Sekar yang duduk lemah dengan wajah yang sangat pucat didepan pintu, tanpa berpamitan dari orang yang berada di rumah itu. Rafa langsung membawa Sekar kedalam mobil miliknya.
Cemas panik rasa takut kehilangan itu terjadi. Dengan kecepatan penuh Rafa mengendarai mobilnya agar segera sampai di rumah sakit tempat ia bekerja.
Mobil itu terparkir dengan sempurna di area parkiran. Dengan langkah yang cepat dan sedikit tergesa Rafa langsung menaruh tubuh lemah milik Sekar yang sudah tidak sadarkan diri di atas brankar.
Rafa yang menunggu di depan ruangan Sekar sembari menunggu Juna selaku temannya memeriksa keadaan keponakannya. Gadis itu benar benar keras kepala sudah berkali kali rafa mengingatkannya agar tidak kelelahan ataupun begadang tiap malam.
Setelah Juna keluar, pria itu mengatakan hal yang harus benar-benar di perhatikan pada gadis yang berbaring di atas brankar.
"Raf gua mau ngomong serius"
"Gua tau anak itu punya anemia, tapi kali ini anemia nya bukan sekedar anemia biasa yang bisa di tangani dengan obat penambah darah. Jenis anemia itu sudah memasuki anemia akut yang mana gadis itu tidak bisa kelelahan sedikitpun jika itu terus menerus maka akan berakibat fatal, selain itu gua saranin coba lo bawa ke psikolog atau pun psikiater gua yakin anak itu punya trauma yang begitu dalam di masa lalu. Tapi gadis itu hebat bisa memendamnya sampai sedalam ini."
"makasih Jun"
Rafa yang langsung masuk kedalam ruangan dan mendekati brankar milik gadis yang senantiasa ia jaga sejak kecil, tapi hari ini Rafa menjadi orang yang paling gagal menjaga amanah dari kakak iparnya. Tidak hanya Rafa namun jika Melati tau ia akan merasakan hal yang sama, tapi sebelumnya ia sudah menghubungi Melati terlebih dahulu bahwasanya gadis kecil yang ia rawat kini terbaring di brankas rumah sakit.
"Ini gimana ceritanya, Rafa? Kok bisa sampai kayak gini, ini juga banyak luka goresan di tangan dan di kaki. Apa sih yang terjadi sebenarnya?"
Lelaki itu tidak memperhatikan detail di bagian tangan dan kaki, Rafa terkejut begitu melihat banyak goresan itu.
Menunggu gadis itu siuman Rafa yang berusaha menenangkan wanita yang sudah ia anggap sebagai kakak nya sendiri selain Mawar, kedekatan rafa dengan Melati pun begitu akrab layaknya kakak dan adik.
Melihat Sekar yang perlahan membuka kedua matanya keduanya langsung mendekat, dan bertanya apa yang di inginkan gadis itu.
"Sekar"
"Kamu mau minum, iya?"
gadis itu hanya menganggukkan kepala dan perlahan merubah posisi menjadi duduk.
"Om jangan bilang orang rumah ya, kalo Sekar disini, biarkan semuanya berjalan dengan damai"
"Om Rafa bilang aja kalau Sekar masih sama om, jalan jalan keluar kota"
Rafa mengerti arti dari kata yang diucapkan oleh keponakannya itu, "yasudah sebentar om telfon orang rumah dulu biar gak panik nyariin kamu"
"Sekar, habis dari sini pulang kerumah bunda aja ya, nak?"
Sekar terdiam, sebenarnya ia ingin sekali tinggal dengan bundanya, tapi ia masih memiliki sebuah misi yang harus di selesaikan, ia harus menyadarkan pada ayah bahwa orang di cintainya sekarang benar-benar tidak tulus dalam mencintai, ia hanya menginginkan.
"Maaf bunda, bukannya gak mau tapi sekar harus nyelesain masalah ini, kalau ini udah selesai Sekar janji bakal kerumah bunda"
Melati tersenyum melihat gadis itu tumbuh dewasa, lihat saja kata katanya sudah sangat bijak. wanita itu langsung memeluk gadis yang duduk diatas brankar rumah sakit. bagi Sekar pelukannya sama dengan pelukan sang mama, sama hangat dan menenangkan siapapun orang yang memeluknya.
Rafa tiba-tiba muncul dari arah pintu kamar inap, Melati yang ingin sekali melemparnya dengan sandal yang ia pakai, tanpa mengetuk atau seenggaknya bilang permisi. tapi pria itu main nyelonong masuk aja.
Melihat wajah garang melati rada langsung menunduk dan minta maaf atas apa yang ia lakukan tadi.
***
Sepulang sekolah Jenaka langsung membersihkan diri, seorang yang merupakan kepala keluarga ia tidak merasa kehilangan anak perempuannya, tidakkah seharusnya dia bertanya kepada si kembar kemana Sekar pergi? kemana gadis itu?Tapi sekarang kita tidak akan membahas seorang ayah yang tidak pernah memedulikan anak perempuan nya, tidak bisakah ia menyayangi anak itu sebaik mungkin, selagi tuhan memberinya sebuah kesempatan untuk bertemu dan menatap mata indah anaknya.
Sebelum ke ruang makan mereka berada di kamar milik Jenaka, bahwasanya Sekar hari ini di ajak pergi keluar kota oleh pamannya, bagaimana mereka tahu?
Tentu saja mereka tahu, karena mereka di beri tahu sejak beberapa jam yang lalu, Rafa mengatakan bahwa adik bungsunya sedang di bawa jalan jalan, ia juga mengatakan bahwasanya rumah mereka kosong tidak ada orang, maka dengan terpaksa Rafa membawa Sekar begitu dan dan izin ketika mereka suda berada di perjalanan.
Rasa cemas itu hilang, adakalanya mereka merasa aman ketika gadis itu bersama orang lain, karena rumah yang ia anggap sebagai tempat pulang saja sudah tidak nyaman dan sehangat dulu, sewaktu ia masih berusia dini. Entahlah mereka saja tidak tahu kejadian tadi siang, pastinya ada sesuatu yang sangat serius terjadi, hingga menimbulkan banyak bercak darah yang berceceran di lantai.
Chiko yang melihat banyak bercak darah terkejut, ia bertanya tanya. "Ma, kok ada banyak darah dimana dimana, ngomong ngomong itu darah milik siapa hewan atau manusia"
Rania yang berusaha menutupi rasa gugupnya, bodohnya dia ia tidak membersihkan bekas darah yang menetes di lantai. " nggak tau, yah"
"Mungkin aja kucing yang membawa tikus dari rumah, dari tadi juga rumah sepi,nggak ada orang"
Rania berusaha mengalihkan rasa penasaran Chiko, jika ia tidak bisa mengecoh lelaki itu, bisa saja ia ketahuan hal yang tidak-tidak.
Tanpa di sadari Rania sudah diawasi oleh kamera cctv, namun kamera itu tak terlihat dan letaknya terlalu dalam. Hanya orang-orang yang tiliti saja yang bisa melihat adanya cctv di seluruh ruangan yang ada di rumah itu.
SEE YOU GAES
Sampai jumpa di part selanjutnya
Semoga suka
Jangan lupa vote komennya,
Kritik dan saran juga penting..
Byeee bye
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAVA (Revisi)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca⚠️⚠️ Sekar, gadis dengan otak pas-pasan yang selalu di tuntut menjadi sempurna semenjak adanya seorang Calista. Seorang saudara tiri yang selalu di bangga banggakan oleh sang ayah atas prestasi yang di raihnya. Kasi...